"Kamu nggak pa-pa?" Tanya Fariz panik
Fariz yang mendengar teriakan luna langsung berlari ke arah Luna dengan panik. Fariz melihat luka bakar di lengan Luna segera menariknya ke wastafel dan menghidupkan air. Untuk menyiram luka Luna agar tidak melepuh.
"Bunda kotak P3K dimana?" Tanya Fariz panik.
"Sebentar, biar bunda ambilin!"
Bunda berlari mencari kotak P3k di ruang tengah dan memberikannya kepada Fariz yang masih mengomel kepada Luna.
"Kamu itu ya, kemarin pecahan gelas, hari ini oven!" Omel Fariz.
"Maaf!" Ucap Luna pelan.
"Besok apa lagi, Luna?" Tanya Fariz sarkas.
"Maaf!"
"Maaf buat apa?" Tanya Fariz gemas.
Luna hanya menggelang kepalanya sambil menunduk. Luna tidak tahu harus berbuat apa.
Sedang Bunda tersenyum melihat anaknya sangat perhatian kepada seorang gadis untuk pertama kalinya.
" Jangan kamu marahi mantu Bunda!" Nasehat Bunda sambil mengelus pundak Fariz.
Bunda mengambil alih tangan Luna, memintanya untuk duduk di kursi yang tempat mereka mengobrol tadi.
"Sana kamu angkat kue dalam oven, sama masukin ini!" Bunda menyodorkan loyang yang harus di masukkan ke oven.
"Iya" Fariz melakukan apa yang di perintah Bunda dengan hati-hati.
"Kamu jangan masukkan ke hati kata-kata Fariz, dia memang begitu kalau sedang khawatir sama orang yang di sayang!" Jelas Bunda menenangkan Luna.
Luna yang tidak tahu harus bicara apa hanya diam melihat Fariz yang sedang memasukan loyang ke oven.
"Fariz sering bantu bunda masak dari dulu!" Jelas Bunda yang melihat Luna memperhatikan Fariz.
***
"Luna, keluarganya masih ada yang bisa jadi wali?" Tanya Ayah tiba-tiba.
Mereka berempat sedang duduk di ruang makan sambil menikmati kue buatan Bunda dan Luna.
"Maksudnya?" Tanya Luna balik.
Luna bingung arah pembicaraan kemana, kenapa menanyakan tentang wali. Masalah ini hanya akan sampai satu bulan kedepan saja.
"Orang tua Luna sudah meninggal yah!" Jelas Fariz.
"Ayah tahu soal itu. Yang ayah tanya Luna masih punya wali untuk menikahkan dia atau tidak?" Omel Ayah sambil memukul kepala Fariz.
"Menikah?" Tanya Luna lagi.
"Iya kalian harus secepatnya menikah. Ayah tidak ingin berita tentang kalian yang berbuat tidak senonoh menyebar sampai ke rekan bisnis dan juga publik. Itu akan sangat mempengaruhi kampus kedepannyan!" Jelas Ayah panjang lebar.
"Tapi kalau menikah dengan tergesa-gesa malah akan membuat orang berfikir bahwa berita itu benarkan?" Tanya Luna balik.
"Benar apa yang Luna bilang, Yah!" Ucap Bunda lembut, sambil memeluk Luna.
"Benar apanya?" Tanya Ayah emosi.
Luna tidak ingin terjebak kedalam situasi yang lebih rumit lagi. Sudah cukup menuruti ide gila dosen tampan ini kemaren, Luna tidak ingin masalahnya bertambah lagi.
"Kami pasti punya cara lain untuk menjelaskan hal itu, Yah!" Jelas Fariz.
Fariz tahu ayahnya sedang membantu dia untuk mendapatkan gadis pujaan hatinya ini.
"Kamu mau ikut peraturan saya dan hidup dengan nyaman atau silakan lakukan sesuka kamu?" Tanya Ayah pada Fariz.
"Tapi kami tidak melakukan apapun seperti yang di fitnah itu!" Jelas Luna.
"Kamu Yakin?" Tanya Ayah mengejek Luna.
"Saya Yakin!" Jawab Luna tegas.
"Kalau kamu yakin, saya minta bukti sekarang!" Tantang Ayah sambil menatap Luna dalam.
"Kami akan mengumpulkan bukti itu!" Fariz mengikuti alur yang sedang Ayahnya rancang.
"Saya butuh bukti sekarang!" Potong Ayah tegas.
Fariz tahu betul apa yang ayahnya lakukan sekarang ini adalah untuk membantu dia mendapatkan Luna, tapi tanpa rencana.
"Tapi...!"
"Kalian terlalu banyak alasan. Kamu tahu betul tempat aman di kampus itu, makanya kamu ajak pacar kamu ini kesana?" Desak Ayah menatap Fariz sinis.
