Luna tersenyum sinis dengan mengangkat sebelah sudut bibirnya dan menatap orang yang tadi menjawab pertanyaannya.
"Jadi hubungan kalian apa?" Tanya Luna kepada mereka ber-4.
"Ka...m..! Si gemuk berbicara terbata-bata hendak menjawab pertanyaan Luna akhirnya memilih diam dan ketakutan.
Seorang tersenyum melihat hal yang sedang terjadi dari arah luar tempat makan tersebut.
***
Fariz segera pulang ke rumah orang tuanya yang cukup dekat dengan kampu dan juga tidak terlalu jauh dari rumah Luna, agar nantinya ia bisa kembali menjemput Luna dengan cepat.
Dengan kecepatan cukup tinggi Fariz melaju membelah jalanan kota yang cukup sepi dengan kendara pribadi maupun kendara umum yang masih sedikit yang mulai beroperasi.
Fariz tersenyum bahagia membaca pesan dari ayahnya yang memberi tahu bahwa dirinya nanti bisa melihat segala proses sidang skripsi sang pujaan hati.
Fariz memarkirkan mobil di halaman rumah orang tuanya dengan sembarangan, ia sangat ingin berterima kasih kepada sang ayah yang sudah sangat membantu dirinya setelah ia berkata secara jujur kepada sang ayah.
Fariz memasuki pintu rumahnya yang memang sudah terbuka ketika subuh, karena kedua orang tuanya pasti sudah pergi dengan berjalan kaki berdua untuk membeli bahan makanan di pedagang sayuran depan komplek perumahan mereka.
Senyum terkembang di bibir Fariz ketika membayangkan ia dan Luna akan melakukan kebiasaan seperti yang kedua orang tuanya lakukan itu.
"Den..!" Tepukan di pundak dan panggilan dari asisten rumah tangga di rumah orang tuannya.
"I..iya?" Jawab Fariz kaget dan membuyarkan semua lamunan dan hayalan dalam otaknya.
"Aden nggak kesambetkan?" Tanya ART itu memastikan.
"Nggak, kenapa bik?" Tanya Fariz bingung dengan pertanyaan bahwa dirinya ke masukan mahluk halus.
"Aden senyum-senyum sendiri dari tadi bikin bibik takut lihatnya.." Jelas sang ART dengan sopan.
Fariz tidak menanggapi lagi penjelasan sang ART, dab memilih untuk melangkah menuju kamarnya. Fariz dengan semangat bersiap-siap mandi dan memakai baju serapih mungkin untuk bertemu sang mahasiswi pujaan hatinya. Luna.
Beberapa kali Fariz menatap cermin untuk memastikan bahwa pakaiannya pas di badan, dan juga menyisir rambutnya berulang yang sudah rapih.
Dengan siulan yang memenuhi ruangan rumahnya, Fariz turun dari kamarnya hendak pergi menjemput Luna untuk pergi ke kampus bersama.
"Mau kemana?" Tanya sang bunda yang melihat putranya sudah bersiap akan pergi lagi, padahal baru saja sampai sekitar 1 jam lalu.
"Mau ke kampus.." Jawab Fariz dengan cepat.
"Ke kampu?" Tanya sang bunda curiga, sambil melirik suaminya untuk menahan anaknya sebentar saja.
"Jadwal kamu masih jam 10 nanti, masih ada waktu sekitar 3 jam lagi untuk datang kesana." Ucap sang ayah melirik jam di tangannya, lalu melipat koran yang telah ia baca.
"Ta...pi..." Fariz hendak membantah ucapan sang ayah urung dilakukan dengan tatapan sang ayah mengacam dirinya untuk duduk dengan ekor matanya.
Fariz tahu bahwa ayahnya meminta ia untuk duduk dan sarapan bersama kedua orang tuanya ini adalah permintaan sang ibunda.
"Kamu mau makan apa, Riz?" Tanya bunda bahagia melihat anaknya duduk di meja makan.
"Roti ja bun, pak selai kacang." Jawab Fariz.
Fariz yang melihat sang ibunda pergi ke dapur belakang untuk mengambil selai, melirik sang ayah.
"Dasar bucin!" Bisik Fariz kepada sang ayah yang duduk disamping Fariz dan menyuap nasi goreng masakan istri tercinta.
