Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku

Hari berganti hari, Aida dan Laila saat ini tengah menjalani ujian akhir sekolah. Sejenak Aida berusaha sekuat hati melupakan ingatan nya tentang gus Umar, meski senyata nya Aida tak mampu melakukan nya karena mereka masih berada di lingkungan yang sama dan hampir setiap saat bertatap muka.

Dan setiap kali bertemu, Aida tak sanggup untuk tidak melirik laki-laki tampan nan kharismatik yang telah menghiasi mimpi-mimpi nya selama ini. Begitu pun dengan gus Umar, yang setiap kali bertemu.. seakan hendak mengajak Aida untuk bercengkrama dari hati ke hati, meski hal tersebut tak sanggup terucap dari bibir nya.

Kedua nya hanya saling pandang dalam diam, dan kemudian Aida akan buru-buru berlalu untuk menyembunyikan kegundahan dan kesedihan hati nya.

Seperti pagi ini, di hari kedua ujian akhir sekolah. Ketika Aida hendak berpamitan sama nyai Robi'ah, gus Umar nampak tengah menunggu nya di ruang keluarga. Karena kebetulan, nyai Robi'ah sedang ada keperluan diluar pesantren bersama kyai Abdullah

"Assalamu'alaikum,," ucap salam Aida, dan langsung masuk ke ruang keluarga seperti biasa nya. Namun Aida terkejut, tatkala mendapati hanya ada gus Umar di ruangan tersebut, "maaf gus, Aida mau ketemu Laila," ucap Aida seraya menyembunyikan kegugupan nya dengan menundukkan kepala.

"Mau ketemu Laila, atau mau pamit sama umi?" Tanya gus Umar, yang memang sudah mengetahui kebiasaan Aida setiap pagi.

"Eh iya, dua-dua nya," balas Aida terdengar gugup, dan masih dengan menundukkan kepala nya. Entahlah.. semenjak mengetahui bahwa gus Umar telah dijodohkan, Aida merasa tak sanggup mendongakkan kepala setiap kali berhadapan dengan laki-laki pujaan hati nya yang ternyata sudah dijodohkan itu.

Pada hal dahulu hubungan mereka sangat lah baik, kedua nya terbiasa bercanda dan tertawa bersama layak nya adik dan kakak. Meski seringkali Aida malu-malu saat kedapatan tengah mencuri-curi pandang pada gus Umar, dan gus Umar akan bereaksi dengan tertawa gemas hingga Aida pun akhirnya ikut tertawa.

"Mau ketemu sama kakak ding dia,," ucap Laila tiba-tiba yang baru muncul dari kamar nya.

"Eh,, enggak kok," balas Aida cepat, sambil mengerucutkan bibir nya menatap Laila.

"Kalau iya juga enggak apa-apa kok dik," goda gus Umar mencoba mencairkan suasana, namun justru hal itu membuat Aida semakin salah tingkah.

"Mm,, mboten kok gus, Laila aja yang asal ngomong," balas Aida masih terdengar gugup, dan wajah Aida menjadi merah padam.

Laila terkekeh melihat wajah sahabat nya yang memerah karena malu, "Da, wajah mu kenapa? Sampai merah gitu? Kayak udang rebus tahu Da,," Laila semakin menggoda sahabat nya.

Dan Gus Umar tersenyum melihat kearah Aida, "kamu semakin manis saja dik, dan dengan malu-malu seperti itu wajah mu semakin menggemaskan," gumam gus Umar dalam hati, dan sedetik kemudian gus Umar segera menepis pikiran liar nya.

Aida mencubit pelan lengan sahabat nya, "aw,, Da.. sakit??" Protes Laila, pura-pura kesakitan. Pada hal dalam hati dia tertawa senang, karena telah berhasil membuat kakak kesayangan nya tersenyum kembali meski hanya sejenak.

Ya, semenjak kepulangan nya hari itu.. gus Umar kehilangan keceriaan nya. Kakak Laila yang biasa nya suka iseng sama adik nya itu berubah menjadi pribadi yang pendiam dan datar, dan bicara nya juga lempeng tak seperti biasa nya yang kadang suka ngebanyol.

"Ayo La, kita berangkat.. nanti kita terlambat," ajak Aida yang merasa sudah tidak betah berlama-lama berada di dekat gus Umar, semua oksigen di ruangan itu seakan menguap entah kemana hingga membuat Aida seolah kesulitan bernafas.

"Duduk sini dulu Da,, aku belum sarapan," tolak Laila, sambil berlalu menuju ruang makan meninggalkan Aida dan kakak nya hanya berdua.

Laila mengambil dua potong roti yang sudah diolesi susu beserta dua gelas susu hangat, dan kemudian membawa nya ke ruang keluarga.