"Kami..." Luna hendak menjelas kan bahwa mereka tidak pacarana, tapi urung ketila melihat Bunda memegang tangannya erat.
Luna berfikir mungkinkan Fariz memang tidak suka kepada perempuan, seperti yang Bunda katakan. Kalau memang itu benar dan Luna menyangkal hubungan mereka, Bunda pasti akan sangat kecewa sekali.
"Kami apa?" Tanya Ayah dengan nada sinis.
"Kami butuh waktu untuk menyelesaikan masalah ini." Jelas Fariz.
" Waktu kalian tadi malam kurang cukup?" Tanya Ayah lagi.
Ayah menarik nafas sejenak untuk menetralkan amarahnya.
"Kalian tadi malam menyusun rencana untuk membohongi rektor dan jajarannya hari ini bukan?"
"Ayah..!" Teriak Fariz emosi.
Ayah tertawa sinis menatap Fariz.
"Fariz jangan begitu!" Ibu menenangkan Fariz dengan menggenggam tangannya.
"Ayah, pasti ada cara lain kan?" Tanya Bunda hati-hati.
"Tidak ada cara lain!" Tegas Ayah.
"Tapi Kasian mereka kalau menikah tanpa persiapan!" Bela Bunda.
"Kalian menikah, atau gadis ini kaluar dari kampus?" Tanya Ayah sambil menatap Fariz dan Luna bergantian.
Luna sudah ingin menangis mendengar keputusan pemilik kampus di depannya ini. Luna melirim Fariz yang masih tenang duduk di tempatnya.
"Bunda tahukan anak satu ini tidak pernah dekat gadis manapun. Cuma ada 2 kemungkinan. pertama dia tidak normal dan yang kedua dia bajingan!" Jelas Ayah pelan kepada Bunda.
"Maksud Ayah apa?" Tanya Bunda bingung.
"Dulu Bunda fikir dia gay kan?" Tanya Ayah hati-hati.
"Iya!" Bunda membenarkan ucapan Ayah.
"Ayah aku bukan gay!" Sela Fariz.
"Diam duli kamu Fariz!" Bentak Bunda.
"Dan sekarang coba Bunda lihat video mereka, dan lihat gadi didepan Bunda!" Perintah ayah.
Ayah memberikan video yang ada di Hp nya kepada Bunda.
Bunda mengikuti perintah Ayah dengan patuh dan bertanya kepada Ayah setelah melakukannya.
"Terus?" Tanya Bunda bingung.
"Kesimpulannya anak Bunda ini bajingan dan akan merusak gadis yang sedang bunda peluk itu." Ucap Ayah.
"Tapi kami tidak melakukan apapun!" Jelas Luna.
"Mungkin hanya belum di apa-apakah saja dengan bajian satu ini!" Ejek Ayah.
"Maksudnya gimana?" Tanya Bunda bingung mendengar perdebatan mereka bertiga.
Ayah menarik nafas pelan dan mencoba menjelaskan dengan pelan kepada istrinya yang bisa tiba-tiba sangat polos ini.
"Jadi mending kita nikahkan saja mereka sebelum gadis ini hamil di luar nikah dan membuat malu keluarga besar kita!" Usul Ayah.
"Tapi, Luna sebentar lagi ujian skripsi!" Jelas Fariz.
"Bunda yang siapkan semuanya, kira-kira waktu 2 minggu cukup?" Tanya Ayah sambil mengacungkan 2 jarinya.
"Semua Bunda yang siapkan?" Tanya Bunda antusias.
"Sama calon mantu bunda dong!' Jelas Ayah.
"Yah, bisa tunggu sampai Luna lulus saja kan?" tanya Fariz agar bisa meyakinkan Luna bahwa dia juga sebagai korban.
"Iya, saya sudah tinggal menunggu jadwal sidang saja!" Sela Luna membantu Fariz.
"Besok kamu ujian, biar saya minta mereka atur jadwal buat kamu!" Tegas Ayah.
"Tapi saya belum buat persiapan apapun!" Tolak Luna.
"Fariz calon istri kamu, butuh bantuan. Kamu tahukan harus bantu apa?" Tanya Ayah sambil melirik Fariz dan mengedipkan sebelah matanya.
***
bersambung
Baca karya aku yang lain juga yok ada
JODOH: Cinta Pertama (28 bab)
Brondong Meresahkan (10 bab)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
🌸 Ela 🌸
Lanjut kak, ceritanya bagus, semangat nulisnyaa. Kalau ada waktu mampir juga ya ke novel aku, terima kasih😊🙏🏻
2022-06-18
0
Reni Anjarwani
lanjut thor
2022-06-17
0