"Bucin itu apa?" Tanya ayah yang tidak tahu kata yang di sebut oleh Fariz.
"Budak cinta." Jelas Fariz singkat.
"Kamu juga sedang merasakan hal yang sama, jadi sesama budak cinta tidak usah saling meng ejek!" Ingat ayah dengan senyum lebar.
Mendengar jawabnya sang ayah yang tepat sasaran, Fariz menelan ludahnya malu.
"Oke siap!" Ucap Fariz memberikan hormat kepada ayahnya.
"Siap apa?" Tanya bunda yang mendengar Fariz berkata siap kepada sang suami. "siap nikah?" Tanya bunda lagi sambil memberikan roti yang sudah ia oles dengan selai kacang kepada Fariz.
"Bukan bunda.." Jawab Faris sambil mengambil roti yang di berikan oleh bundanya.
"Terus kamu bilang siap buat apa?" Tanya Bunda penasaran.
"Itu bun, dia siap buat nanti makan bersama kita setelah calon mantu kesayangan bunda itu selesai dengan sidang skripsinya." Jawab ayah berniat menjembak Fariz untuk menyenangkan hati istri tercintanya.
Fariz yang mendengar penjelasan palsu sang ayah kepada sang ibunda pasti membuat sang ibu sangat bahagia, tapi malah membuat dirinya pusing setengah mati.
"Serius, Riz?" Tanya bunda dengan senyum bahagia.
Fariz melirik sang ayah yang asal bicara untuk menyenangkan pujaan hatinya ini.
"Eh....gini bun.." Fariz bingung sendiri harus menjawab apa, karena ia melihat binar bahagia di mata sang ibunda.
"Nanti kita makan di restoran deket kampus aja tau bunda masak di rumah aja?" Tanya bunda antusias.
"Bun...bunda tadi itu baru rencana." Potong Fariz tidak ingin bundanya terlalu berharap.
Senyum cerah di wajah wanita di hadapan Fariz langsung redup, dan duduk dengan lemas.
"Nanti coba Fariz bilang ke Luna dulu ya, siapa tahu Luna bisa makan bersama kita." Bujuk Fariz, agar sang ibunda tidak terlalu bersedih.
"Janji?" Tanya bunda menatap Fariz penuh harap.
"Fariz nggak bisa janji Luna akan bisa, tapi Fariz janji ajah coba bilang dan membujuk Luna untuk makan bersama kita?" Tawar Fariz tidak yakin akan bisa membawa Luna pergi dari sahabat sang gadis yang selalu mengekorinya.
"Kalau nggak bisa makan siang, makan malem juga boleh!" Ucap ayah tiba-tiba.
"Bener, makan malam disini ja?" Tawar bunda. "Nanti bunda yang masak buat kalian!" Ucap bunda semangat.
"Ayah!" Geram Fariz yang kesal dengan kelakuan sang ayah untuk menyenangkan sang istri tercinta di hadapan ini.
"Kenapa?" Tanya ayah santai sambil menyuap makanannya.
"Fariz pamit berangkat dulu ya!" Pamit Fariz sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Rotinya belum habis!" Tahan bunda.
"Mau nemui calon mantu bunda dulu, buat ngajak dia kesini nanti malam!" Jelas Fariz sambil berlalu.
Fariz pergi kerumah Luna terlebih dahulu untuk menjemput sang pujaan hati, untuk berangkat ke kampus bersama.
Ketika hampir sampai di sekitar rumah Luna, Fariz melihat Luna menaiki ojek online. Fariz akhirnya putar balik dan mengejar Luna untuk yang di bonceng oleh abang ojek online.
Fariz kehilangan jejak motor ojek online yang di naik oleh Luna ketika di lampu merah.
Niat Fariz untuk langsung ke kampus di urungkan, ketika melihat Laras memasuki sebuah tempat makan yang ada di sebrang kampus.
Fariz hendak menghampiri Luna dan Laras, di urungkan ketika melihat Kedua gadis itu sedang berdebat dengan 4 orang gadis yang ia ingat sebagai mahasiswi yang mengambil mata kuliah yang di ampuhnya.
***
bersambung
Baca karya aku yang lain juga yok ada
JODOH: Cinta Pertama (60 bab)
Brondong Meresahkan (15 bab)
Antonim (1 bab)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments