Fariz meminta tolong Aldi untuk menelpon ibunya. Karena sedari kemaren ibunya tidak mau mengangkat telpon dari Fariz.
" Al, tolong telponin bunda." Pinta Fariz.
"Lah ngapain gua yang nelpon bunda?" Tanya Aldi malas.
"Biasa bunda lagi ngambek dari kemaren!"
"Ngambek kenapa lagi bunda?"
" Biasa permintaannya belum terpenuhi !" Jawab Fariz yang tidak ingin membahas lebih lanjut masalahnya dan sang bunda.
"Masih minta mantu?" Tanya Aldi sambil mengeluarkan Hp dari saku celananya.
" Hm..." Fariz hanya menjawab dengan gumam saja, malas membahas lebih lanjut permintaan serta tuduhan sang bunda yang tanpa dasar.
"Lah, makanya ini di jadiin mantu bunda beneran ja. Nggak usah pakai pura-pura segala itu si Luna!" Gumam Aldi sambil melirik Luna. "Masuk juga sama kriteria bunda!" Lanjut Aldi.
Aldi menelpon nomer bunda, hanya satu kali dering telpon itu langsung diangkat oleh orang di sebrang sana.
" Loudspeaker!" Pinta Fariz.
Walau malas Aldi tetap menuruti perintah Fariz, untuk memperbesar volume suara telpon pada Hpnya.
" Assalamualaikum, Bun!" Sapa Aldi sopan dan ramah. Karena Aldi memang akrab dengan beliau.
"Wa'alaikum salam, Aldi anak bunda apa kabar?" Tanya bunda antusias mendengar Aldi menelponnya.
"Baik bunda cantik!" Gombal Aldi.
"O, anak bunda udah ganti jadi Aldi?" Tanya Fariz sewot mendengar ke akraban mereka.
"Kamu siapa?" Bunda jutek kepada Fariz.
"Padahal tadi mau Fariz kenalin sama calon mantu bunda, tapi kalau nggak di akui anak ya sudah. Fariz nggak jadi kenalin!" Ucap Fariz pura-pura sedih.
" Eh, mana mantu bunda!" Ucap Bunda antusias.
"Nggak jadi, Bun!" Ucap Fariz.
"Eh, jangan gitu dong.!"
"Habis Bunda..." Belum selesai Fariz menjawab susah si potong oleh sang Bunda.
"Aldi ganti video call, bunda mau lihat calon mantu bunda!" Perintah Bunda.
Aldi melirik Fariz meminta izin merubah panggilan menjadi video call. Fariz mengambil Hp Aldi, lalu menonaktifkan loudspeaker. Beranjak keluar dari ruang itu.
Fariz berbincag dan membujuk bunda untuk membantunya. Tidak berapa lama Fariz kembali kedalam dan memberikan Hp kepada Aldi.
"Jadi?" Tanya Aldi penasaran.
"Aman, Bunda mau bantu. Asal besok pagi saya harus kenalkan kamu ke Bunda!" Ucap Fariz sambil menatap Luna.
"Maksudnya gimana?" Tanya Luna agak kurang faham dengan rencana Fariz.
"Besok pagi saya kesini dulu sama Bunda, sebelum kita pergi ke kampus!" Jelas Fariz.
Luna hanya mengangguk tanda dia faham.
"Oke, masalah selesai. Kalian berdua pulang sana!" Usir Laras.
"Sayang aku belum kangen-kangenan sama kamu lho ini!" Rajuk Aldi.
"Ya kamu kesini emang bukan buat kangen-kangenan atau ketemu aku kan?" Sewot Laras.
"Udah, ayo pulang!" Ajak Fariz menarik tangan Aldi sambil berdiri.
"Gara-gara..."
Belum sempat Aldi menyelesaikan kata-katanya Laras memotong terlebih dahulu.
"Besok kita ketemu di kampus!" Ucap Laras.
"Serius ya!" Ucap Aldi seperti anak kecil yang di janjikan mainan.
"Ayoo pulang, nggak enak dilihat tetangga. Ntar di kira aneh-aneh kita!" Tarik Fariz ketika Aldi hendak memeluk Laras.
" Ganggu orang ja ni sepupu laknat!" Hardik Aldi jutek.
"Kami pamit dulu ya!"
"Sayang aku pulang dulu, kamu jangan kangen ya!"
" Udah sana, kalian hati-hati!"
Luna dan Laras dan sedikit bernafas lega ketika Aldi dan juga Fariz telah pergi.
***
Esok paginya
Luna tidak dapat tidur dengan nyenyak, walupun dia sudah mendapat solusi dari permasalahannya. Luna tidur setelah jarum jam mengarah ke angka 3 dan 6, dan kembali bangun waktu azan subuh berkumandang sekitar baru 1 jam setelah Luna tidur.
Luna langsung bersiap untuk pergi ke kampus menyelesaikan masalahnya, tidak lupa Luna izin terlebih dahulu kepada rekan kerjanya untuk berganti sift.
Luna lalu membangunkan Laras dan menyiapkan sarapan. Luna terbiasa sarapan pagi sebelum pergi kemana pun.
"Ras, bangun!" Luna mengguncang lengan Laras .
"Udah pagi?"
" Bangun, aku mau masak dulu!"
Luna baru selesai memindahkan nasi goreng dalam piring, ketika suara monil berhenti di depan rumahnya. Luna dengan cepat berlari kedepan melihat siapa yang datang.
"Sudah siap?" Tanya Fariz di depan gerbang.
" Tunggu sebentar pak!" Luna kembali masuk untuk mengambil tas miliknya.
Laras yang melihat Luna seperti terburu-buru, menebak bahwa yang datang pasti Fariz. Laras lalu mengambil kotak bekal dan memasukkan nasi goreng Luna kedalam kotak makan.
"Ras, aku pergi dulu!" Pamit Luna sambil berlari kedepan.
" Eh...Tunggu bentar!" Laras menyusul Luna memberikan kotak bekal kepadanya.
"Apa?"
"Kamu bawa, makan di mobil!" Perintah Laras.
" Tapi.."
" Nggak ada tapi-tapian, kalau nggak boleh makan di mobil thi dosen biang masalah kamu bilang ke aku!" Ucap Laras sambil merik Fariz.
"Boleh kok!" Jawab Fariz sambil tersenyum.
"Ya udah masuk, terus makan jagan sampai sakit!" Ingat Laras.
"Doain aku ya!"
"Selalu!"
Luna duduk di dalam mobil dengan tidak tenang. Sesekali Luna melirik kearah Fariz yang masih fokus menyetir. Luna ingin sekali memecahkan keheningan ini agar dia tidak terlalu cemas.
"Makan ja dulu Lun!" Ucap Fariz memecahkan keheningan.
"Tapi...saya tidak enak makan sendiri!"
"Ya kalau nggak enak makan sendiri kita makan bekal kamu berdua!" Jawab Fariz santai.
"Bapak mau?" Tanya Luna menawari.
"Boleh!"
Luna lalu membuka kotak bekalnya dan menawari Fariz nasi gorengnya.
"aaaak" Fariz hanya membuka mulut, meminta di suapi.
Luna yang sedari tadi sudah sangat gelisah melihat Fariz meminta suapi malah bertambah gemetar.
"Pak, makan sendiri saja!"
"Saya sedang fokus, Lun!"
"Ta....pi!" Luna terbaik-bata hendak mengelak.
"Bapak tahan lapar saja!" Ucap Luna akhirnya.
Fariz tersenyum melihat tingkah Luna, dan melihat pipi Luna mulai memerah karena malu, dari spion depan.
Luna melanjutkan makannya dengan sebal dengan tingkah Fariz yang menertawakannya.
" Lun...!" Panggil Fariz yang melihat Luna makan dalam diam dengan muka di tekuk.
"Apa?" Luna menjawab dengan tidak begitu bersahabat.
"Em... Kamu kan nggak punya pacar!" Ucap Fariz hati-hati.
"Terus, kalau saya nggak punya pacar kenapa pak?" Tanya Luna sewot, pasalnya Luna susah berfikir bahwa Fariz pasti akan mengejeknya jomblo.
"Gimana..." Fariz tidak melanjutkan kata-katanya malah menarik nafas panjang
"Gimana apa pak?" Tanya Luna yang tidak sabar dengan Fariz yang malah diam lama.
"Gimana kalau...." Fariz kembali diam.
Fariz lalu melirik ke arah Luna yang menatap Fariz balik dengan tatapan penuh tanda tanya.
'Ini dosen satu kenapa sich?' Pikir Luna.
" Gimana kalau kita nikah beneran?" Tanya Fariz cepat. Perkataan Fariz hampir tidak jelas, namun karena telinga Luna masih sehat dia, dapat mendengarnya dengan baik.
"Bisa ulangi?" Tanya Luna.
" Gimana kalau kita nikah beneran?"
"Bapak bercandanya nggak Lucu!" Jawab Luna cuek.
"Saya serius, Lun!" Jawab Fariz cepat.
"Hah!" Luna membuka mulutnya syok.
" Saya serius ngajak kamu nikah beneran!" Ucap Fariz.
****
Baca karya aku yang lain juga yok ada
JODOH: Cinta Pertama (26 bab)
Brondong Meresahkan (7 bab)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments