14. Siap sidang

Ketika Luna hendak menerima tablet yang di berikan oleh Fariz, Luna mendongak ke arah Fariz ingin mengucapkan terimakasih. Tapi, hal itu malah membuat mereka merasa sangat canggung, karena tepat ketika Luna mendongak, Fariz menunduk menatap tepat wajah Luna, sehingga jarak wajah di antara mereka hanyalah beberapa senti saja.

***

Dengan jarak yang sedekat itu Luna dapat dengan mudah merasakan hembusan nafas beraroma mint kental dari hembusan yang sedekat itu dan juga kayu manis yang keluar dari tubuh Fariz.

Fariz memotong jarak di antara mereka dengan sedikit demi sedikit mendekatkan wajahmu ke arah Luna.

Jantung Luna yang sudah berdegup kencang, dengan perlakuan seperti itu dengan Fariz, akhirnya memejamkan mata untuk menormalkan debaran di jantungnya itu. Dan agar ia tak begitu malu dengan Fariz.

'Tuhan jantungku!' Pikir Luna dalam hati. 'Tolong jangan dekat-dekat pak dosen ganteng. Jantungku bisa copot kalau terus seperti ini!' Rapal Luna dalam hati.

'Kalau terus seperti ini pasti terdengar juga suara debar jantungku ini.' Pikir Luna gelisah.

"Tuk" Fariz memukul kening Luna dengan kedua jarinya lembut.

"Aduh...sakit!" Luna mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap keningnya yang lumayan sakit di pukul oleh Fariz meskipun tidak begitu keras.

"Kamu mikirin apa?" Tanya Fariz sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Luna menggeleng sambil. "Nggak ada kok!" Jawab Luna dengan memasang wajah cemberut.

"Ngarep banget kamu aku cium ya, cantik?" Tanya Fariz sambil tersenyum dengan hanya mengangkat satu sudut bibir sebelah kirinya.

"Percaya diri sekali!" Ucap Luna sewot.

"Yakin, nggak mau?" Ledek Fariz dengan senyum jahilnya.

Dalam hati Luna merutuki kelakuan dosen tampannya yang bisa sejahil ini juga kepada dia.

"Yakin sekali bapak dosen yang terhormat!" Jawab Luna tegas.

Fariz lalu dengan jahilbya, mendekatkan wajah kembali ke arah wajah Luna dengan sangat pelan. Hingga sedikit demi sedikit jarak di antara mereka terkikis.

Sehingga membuat Luna terbelalak dan juga dengan sepontan mendorong Tubuh Fariz sekuat yang ia bisa. Agar jarak mereka ini tidak terus membuat Luna malu.

"Bruk" Fariz jatuh terduduk di atas karpet bulu didepan Luna.

"Aduh, sakit!" Ucap Fariz menahan sakit di bagian belakang tubuhnya yang terbentur lantai dengan alas karpet bulu yang tidak begitu tebal.

"Rasain...Wk!" Ucap Raya sambil menjulurkan lidah ke arah Fariz.

Luna lalu melanjutkan mengetik di dalam laptopnya dengan cuek. Mengikuti arahan yang tadi sudah di sampaikan oleh Fariz tadi.

"Sakit Luna...kamu tega sekali dengan calon suami!" Rengek Fariz di dekat Luna.

"Calon suami dari hongkong!" Ucap Luna malas.

"Bukan dari hongkong sayang, dari indonesia saja!" Ucap Fariz. "Kalau mau cari yang dari hongkong, nanti datangnya lama." Ucap Fariz jahil.

Fariz lalu mengambil fotokopi skripsi Luna yang ada di samping laptop. Fariz mulai membaca, dan mencari kesalahan tulisan dalam skripsi Luna.

"Saya mau cari alien dari mars aja pak dosen!" Ucap Luna asal.

"Kenapa?" Tanya Fariz sambil mengerutkan kening.

"Biar anehnya sekalian ja, nggak nanggung kayak orang di sebelah saya ini!" Jawab Luna sambil memutar bola matanya.

"Kamu kok lucu sih, Lun?" Tanya Fariz gemas.

"Saya emang keturunan pelawak pak!" Jawab Luna dengan tampang serius.

"Kan, salah!" Omel Luna emosi.

"Salah apa?" Tanya Fariz ikut panik.

