Alan tengah menjadi perbincangan hangat semua mahasiswa di kampus. Media memberitakan mengenai skandal kedua orang tuanya. Ayahnya diberitakan berselingkuh dengan seorang cady yang biasa menemaninya bermain golf. Bahkan, ayah Alan menjadikan wanita itu simpanannya. Sedangkan ibunya, diberitakan terlibat skandal mengemudi dalam keadaan mabuk dan menabrak seseorang. Bahkan, korbannya pun muncul dan memberikan keterangan, di mana ibu dari Alan Addison kabur melarikan diri.
"Aku ingin bicara padamu!" Aurora mendekati Alan yang sedang termangu di bangku taman. Pasalnya, kini setiap hari ia harus mendengar kedua orang tuanya bertengkar akibat isu perselingkuhan itu.
"Bicara apa?" Raut wajah Alan terlihat semrawut.
"Apa yang kau lakukan kepada Jasper?" Aurora bertanya dengan nada yang tidak ramah.
"Aku? Aku tidak melakukan apapun," Alan menjawab dengan wajah tanpa dosanya.
"Kalau begitu mengapa Jimmy berbicara jika kau menjebak Jasper?"
"Jimmy? Mengatakan itu?" Alan terkejut.
"Sial*n anak itu!" Batin Alan berang.
"Aku mendengarnya sendiri. Jimmy sedang membicarakan Jasper dengan temannya. Dan dia berkata jika kau menjebaknya!" Aurora berkata dengan jengkel.
"Honey, mengapa kau marah padaku? Aku hanya sedang berupaya melindungi hubungan kita," Alan menggapai tangan Aurora. Akan tetapi, Aurora menepis tangan kekasihnya.
"Jelas aku marah, Jasper adalah sahabatku dari kecil. Aku hanya ingin tahu dari mulutmu langsung kebenarannya seperti apa!"
"Sudahlah, honey. Kepalaku sungguh pusing," Alan memijit pelipisnya.
"Di rumah, aku harus mendengar pertengkaran kedua orang tuaku. Di kampus mendengar gunjingan dari orang-orang mengenai keluargaku. Dan kini kau mengoceh mengenai anak pecundang itu!" Kesal Alan.
"Jangan sebut dia pecundang! Katakan padaku mengapa dan bagaimana kau menjebaknya?!!" Aurora tampak tidak sabar.
"Aku hanya menyuruh pegawai klub untuk mengantarkannya ke hotel. Aku ingin dia bersenang-senang dengan gadis lain, lalu melupakanmu. Aku baik bukan?" Alan tersenyum.
"Kau gila!!" Bentak Aurora.
"Jasper adalah anak yang dididik oleh kedua orang tuanya dengan sangat baik. Lalu, kau menyerahkannya kepada gadis pekerja klub? Di mana otakmu?" Aurora menempelkan telunjuknya di kening Alan.
"Honey, mengapa kau semarah itu? Kau peduli padanya?" Alan menyingkirkan telunjuk Aurora dari keningnya.
"Bukan peduli. Aku hanya kasihan padanya," Aurora mengelak.
"Tenanglah, honey!" Alan memegang tangan Aurora.
"Aku rasa tidak terjadi apapun, karena waktu itu orang suruhanku melaporkan, jika orang tua Jasper datang ke hotel," Alan menenangkan.
Aurora pun terdiam dan memperhatikan raut wajah kekasihnya. Tidak ada kebohongan di sana.
"Aku hanya berupaya menjaga hubungan kita. Aku sangat mencintaimu," Alan mencium punggung tangan Aurora.
"Maafkan aku, honey! Aku hanya terbawa emosi. Kau pun tahu, Jasper sahabatku dari kecil," Aurora melunak.
"Aku tidak akan mengulanginya lagi, Honey. I love you," Alan menarik Aurora ke dalam dekapannya.
"Aku juga cinta padamu," Aurora membalas pelukan Alan.
