Luna dan Laras membagi perkerjaan yang diberikan oleh Fariz, agar pekerjaan tersebut cepat selesai. Luna memisahkan data dalam beberapa jenis yang diminta oleh Fariz, sedangkan Laras mencatat berkas mana saja yang sudah lengkap dan mana yang masih belum lengkap, Laras juga menghitung ulang agar tidak terjadi kesalahan.
Mereka sudah berada di ruang dosen itu cukup lama sekitat 2 jam. Namun, belum ada tanda-tanda dosen pembimbing yang mereka berdua tunggu akan datang. Padahal Luna sudah melihat jadwal pak Alfin yang kosong 2 jam ini.
" Lun, ini pak Alfin nggak niat datang buat bimbingan atau gimana?" Ucap Laras berbisik kepada Luna agar tidak terdengar oleh dosen muda yang sedang duduk di kursinya, sepertinya sedang mengecek tugas mahasiswa.
" Aku udah capek!" Keluh Luna dengan wajah memelas.
" Sama" Balas Laras sambil bersandar di bahu Luna.
" Tunggu disini sebentar ya!" Tiba-tiba sang dosen muda itu berdiri, lalu keluar dari kantor.
" Bikin jantungan aja sih, bapaknya!" Omel Luna, yang kaget ketika Fariz tiba-tiba saja bersuara dan langsung pergi.
" Aku mah udah jantungan dari tadi, Lun!" Ucap Laras sambil memegangi dadanya.
" Kamu mah ngayal!" Ucap Luna sambil memukul lengan Laras agar sadar kembali dengan hayalannya.
" Sebelum dilarang dan dia masih singel, Lun!" Bela Laras optimis.
Tidak beberapa lama setelah mereka berdua menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Fariz selesai, sang dosen kembali keruang kerjanya dengan membawa beberapa bungkus makan, dari aroma yang dapat Luna cium sepeti nasi padang.
" Kalian berhenti dulu saja!" Pinta Fariz sambil menuju ke arah Laras dan juga Luna.
" Kami sudah selesai, Pak!" Jawab Luna sopan sambil membungkukkan badannya kepada Fariz.
"Kalau sudah selesai kita makan dulu di pantry belakang ya!" Ajak Fariz sambil berjalan kearah belakang kantor itu.
Laras dan Luna saling sikut dan merasa tidak enak hati dengan hal itu. Luna akhirnya berjalan mendekati Fariz, merasa tidak enak hati. Luna lalu meminta izin menyiapkan makanan yang di bawa oleh Fariz di atas meja.
"Pak maaf, biar saya saja yang menyiapkan?" Pinta Luna dengan sopan.
Fariz diam saja sambil memberikan bungkusan makanan yang dia bawa kepada Luna. Laras ikut membantu Luna menyiapkan minuman yang ada, lalu mengambil air putih dari dispenser di samping pintu masuk pantry.
" Ayo makan sama-sama dulu!" Ajak Fariz sambil mengambil gelas air putih yang berada di depannya.
Luna dan Laras duduk di depan Fariz sambil memakan saling melirik dengan canggung.
" Udah makan dulu ja, pak Alfin masih lama. Tadi saya bertemu beliau di bawah, beliau tadi lupa kalau sudah janjian dengan kalian!" Ucap Fariz.
Mendengar itu Luna dan Laras panik, dan dengan cepat Luna mengambil Hp di dalam tas untuk mengingatkan dosen tersebut tentang janji bimbingannya.
" Tidak perlu kalian telpon, tadi saya sudah kasih tahu beliau kalau kalian sedang bantu saya. Jadi, beliau melanjutkan mengajar, karena masih ada jam!" Jelas Fariz lagi dengan lembut.
Mendengar itu Laras seperti meleh dengan cara bicara Fariz yang begitu lembut. Sedang Luna yang mendengar kabar dari Fariz tersebut seperti ingin menangis. Luna masih harus bekerja setelah ini, dia hanya izin untuk datang shif siang.
Hari ini seharusnya Luna mendapat jadwal shif pagi, di mini market tempatnya bekerja. Karena ada bimbingan dengan dosen, Luna meminta salah satu rekan kerjanya yang kebetulan bisa bertukar shif dengan bertukar jadwal. Luna sudah tidak bisa menahan butir-butir air mata yang mendobrak keluar dari sudut matanya. Mengalir begitu saja melewati pipi hingga kedagu.
Fariz yang berada tepat di depan Luna, menyadari bahwa Luna sudah menangis. Awalnya dia mengira Luna menangis karena kepedasan, tapi setelah di perhatikan Luna menangis cukup deras. Tidak seperti orang kepedasan.
" Kamu kenapa?" Tanya Fariz khawatir mengambilkan tisu yang kebetulan berada di rak belakang Fariz.
" Ng...gak p...pa...pa!" Jawab Luna agak sesegukan.
" Kamu kepedasan, Lun?" Tanya Laras setelah sadar temennya menangis.
" I..ya, i..ni sam..bal..nya pedes ban..get!" Jawab Luna sesegukan sambil berusaha tersenyum ke arah Laras.
"Siniin sambelnya!" Laras mengambil sambal dari piring Luna memindahkan ke piringnya.
"Kamu yakin?" Tanya Fariz yang tahu kalau gadis di depannya ini sedang berbohong.
Luna hanya mengagukkan kepala menjawab pertanyaan Fariz. Luna tahu dosen muda di depannya ini sadar kalau dia sedang berbohong, maka dari itu Luna tidak berani melihat ke arah Fariz.
Mereka lalu lanjut makan dalam keadaan lumayan canggung, apalagi setelah Luna menangis tanpa sebab. Hingga akhirnya Fariz menyelesaikan keheningan diantara mereka bertiga setelah menyelesaikan makannya.
" Kalau kalian masih ada jadwal kuliah, skripsi kalian bisa letakkan saja di meja Pak Alfin, atau bisa di titipkan ke saya!" Ucapa Fariz sambil memperhatikan Luna yang seperti bernafas lega.
" Memang boleh, Pak?" Tanya Luna hati-hati, serta lumayan senang. Karena kalau skripsi miliknya bisa di tinggal dulu dia akan bisa berangkat bekerja tepat waktu.
" Boleh, nanti saya sampaikan ke pak Alfin!" Jawab Fariz. "Kalau kalian masih ada kelas, atau urusan lainnya!" Jelas Fariz lagi.
Luna melirik Laras yang sepertinya malah hanya fokus kepada wajah Fariz, bukan apa yang sedang di sampaikan oleh dosen muda tersebut.
" Ras, kamu masih ada jam kuliahan 10 menit lagi?" Bisik Luna mengingatkan Laras, sambil menepuk lengan Laras agar tersadar dari lamunannya.
" Em..kayaknya iya, Kenapa?" Laras masih belum paham, malah balik bertanya kepada Luna.
" Kita tinggal saja skripsi kita di atas meja pak Alfin, atau titip saja skripsnya ke pak Fariz kalau kamu masih ada jam kuliah!" Jelas Luna. " Aku juga masih harus berangkat kerja, jam 2 udah harus sampai sana. Kalau telat bisa-bisa aku di pecat!" Bisik Luna pelan.
" Boleh?" Tanya Laras yang sadari tadi tidak mendengar perkataan Fariz.
" Pak Fariz yang nawarin tadi tu!" Ujar Luna agak kesal dengan Laras.
" Ya udah kalau boleh, kenapa nggak dari tadi aja?" Tanya Laras.
" Kan baru ditawarin pak Fariz sekarang, Laras sayang!" Ucap Luna gemas dengan ksbodohan Laras.
" Ya udah kalau gitu aku oke aja!" Jawab Laras sambil semangat mengeluarkan lembar-lembar skripsi miliknya.
Setelah selesai mencuci piring, gelas, dan sendok bekas mereka makan. Luna berpamit kepada Fariz yang sudah berada di meja kerjanya. Luna menyerahkan pekerjaannya tadi, sambil menitipkan skripsi miliknya dan juga milik Laras kepada Fariz, agar dapat Fariz berikan kepada pak Alfin. Dosen pembimbing Luna dan juga Laras.
" Pak, kami pamit dulu. Ini skripsi kami yang hendak kami serahkan ke pak Alfin." Ucap Luna sopan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments