Menjagamu Dengan Do'A

Menjagamu Dengan Do'A

Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air

Sepanjang perjalanan dari Bandara Adi Sucipto, wajah Gus Umar nampak selalu murung. Pemuda berbadan tinggi tegap, berkulit putih, berhidung mancung, dan berambut ikal panjang sebahu itu hanya diam membisu. Dia sama sekali tidak menanggapi pembicaraan kang santri yang menjemputnya ke bandara.

Tatapan Gus Umar tertuju jauh ke depan dan tanpa ekspresi, seperti ada ketidak relaan dengan kepulangannya ke tanah air kali ini. Hingga sepanjang perjalanan yang dilalui selama lebih dari satu jam itu, hanya kebisuan yang tercipta di dalam kuda besi yang melaju pelan membawa Gus Umar pulang ke kampung halamannya.

Ya, gus Umar baru saja menyelesaikan studi S1 di Madinah. Awalnya, putra sulung Kyai Abdullah itu ingin melanjutkan studi hingga pasca sarjana. Namun, sang kakek menyuruh untuk segera pulang karena Gus Umar telah dijodohkan dengan seorang gadis yang merupakan cucu dari sahabat kakeknya tersebut.

Setelah beberapa lama melandas di jalan raya beraspal, mobil yang dikendarai kang santri itu pun tiba di kediaman Kyai Abdullah. Kang santri segera memarkir mobil dan setelah terparkir dengan sempurna, kang santri tersebut segera turun, kemudian membukakan pintu mobil untuk putra sang kyai.

"Gus, kita sudah sampai," ucapnya pelan seraya menepuk lembut lengan Gus Umar, tatkala dia mendapati putra sang kyai masih terdiam, dan nampak tengah melamun di tempat duduknya di jok belakang.

"Hmm ...." Gus Umar segera tersadar dari lamunan dan menanggapi kang santri hanya dengan gumaman. Putra sulung Kyai Abdullah itu kemudian turun dari mobil dengan malas.

Gus Umar berdiri terpaku dan menatap kosong ke depan. Padahal di teras kediaman Kyai Abdullah, para santri telah berdiri dengan takdzim menyambut kedatangannya. Namun, Gus Umar seperti tidak melihat keberadaan mereka.

"Monggo, Gus." Kang santri segera menuntun Gus Umar untuk masuk ke ndalem sang kyai.

Kyai Abdullah dan Nyai Robi'ah berjalan tergopoh-gopoh menyongsong kehadiran sang putra di ruang tamu.

"Alhamdulillah... akhirnya sampean pulang juga, Gus. Umi kangen sama sampean," sambut nyai Robi'ah dengan merentangkan kedua tangan, merengkuh tubuh sang putra, dan memeluk putranya dengan penuh kerinduan.

Seketika wajah Gus Umar yang tadinya dingin, kini mengulas senyum menyambut pelukan sang umi. Hati Gus Umar seketika menghangat, mendapatkan pelukan dari wanita hebat yang telah melahirkan dirinya ke dunia.

"Umar juga kangen sama Umi," balas Gus Umar seraya melepaskan pelukan uminya. "Umi sehat?" tanya gus Umar kemudian, sambil menatap penuh rindu netra teduh Nyai Robi'ah.

Nyai Robi'ah mengangguk. "Alhamdulillah, Gus. Seperti yang sampean lihat, umi sehat wal-afiat," balas sang umi dengan tersenyum hangat, seraya menepuk lembut punggung kokoh putra sulungnya.

"Apa kamu tidak kangen sama abah, Gus?" sindir Kyai Abdullah yang nampak cemburu, melihat kehangatan sang putra dan istrinya.

Gus Umar tersenyum lebar pada sang abah, yang masih terlihat ganteng di usia senjanya. Wajah tua itu semakin berwibawa dan tatapan matanya begitu teduh hingga dapat membuat tenang siapa saja yang melihat.

"Tentu saja Umar kangen dengan laki-laki sepuh kesayangan Umi," balas gus Umar dengan bercanda dan kemudian memeluk abahnya dengan begitu erat.

"Sampean mengatakan, abah ini sepuh?" protes sang abah setelah melerai pelukan. "Ya, usia abah memang sudah sepuh, Gus, tetapi abah masih sanggup menggendong Umimu untuk mengelilingi ka'bah," gurau sang abah seraya mengerlingkan sebelah mata, pada sang istri.

Ya. Kyai Abdullah dan sang istri berniat untuk menjalankan ibadah umroh kembali bersama kedua putra putrinya jika sang putra sulung sudah pulang kembali ke tanah air. Rencananya, mereka akan berangkat sebelum Gus Umar menikah dengan gadis yang telah dijodohkan.

"Gus, ayo kita masuk ke dalam!" ajak sang umi seraya menggandeng putra kesayangannya. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam ruang keluarga.

Kyai Abdullah hanya bisa mengikuti keduanya dari belakang seraya bergumam, "Wah, abah bakalan kalah saing sama kamu, Gus."

"Umi masih bisa mendengar perkataan Abah," ucap nyai Robi'ah, seraya menoleh pada sang suami. Mereka bertiga kemudian duduk dengan nyaman di sofa, di ruang keluarga kediaman Kyai Abdullah.