****
"Menikahi?" Jasper berteriak kepada kedua orang tuanya.
Sepulang menemui Rachel, Alula dan Kai memang langsung berbicara kepada putranya mengenai pernikahan.
"Mama gila?" Jasper bertanya dengan nada tinggi.
"Jaga sikapmu di depan Mamamu!!!" Kai berteriak. Ia tidak suka istrinya dibentak oleh anaknya sendiri.
"Maafkan aku, Pa!" Jasper menundukan wajahnya.
"Berbicaralah yang sopan!" Suara Kai masih meninggi.
"Ma, Pa? Aku tidak pernah menyukai gadis itu. Aku tidak bisa menikah dengan seseorang yang tidak aku cintai. Kalian kan tahu, gadis yang aku cintai hanya Aurora. Aku menyukainya sejak kecil."
"Lupakan Aurora, Nak! Setelah semua yang terjadi, kau masih menyukai Aurora?" Alula seakan tidak percaya.
"Aurora tidak melakukan apapun. Itu adalah ulah kekasihnya," Jasper membela.
"Tapi Aurora secara tidak langsung menjadi penyebab kekacauan ini," Kai bersuara.
"Ma, Pa? Ada banyak remaja seumuranku di negara ini yang melakukan fr*ee s*x. Ada berapa remaja yang berpacaran, lalu tinggal serumah dengan kekasihnya tanpa ikatan pernikahan. Lalu, mengapa hanya aku yang disuruh bertanggung jawab?" Jasper seakan tidak terima.
"Karena Papa dan Mama mengajarkanmu untuk selalu menghornati wanita. Kau sudah melec*hkan gadis bernama Rachel. Kau juga harus bertanggung jawab. Bagaimana jika dia hamil?" Kai mencerca putra sulungnya.
"Kalau dia hamil? Tinggal kita tunggu dia melahirkan, lalu kita ambil bayinya dan urus," Jasper berkata dengan enteng.
Alula pun menundukan wajahnya. Perlahan ia terisak.
"Sayang," Kai berdiri dari duduknya. Ia menghapus air mata istrinya.
"Mengapa kau sangat keterlaluan?" Alula bertanya dengan tangis.
"Kau ingin memisahkan anak dengan seorang ibunya? Kau dapatkan dari mana pemikiran egoismu itu?" Alula menatap putranya.
Jasperpun terdiam cukup lama.
"Lalu, pertanyaanku adalah, jika gadis itu tidak mengandung. Bagaimana?" Jasper menatap Alula dan Kai bergantian.
"Kau harus tetap bertanggung jawab. Dia melakukannya pertama kali denganmu," Kai menimpali.
"Pertama? Dan kalian percaya? Dia bekerja di klub. Kalian yakin, aku yang pertama? Bahkan aku tidak mengingat apapun," Jasper tertawa.
"Dan usiaku baru 18 tahun. Bagaimana bisa Mama dan Papa menyuruhku untuk menikah?" Jasper tampak tidak mengerti dengan pemikiran kedua orang tuanya.
"Kalian bisa menikah secara sederhana. Setelah kalian lulus di universitas, kalian bisa merayakannya secara besar-besaran," Alula memberikan ide.
"Ma, jangan memaksaku! Aku tidak pernah dan tidak akan pernah bisa menyukai gadis itu," Jasper menolak.
"Yah seperti itulah dulu yang Papamu katakan," Alula menoleh ke arah suaminya yang sudah terduduk di sampingnya.
"Maksud, Mama?" Jasper tidak mengerti.
"Dulu kami menikah pun tanpa ada rasa suka, rasa cinta. Tapi seiring berjalannya waktu, kami mulai bisa menerima dan saling mencintai," Kai menjelaskan dengan wajah berbunga-bunga. Ia mengingat hari-hari bersejarah di dalam hidupnya.
