Rachel pulang ke rumah dengan keadaan perut keroncongan. Ia baru saja menyelesaikan empat mata kuliah hari ini. Akan tetapi, saat gadis itu masuk ke dalam rumah, dirinya terkejut karena rumah sudah dalam keadaan kosong melompong.
"Ada apa ini?" Mata Rachel membulat sempurna melihat rumahnya sudah dalam kosong, tanpa ada satu pun barang yang tersisa.
Rachel berlari ke arah kamarnya. Di sana, ia melihat perlengkapannya sudah tidak ada. Tak ingin tinggal diam, kini kakinya melangkah ke kamar Daniella. Tidak ada barang di sana, persis seperti kamar miliknya. Rachel mengeluarkan ponsel smartphonenya yang sudah cukup jadul. Rachel harus menelfon kakaknya dan menanyakan apa yang terjadi. Saat ia akan memencet tombol dial, seseorang membuka pintu rumah dengan tiba-tiba.
"Kau sudah pulang?" Daniella muncul tanpa aba-aba.
"Kakak, apa yang terjadi dengan rumah kita?" Rachel bertanya dengan panik.
"Tenanglah!"
"Ke mana pergi barang-barang kita?" Rachel tidak sabar dengan penjelasan kakaknya.
Daniella mengeluarkan sebuah kunci dari tas tangannya. Ia mengayunkan kunci itu di depan wajah adiknya, "Tuan Kai memberikan kita rumah."
"Tuan Kai? Maksud kakak, Tuan Kai ayah dari Jasper?"
"Ya, calon mertuamu."
"Mengapa dia memberikan kita rumah? Kakak tidak ada main kan dengannya?" Rachel menyipitkan matanya curiga.
"Kau gila? Kau tidak melihat bagaimana dia sangat mencintai istrinya?" Daniella memutar bola matanya.
"Lalu?"
"Dia memberikan kita rumah, agar kita bisa menyiapkan pernikahanmu dengan layak. Dan ini, voucher untuk kita pergi ke tempat perawatan dan ke salon kecantikan. Ini hadiah dari Nyonya Alula. Lihatlah! Belum jadi menantunya, orang tua Jasper sudah memanjakanmu," Daniella memperlihatkan voucher itu. Ia berkata dengan riang. Impiannya untuk hidup senang sudah di depan mata.
"Pernikahan apa? Tidak akan ada yang menikah," Rachel berbalik dan memunggungi kakaknya.
"Kau tidak ingat ancamanku?" Daniella berjalan menyusul adiknya.
"Kak, sebelum kejadian ini, aku dan Jasper tidak pernah akur. Bahkan, karena peristiwa itu, dia semakin membenciku," Rachel berkata dengan sedih.
"Lalu, bagaimana bisa aku menikah dengannya? Mengapa kau tega menjadikanku umpan? Lebih baik, kita bekerja di klub dan memenuhi keperluan sehari-hari dari sana," cairan kristal melompat kembali dari mata Rachel. Ia sungguh menjadi cengeng akhir-akhir ini.
"Kau yakin ingin terus bekerja di klub? Lalu, bagaimana dengan kuliahmu? Kau masih bisa bekerja karena kau masih semester dua. Jika sudah menyusun tugas akhir, kau akan kewalahan!" Daniella memperingatkan.
"Akan ada harga yang harus kau bayar mahal untuk perjuanganmu mendapatkan toga. Tinggal kau pilih! Kau ingin putus kuliah di tengah jalan atau tidak?" Sambungnya.
"Tapi aku tak bisa," Rachel memejamkan matanya.
"Kau pasti bisa. Hanya menjadi seorang istri dan tak lebih. Pekerjaanmu hanya kuliah dan tinggal ongkang-ongkang kaki di sangkar emasmu."
"Sangkar emas?" Rachel tertawa pedih.
"Lalukan saja! Dari pada harus menikah dengan pria tua," Daniella menakut-nakuti.
Rachel pun menghela nafas, tak lama kemudian ia pun memutuskan.
"Baiklah. Aku mau menikah dengan Jasper."
****
Braaakkk....
Henry melemparkan remote tv tepat di hadapan anak gadisnya. Aurora menunduk melihat kemarahan ayahnya yang baru ia lihat.
"Kau masih ingin berhubungan dengan keluarga penuh masalah itu?" Henry berkacak pinggang di depan putri sulungnya. Aurora hanya menunduk melihat kemarahan ayahnya.
"Bagaimana bisa kau berhubungan dengan anak yang berasal dari keluarga yang bermasalah?" Beverly tertawa melihat kebodohan anaknya.
"Ada pemuda yang tampan, ber attitude baik, berasal dari keluarga baik, kaya raya, tapi kau malah memilih pemuda berandalan yang keluarganya bermasalah?" Henry menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan pilihan putrinya.
"Dulu, Mommy tidak sebodoh kau, Aurora!!" Mata Beverly menajam.
"Mengapa bisa kau memiliki selera rendahan seperti si berandalan Alan?" Wajah putih Beverly memerah melampiaskan amarahnya.
"Bukankah perasaan tidak bisa dibohongi, Mom?" Aurora memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan ibunya.
"Perasaan bodoh itu lagi!" Henry tertawa sinis.
"Gunakan akal sehatmu, bukan perasaanmu!! Tuhan menciptakan akal, agar kau berbeda dengan binatang yang menggunakan insting," Beverly berkacak pinggang di hadapan anaknya.