"Salah ketik, bapak diem ja deh. Kalau Luna nggak nanya mending bapak diem anteng ja!" Jawab Luna ketus.

"Oke!" Jawab Fariz sambil tangannya membentuk tanda oke.

Luna melanjutkan membuat power point untuk presentasi skripsinya besok pagi. Sesekali Luna mrmbolak-balikan Skripsi yang ada di sampingnya.

Luna begitu fokus mengerjakan semua sendiri, hingga membuat Fariz bosan dan tertidur di sampingnya.

Fariz tertidur di sofa belakang Luna, dengan posisi menghadap ke arah laptop Luna yang masih menyala.

"Pak, yang ini harus di masukkan atau cukup nanti Luna jelaskan detailnya?" Tanya Luna dengan malas.

"pak...pak..!" Luna memanggil Fariz beberapa kali namun tidak juga di respon.

Luna berbalik dan melihat Fariz yang sedang tertidur pulas di sana. Luna menghela nafas panjang, lalu menghembuskan pelan dari mulutnya.

"Tadi katanya mau bantuin kok malah tidur?" Ucap Luna kecewa.

Luna sendiri sebenarnya sudah cukup mengantuk. Matanya sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi. Matanya yang dari semalam belum juga ia istrahatkan memintanya untuk sejenak saja memejamkan matanya.

Luna memaksakan diri untuk terus mengetik dan menyelesaikan sendiri pekerjaannya ini. Namun, Luna meninggalkan satu hal tadi yang tidak ia tahu harus di lampirkan atau tidak.

Besok pagi-pagi sekali, sebelum subuh Luna harus sudah bangun dan mengerjakannya. Luna harus bertanya kepada Fariz beberapa hal yang ia sendiri masih ragu.

Luna sesekali melirik jam di dinding rumahnya yang terus berdenting, menunjukkan sudah pukul setengah satu dini hari. Beberapa kali Luna sudah menguap dan mengusap sudut matanya yang mulai berair.

Luna mengambil air putih sebentar di dapur. Lalu meminumnya untuk sedikit menetralkan rasa lelahnya.

Luna tidak sengaja menumpahkan sedikit air di lantai karena memang sudah begitu mengantuk.

"Ada-ada aja sih kamu Luna!" Omel Luna pada dirinya sendiri.

Mau tidak mau Luna harus membersihkan terlebih dahulu air yang tumpah itu. Agar tidak membuat orang terpeleset.

Seteah selai dengan tumpahan air di dapur. Luna duduk kembali di tempatnya. Namun, ternyata kantuk yang menggelayuti matanya belum juga hilang. Malah bertambah berat saja.

'Tidur sebentar aja, nggak pa-pa kali ya?' Pikir Luna. 'Nanti bangun, bentar ja!'

Lalu Luna mengistirahatkan sebentar matanya dengan tidur sambil duduk di atas karpet bulu itu. kepalanya, ia sandarkan ke meja di depannya. Luna memilih untuk tidak mematikan laptop miliknya, karena berniat untuk tidur sebentar saja, bangun lagi setelah sedikit hilang kantuk yang menggelayuti matanya itu.

Luna memilih untuk tidur sambil duduk agar tidak terlalu nyenyak, dan bisa cepat bangun untuk melanjutkan persiapan skrisinya nanti.

"Sebenar saja" Ucap Luna beberapa kali, untuk mengingatkan pada dirinya sendiri.

Namun ternyata semua tidak sesuai rencana. Luna tidak tidur sebentar, Luna ketiduran hingga azan subuh sudah berkumandang. Luna di bangun kan dengan suara azan yang bersahut-sahutan di masjid-masjid dekat rumahnya.

Luna yang kaget langsung berdiri.

"Astagfirullah, jam berapa ini?" Tanya Luna pada dirinya sendiri sambil melihat jam di dinding ruangan itu.

"Masih jam setengah lima, Lun!" Jawab Fariz santai.

Fariz sendiri juga masih di tempat yang sama seperti tadi malam, dia tas sofa ringan itu.

"Laptopku!" Pekik Luna panik melihat laptopnya sudah mati.

***

bersambung

Baca karya aku yang lain juga yok ada

JODOH: Cinta Pertama (46 bab)

Brondong Meresahkan (13 bab)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!