"Benarkah begitu, Ma?" Jasper menoleh ke arah ibunya.
"Iya. Dulu Papamu dan Mama saling membenci. Akan tetapi, akhirnya kami bisa saling mencintai dan akhirnya lahirlah kau dan juga Kimberly," Alula mengiyakan.
"Tapi aku bukan kalian. Aku tidak akan pernah bisa menerima gadis itu," Jasper kukuh dengan pendiriannya.
"Menikahlah dengan Rachel, Nak!" Pinta Alula lagi.
"Mama ingin mengangkat pegawai klub malam menjadi menantu?" Jasper tersenyum sinis.
"Mama bisa menilai, dia gadis baik."
"Bagaimana bisa menilai? Kenal baik pun tidak."
"Nikahi Rachel atau Papa kirim kau ke Skotlandia!" Ancam Kai.
"Terserah Papa saja. Mau Papa kirim aku ke kutub Utara pun, aku tidak peduli."
"Pikirkanlah baik-baik, Nak!" Alula berdiri dari duduknya. Mereka meninggalkan putranya dan masuk ke dalam kamar.
2 minggu kemudian....
Jasper semakin tertekan melihat kedua orang tuanya yang terus mendiamkannya saat ini. Di kampus pun, Jasper lebih banyak diam. Jasper adalah anak yang sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Jasper merasa dunianya hampa dan tidak ada kegembiraan lagi. Tak jarang, Jasper melihat ibunya menangis diam-diam di dalam kamar. Ditambah lagi dengan bertemu Rachel setiap hari di kampus, membuat moodnya semakin buruk.
"Semua ini gara-gara kau!" Jasper menunjuk wajah Rachel.
Pertemuan keduanya selalu diwarnai dengan pertengkaran yang tak berujung. Kebencian pemuda itu seakan naik 100 kali lipat terhadap Rachel. Jasper merasa, Rachel ingin menikah dengannya agar gadis itu mendapatkan hidup yang nyaman dan uang yang banyak.
"Jika uang yang kau inginkan dapatkan. Maka akan aku berikan," Jasper menantang Rachel di kali kesempatan. Tentunya mereka berbicara ketika tidak ada orang yang melihat.
"Aku tidak ingin uang. Sejujurnya aku pun ingin hidup dengan tenang dan damai," Rachel menimpali.
"Hidup tenang dan damai?" Jasper tersenyum jahat.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan," Jasper pergi meninggalkan Rachel.
"Ma, Pa, Jasper bersedia menikah dengan gadis itu!" Ucapnya saat ia sampai di rumah.
"Benarkah?" Alula tersenyum senang.
"Iya. Tapi aku minta satu syarat."
"Syarat apa?" Kai tampak penasaran dengan syarat yang akan diajukan putranya.
"Aku ingin menikah tanpa ada seorang pun yang tahu kecuali keluarga inti kita."
"Mengapa? Bukankah baiknya di umumkan?" Alula tampak tidak mengerti.
"Aku hanya malu, usiaku baru 18 tahun tapi aku sudah menikah. Seperti yang Mama katakan, aku akan mengakui Rachel istriku jika kami sudah lulus dari perguruan tinggi. Kalian setuju atau tidak? Kalau tidak, aku tidak akan menikah."
"Baiklah, kami setuju," Kai mendahului Alula yang akan berbicara.
"Tapi, sayang-"
Kai menggenggam tangan istrinya untuk menyuruhnya diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha
benci dan cinta itu beda dikit .dr benci bisa jd cinta .
2022-07-07
0
El'
jadi apa rencana jasper dengan pernikahannya?? curiga bikin Rachel "sakit-sakitan"... semoga tidak
2022-06-25
1
♔🅢ǟƴǟȵᷤɠͣӄᷤนͣ ͢‣᭄😘
kalau mereka jadi nikah ini kesempatan rachel untuk membuat jesper jatuh cinta padanya
2022-06-21
2