Hati Aurora sakit mendengar omelan ibunya, akan tetapi semua yang dikatakan Beverly memang benar adanya. Apa jadinya jika Beverly tahu mengenai kejadian Alan yang menjebak Jasper? Aurora hanya mendengar setiap makian Beverly dan Henry dengan dada yang sesak.
"Tapi aku tidak bisa putus dengannya," Beverly menggelengkan kepalanya.
"Kau tinggal pilih saja, orang tuamu atau kekasih berandalanmu itu!" Henry menggeram.
Setelah dimarahi oleh kedua orang tuanya, Aurora memilih untuk mencari udara segar keluar. Langkahnya berpapasan dengan Jasper. Sudah berminggu-minggu ini, ia dan Jasper hanya bertegur sapa seperlunya.
"Hey?" Sapa Aurora kepada Jasper yang sedang membuka pagar rumahnya.
"Hey!" Jasper tersenyum kaku. Sudah dua minggu ini hidupnya berubah. Jasper tidak lahap makan dan tidak enak tidur, gara-gara memikirkan pernikahan bersama gadis yang tidak ia sukai. Itulah sebabnya, ia dan Aurora sedikit menjauh.
"Kau menjauhiku?" Aurora tersenyum lembut.
"Tidak. Tidak ada yang menjauhimu," Jasper mengusap lembut rambut Aurora.
"Mengapa sikapmu berubah? Kau benci padaku setelah apa yang Alan lakukan padamu?" Aurora mencerca Jasper dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
"Akhir-akhir ini aku hanya sedang lelah. Kau tahu kan, banyak sekali tugas kita di kampus," Jasper berkilah.
"Oh begitu," bibir Aurora membulat.
"Bahkan aku sampai lupa kita banyak tugas," Aurora tertawa.
"Itu karena kau sibuk berpacaran dengan Alan."
Senyum Aurora pun menyurut saat mendengar nama kekasihnya disebut oleh Jasper. Baik Aurora dan Jasper pun terdiam. Kini, seakan ada jarak pemisah antara Aurora dan Jasper.
"Kau mau ke mana?" Tanya Jasper yang memecahkan keheningan di antara mereka.
"Aku ingin berjalan-jalan di sekitar sini," Aurora menunjuk jalanan perumahan yang terlihat lengang.
Jasper hanya mengangguk-nganggukan kepalanya.
"Kau tidak ingin menemaniku?" Tanya Aurora.
"Aku ada urusan," Jasper merasa tidak enak. Ia memang akan pergi bersama kedua orang tuanya untuk mencari rumah baru. Rumah baru itu akan Jasper tempati bersama Rachel setelah menikah.
"Baiklah kalau begitu. Aku pergi ya?" Aurora hendak pergi, tetapi tangannya di cekal dengan kuat.
"Setelah semua yang terjadi, aku masih menginginkanmu, Aurora!" Jasper berkata dengan lirih.
Aurora pun hanya diam. Tangannya menyingkirkan cekalan pemuda itu.
"Aku harus pergi," Aurora berjalan menjauh.
"Aku akan menikah bersama dengan Rachel paling lama 1-3 tahun, atau sampai aku wisuda. Setelah aku menyelesaikan S1 ku, aku akan menceraikanya dan kembali padamu. Ku harap di hari itu, kau belum menjadi milik siapa-siapa," batin Jasper sembari terus melihat bayangan kekasih hatinya yang menjauh.
"Kau sudah siap?" Alula menepuk bahu Jasper dengan riang.
"Sudah, Ma."
Alula, Kai dan Jasper pun masuk ke dalam mobil. Kai menyetir, Alula duduk di sampingnya, dan Jasper terduduk di kursi penumpang. Tujuan mereka kini adalah mencari rumah baru untuk Jasper dan Rachel tempati setelah menikah.
"Ma? Pa?" Jasper bersuara.
"Ya, sayang?" Alula menoleh ke arah kursi penumpang.
"Aku minta satu permintaan lagi sebelum aku menikah."
"Apa itu?" Kai menyahut.
"Tolong jangan sampai tante Beverly dan om Henry tahu aku akan menikah. Tolong rahasiakan apapun dari mereka! Yang berhak tahu mengenai pernikahanku hanya mama, papa, Kimberly, kakak gadis itu, lalu kakek dan nenek," pinta Jasper.
"Kenapa, sayang?" Alula merasa tidak setuju.
"Aku hanya ingin pernikahan ini tidak ada yang tahu. Aku masih kuliah. Tidak usah ada pesta atau apapun. Nikahkan saja kami secara sederhana. Setelah lulus, baru perayaan besar-besaran."
"Tapi, sayang-"
"Sudah. Biarkan saja. Papa setuju," Kai menyanggupi dengan mudah.
"Kau pikir Papa tidak tahu apa yang kau pikirkan saat ini? Pikiranmu sangat mudah ditebak, Nak!" Kai tersenyum penuh arti sembari terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
tanpa kau kata Jasper ayah kau sudah tau
2023-07-15
0
El'
okelah kalau para pembaca bilang Kai lebih berpengalaman, masalah jasper ini aq serahkan sepenuhnya pada papa kai. 😁😄
2022-06-25
0
Shakila Anwar
Next thor
2022-06-06
0