Jasper melihat wajah Rachel dengan jelas. Dengan secepat kilat, Rachel berlari meninggalkan Jasper dan juga Aurora yang akan turun dari mobil.
"Hey, Nona tunggu!" Teriak Aurora saat melihat Rachel berlari. Ia dan Jasper segera keluar dari dalam mobil.
"Sepertinya dia Rachel," Aurora berkata kepada Jasper.
"Aku rasa bukan," timpal Jasper. Bagaimana pun, Jasper merasa iba bila ada teman kampusnya yang mengetahui profesi Rachel sebenarnya yang bekerja di sebuah klub.
"Aku tidak salah melihat. Gadis itu Rachel, teman sekelas kita!" Aurora bersikeras.
"Bukan. Kau pasti salah melihat. Mana mungkin itu Rachel," Jasper menepis kecurigaan Aurora.
"Ayo kita pulang! Hari sudah semakin larut," ajak Jasper yang langsung di iyakan oleh Aurora.
Mereka pun masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan untuk sampai ke Boston Villages, perumahan mewah yang menjadi hunian kelas atas di kota Birmingham.
"Terima kasih ya untuk malam ini?" Jasper tersenyum saat mereka sudah berada di depan rumah Aurora.
"Jangan besar kepala! Aku menemanimu makan karena aku kasihan padamu. Kau belum makan sedari tadi. Aku takut kau sakit," bantah Aurora.
"Berarti kau peduli padaku?" Jasper semakin sumringah mendengar alasan Aurora.
"Bukan begitu. Kau kan sahabatku. Sudahlah, aku masuk dulu!" Aurora pergi meninggalkan Jasper yang masih berdiri di tempatnya berpijak.
Saat Aurora membuka pintu, ia melihat kedua orang tuanya tengah tersenyum kepada putri sulungnya itu.
"Tante, om, Jasper pulang dulu ya?" Pamit Jasper saat melihat orang tua Aurora.
"Ya, sayang. Besok besok kencan lagi ya?" Beverly, ibu dari Aurora berteriak.
"Mom, jangan mengada-ngada!" Aurora berdecak kesal dan langsung naik ke atas tangga untuk sampai di kamarnya.
"Sayang, aku kira kita harus bicara!" Beverly mengejar langkah putrinya itu.
"Bicara apa? Aku lelah, Mom. Aku ingin istirahat," Aurora masuk ke dalam kamarnya. Saat ia akan menutup pintu, Beverly mengganjal pintu dengan kakinya.
"Mommy, stop!" Aurora merasa jengah. Ia tahu pembicaraan macam apa yang akan Beverly ucapkan.
"Sayang, kau belum juga menerima perasaan Jasper?" Beverly bertanya dengan lembut.
"Mom, aku sudah berkata padamu jutaan kali. Kami hanya bersahabat dan selamanya begitu," Aurora menaikan suaranya.
"Ayolah, sayang! Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Apa yang kurang dari Jasper? Dia pemuda tampan, baik, kaya raya dan yang paling penting, Jasper anak dari sahabat karib mommy. Mommy begitu tahu bagaimana sahabat mommy mendidik anak itu," Beverly seakan tak menyerah agar Aurora membuka hatinya untuk Jasper, putra dari sahabat SMAnya.
"Mom, cinta tidak akan pernah bisa dipaksa," Aurora menolak.
"Ya, cinta memang tidak bisa dipaksa. Akan tetapi, cinta akan hadir bila sudah terbiasa," Henry, ayah dari Aurora menyela. Ia mengikutsertakan pendapatnya.
"Daddy tidak menyukai kekasihmu," jawab Henry dengan tegas dan berwibawa.
"Alan adalah pria terbaik untukku, Dad. Mengertilah!"
"Mommy juga tidak menyukainya," Beverly mendukung.
"Terserah apa kata kalian. Aku tidak meminta pendapat kalian. Yang menjalani hubungan ini adalah aku. Jika mommy menyukai Jasper, mengapa tidak mommy saja yang pacaran dengannya?" Cerocos Aurora dengan jengkel.
"Jaga bicaramu kepada mommy, Aurora!" Henry berteriak kepada putrinya.
"Mommy tunggu permintaan maafmu besok!" Beverly menatap tajam putrinya. Ia pun segera meninggalkan kamar Aurora dengan diikuti oleh suaminya.
"Sayang, bagaimana jika Aurora memang tidak tertarik kepada Jasper?" Henry menangkup tangan istrinya dengan hangat.
"Kita usahakan terlebih dahulu saja. Aku khawatir putri kita mendapatkan pria yang buruk. Aku ingin putri kita mendapatkan yang terbaik untuk hidupnya. Dan aku yakin pemuda yang terbaik untuk Aurora adalah Jasper," ujar Beverly dengan mantap.
*****
"Aku pulang!" Jasper masuk ke dalam rumahnya. Wajahnya terus menerus memancarkan senyum gembira karena berhasil makan bersama dengan Aurora.
"Anak mama baru pulang?" ibu dari Jasper yang bernama Alula menyambut kepulangan putranya.
"Iya, Ma," senyum di wajah pemuda itu tidak surut.
"Anak mama sepertinya sangat gembira hari ini," Alula tersenyum senang melihat kegembiraan terpancar dari wajah putra sulungnya itu.
"Iya, Ma. Aku baru saja makan bersama Aurora," Jasper berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.
"Bukankah kau bilang akan melupakan Aurora, Nak?" Alula merasa khawatir.
"Iya, tapi sudah kuputuskan untuk mengejarnya lagi. Papa bilang, sebagai pria sejati aku harus mengejar gadis yang ku cintai," Jasper mengingat petuah ayahnya.
"Tapi, sepertinya Aurora memang tidak menyimpan rasa apapun terhadapmu, sayang. Mama hanya takut kau akan terluka," Alula duduk di sebelah putranya. Ia mengelus rambut Jasper dengan lembut.
"Biarkan saja, sayang. Biarkan dia memperjuangkan apa yang dia mau," ayah Jasper yang bernama Kai turun dari tangga dan menimpali perbincangan istri dan anaknya.
"Tapi, sayang-"
"Sudahlah, Ma. Aku akan mendapatkan Aurora. Lihat saja! Mama tidak perlu cemas!" Jasper mencoba meredam kekhawatiran ibunya.
"Kalau begitu, Jasper naik dulu ke atas ya, Ma?" Jasper meminta izin dengan sopan.
Alula pun mengangguk.
"Sayang? Aku takut putra kita patah hati lagi," Alula menatap suaminya yang kini duduk di sebelahnya.
"Dia sudah besar. Jika kau terlalu memanjakannya, dia tidak akan tahu asam manis kehidupan ini," jawab Kai dengan enteng.
"Dan biarlah dia mendapatkan pengalaman mengenai percintaannya. Anak itu belum pernah berpacaran sama sekali," Kai berdecak kesal.
"Bagaimana mau berpacaran, jika gadis yang dia suka hanya Aurora dan Aurora."
"Sayang, aku minta kau jangan terlalu khawatir. Dia laki-laki," Kai mengusap pipi istrinya dengan lembut.
Alula hanya mengangguk pelan. Akan tetapi, di dalam hatinya selalu terbesit rasa khawatir. Alula takut Jasper akan terluka karena mencintai perempuan yang tidak mencintainya.
Sementara itu...
"Apakah Jasper tadi melihatku? Sepertinya iya," Rachel terus menerus gusar. Rachel takut Jasper akan memberitahukan teman kampusnya yang lain bila ia bekerja di sebuah klub malam.
"Aku harus berbicara padanya," Rachel bergumam sembari menyodorkan wine-wine pesanan para tamu yang datang ke klub.
*****
Hari terakhir OSPEK
"Jasper, aku ingin berbicara denganmu," Rachel mengejar langkah Jasper yang besar-besar.
"Hmmm?" Jasper bergumam dan tidak menghentikan langkahnya.
"Jasper kumohon!" Rachel mencekal tangan Jasper.
Jasper pun menghentikan langkahnya, ia menatap tidak suka ke arah tangannya yang sedang dicekal oleh Rachel.
"Maaf!" Rachel melepaskan tangannya.
"Bisa kita berbicara sebentar?" Rachel mengiba.
"Kau ingin berbicara apa? Bicarakan saja sekarang!" Jasper berkata dengan dingin.
"Bisa kita bicara di tempat yang lain?"
"Aku tidak memiliki waktu," Jasper melihat arlojinya. Ia kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Rachel.
"Baiklah di sini. 5 menit saja aku ingin bicara denganmu," Rachel kembali mengejar pemuda itu.
"Baiklah. Katakan sekarang!" Jasper memperlihatkan wajah tak ramahnya.
"Aku minta kau tidak memberitahukan pekerjaanku kepada teman-teman sekelas kita," Rachel tak berbasa basi dan langsung kepasa topik yang ingin ia sampaikan.
"Pekerjaan? Berarti kau benar-benar wanita panggilan?" Jasper tersenyum mengejek.
"Tidak. Seperti yang kau lihat saat acara ulang tahun temanmu. Aku di sana bekerja sebagai seorang pelayan," Rachel menepis.
"Lalu, mengapa kau takut aku memberitahu yang lain mengenai pekerjaanmu jika kau memang bekerja sebagai seorang pelayan?"
"Aku hanya tidak ingin teman-teman salah paham bila tahu aku bekerja di sebuah klub. Aku juga harus menjaga nama baik kampus ini. Bukankah begitu?" Rachel menatap sayu.
"Baiklah. Aku akan menjaga rahasia mengenai pekerjaanmu. Tetapi, aku mempunyai satu syarat!"
"Syarat? Aku akan memenuhi semua syaratmu," Rachel tersenyum senang.
Jasper pun tampak berpikir.
"Jadi, apa syaratnya?" Tanya Rachel tidak sabar.
"Kau juga harus menjaga rahasia mengenai aku yang pernah membelimu di Bulgaria," kata Jasper pelan.
"Aku setuju," Rachel mengangguk cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
moga saja Jasper faham akan keadaan Rachel
2023-07-13
0
Arik Purwaningsih
bukanya suami Beverly itu nama nya Alden kok ini nmnya henry
2023-07-12
0
El'
pembaca pada kangen sama alula dan kai...
aq belum kangen sama jasper jadi aq kangen Kaka Zi z... salam kangen kaka ☺️🤗🤗
2022-06-25
0