"Ah, Abah. Paling Umi bersikap seperti ini pada Umar juga hanya sampai nanti sore. Malam harinya, Umi bakalan melupakan Umar demi suami tercinta," balas gus Umar, seraya tersenyum jahil pada sang umi yang duduk tepat di sampingnya.

"Kamu ini lho Gus, malah ngeledek umi." Nyai Robi'ah menjewer pelan telinga sang putra, pura-pura marah. Padahal dalam hati, ibu dari dua anak itu sangat bahagia karena memiliki dua laki-laki berbeda generasi yang sangat menyayangi dan mengerti dirinya.

Kyai Abdullah terkekeh kecil, mendengar candaan putranya yang membuat wajah sang istri yang nampak awet muda itu menjadi merona merah.

Tengah asyik mereka bertiga bercengkrama dengan hangat, terdengar suara salam yang diucapkan dengan riang gembira dari arah luar, "Assalamu'alaikum ...."

"Wa'alaikumsalam," balas mereka, kompak.

"Abah, Umi, Kak Umar!" Disusul dengan seruan manja seorang gadis, yang mengabsen satu per satu anggota keluarganya. Tidak lama kemudian, muncul dua gadis cantik dengan seragam putih abu-abu memasuki ruang keluarga.

Kedua gadis itu segera menyalami Kyai Abdullah dan sang istri, seraya mencium punggung tangan kedua orang tua tersebut dengan takdzim. Salah seorang gadis kemudian mendekati Gus Umar, menyalami pemuda tampan yang selalu tersenyum itu lalu segera memeluknya.

"Kak Umar jahat, mau pulang enggak kasih kabar dulu sama Laila," protes gadis itu dengan manja, yang ternyata adalah adik kandung Gus Umar.

Gus Umar melepaskan pelukan sang adik yang selalu manja pada dirinya itu. Dia kemudian mengacak lembut puncak kepala Laila yang tertutup hijab putih.

"Maaf Dik, kakak pulangnya dadakan. Jadi, enggak sempat membelikan kamu oleh-oleh," ucap gus Umar sendu, mengingat kembali kepulangannya yang sangat terpaksa. Sebab, perjodohan yang sama sekali tidak dia kehendaki.

Apalagi dihadapannya kini, berdiri seorang gadis yang terus menundukkan pandangan, dan menyembunyikan senyum manisnya. Seorang gadis belia, yang diam-diam disukai oleh Gus Umar, dan selalu disebut namanya dalam setiap do'a yang di langitkan putra sulung Kyai Abdullah tersebut.

Gus Umar hanya bisa menatap gadis itu dengan segala kesedihan hatinya. Musnah sudah harapan yang selama ini selalu dia pupuk. Keinginan untuk menyatakan perasaannya yang mendalam kepada teman sang adik, ketika nanti gus Umar sudah menyandang gelar sarjana, dan sudah bisa bekerja.

Laila yang belum tahu rencana perjodohan sang kakak, cemberut. "Lain waktu kalau kakak mau pulang lagi, kasih kabar sama Laila, ya? Soalnya Laila pengin dibeliin hijab yang kembaran sama Aida," pinta gadis itu manja, dengan sorot mata memohon pada satu-satunya kakak yang dia miliki.

Merasa disebut namanya, gadis yang sedari tadi menunduk itu pun mengangkat wajah dan sedetik kemudian Aida tersipu malu tatkala pandangan matanya tanpa sengaja, terpaut pada netra hazel milik Gus Umar. Untuk beberapa saat, kedua insan berlainan jenis itu saling tatap, dan seolah bercengkrama dalam diam.

Suara nyai Robi'ah kemudian, membuyarkan lamunan keduanya. "Kakakmu tidak akan kembali lagi ke Madinah, Ning, karena Gus Umar akan segera menikah."

"Apa? Menikah? Dengan siapa, Umi?" cecar Laila pada sang umi, yang sangat terkejut mendengar berita bahwa sang kakak akan dijodohkan.

Laila sekilas menatap tajam kearah sang kakak dan kemudian menatap Aida, sahabat baiknya dengan tatapan yang sulit diartikan. 'Maafkan aku Da,' bisik nya dalam hati.

Sementara Aida, gadis berseragam putih abu-abu itu langsung menundukkan wajahnya dengan dalam.

bersambung...

🌟🌟🌟🌟🌟

Buat kalian yang sudah mampir ke novel keempat ini, aku ucapkan terimakasih banyak 🤗🤗

Meski karya ini sudah TAMAT, tapi tetep,,, tolong tinggal kan jejak kalian di sini 😉😉

Dengan Like, komen, vote dan hadiah yang banyak dan jangan lupa klik tombol hati/ masukkan favorit 🥰🥰

Dan jika kalian suka dengan jalan ceritanya, jangan lupa berikan rating bintang lima dan katakanlah sesuatu untuk menyemangati ku 😊🙏

Happy Reading bestie ....

Terpopuler

Comments

mama aya

mama aya

nyimak kak

2024-05-22

1

Nar Sih

Nar Sih

mampir lgi kakak👍❤️

2023-12-23

1

Nurr Amirr🥰💞

Nurr Amirr🥰💞

Hadirrrrr thorrrr🥰🥰🥰🥰

2023-12-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!