"Kok masih berdiri aja Da,, ayo duduk," titah nya pada sahabat nya itu, dan Laila kemudian duduk di samping sang kakak.

Aida pun kemudian ikut duduk, agak jauh dari kedua nya.

"Nih buat kamu Da, harus di habis kan ya,," Laila memberikan sepotong roti dan segelas susu yang tadi dibawa nya kepada Aida.

"Kok cuma makan roti dik, tadi kan umi masak?" Tanya gus Umar pada sang adik, tapi tatapan nya tertuju pada Aida.

Aida yang sempat melihat nya, buru-buru menundukkan pandangan nya.

"Males makan nasi kalau pagi kak, kecuali kalau nasi goreng.. apalagi kalau nasi goreng nya buatan bibi Aini, ah bikin Laila kangen aja sama masakan bibi Aini yang the best itu," balas Laila nyerocos kemana-mana.

"Banyak mau nya kamu,," gus Umar mencubit gemas pipi sang adik.

Dan sudut netra Aida yang bisa menangkap adegan itu, hati nya menghangat. Aida memang sudah sering melihat kehangatan gus Umar pada Laila, dan hal itu lah yang membuat Aida semakin mengagumi sosok pribadi gus Umar yang sangat menyayangi keluarga nya.

"Tidak,, tidak,, aku tidak boleh terus-terusan memikirkan nya. Ayo fokus Da,, fokus pada ujian mu, dan setelah lulus segera tinggalkan pesantren ini agar kamu dapat melupakan nya," Aida menyemangati diri nya sendiri.

Aida dengan cepat menghabiskan roti dan susu nya, dia makan tanpa mengunyah nya dengan benar. Yang ada di pikiran nya, Aida hanya ingin segera menghabiskan rotinya dan segera pergi dari hadapan gus Umar,, bahkan rasa manis dan gurih dari roti tersebut pun tak dapat dia nikmati sepenuh nya.

"La, punyaku udah habis. Yuk berangkat," kembali Aida mengajak sahabat nya itu untuk segera berangkat ke sekolah.

"Aku belum minum susu nya Da, sabar napa?" Protes Laila yang merasa Aida terlalu terburu-buru memakan roti nya, Laila kemudian memasukkan suapan roti terakhir kedalam mulut nya dengan gerakan slow motion.. dan hal itu membuat Aida semakin cemberut.

Laila tertawa dalam hati, dia tidak bermaksud membuat sahabat nya marah.. tapi Laila hanya ingin mengulur waktu sejenak, agar kakak nya dan Aida bisa duduk bersama meski mereka tak saling berbicara.

Gus Umar mendesah pelan, "jangan suka bikin orang menunggu lama, makan nya agak dipercepat," titah gus Umar menatap sang adik, gus Umar merasa tidak tega juga melihat Aida yang duduk dengan tidak tenang.

"Iya, nih udah habis," balas Laila setelah menelan makanan terakhir nya, dan Laila segera menghabiskan susu hangat milik nya.

"Kak, Laila berangkat ya," pamit Laila pada sang kakak, seraya mencium punggung tangan sang kakak dengan takdzim.

"Yang teliti menjawab soal ujian nya, jangan buru-buru ingin selesai. Manfaatkan aja waktu yang tersedia dengan baik," gus Umar menasehati sang adik, sekaligus ditujukan pula pada Aida.

Laila dan Aida mengangguk, dan Aida tersenyum manis pada gus Umar.

"Kak, beneran.. kakak enggak ingin mengatakan apa-apa pada Aida?" Kembali Laila mengingatkan kakak nya.

Gus Umar menatap Aida dengan perasaan tak karuan, dia bingung harus memulai darimana?

Setelah cukup lama terdiam, gus Umar akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan semua isi hati nya. Meski pemuda itu tahu.. ini sudah sangat terlambat, dan yang pasti akan melukai perasaan mereka berdua.

"Dik Aida, bisa kita bicara sebentar?" Pinta gus Umar.

Aida mengangguk, dan kemudian kembali duduk di tempat nya semula.

"Mungkin dik Aida sudah bisa menebak perasaan ku sama kamu dik, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku.. aku menyukai mu sudah sejak lama, dan aku akan terus menyimpan nama mu di hatiku." Gus Umar menatap intens netra indah Aida, sedangkan Aida menggeleng pelan.

"Jangan seperti itu gus, lupakan Aida dan Aida pun akan belajar untuk melupakan gus Umar," lirih Aida.

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

sendu sendu sendu

2023-07-02

1

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ya ampung nyesek bgt sih pdahal blm ap² lho in 😭😭😭

2023-06-05

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

nyesek kak🥺😭

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!