Hari ini, bu Retno dan putra nya sibuk menyiapkan pernikahan antara Ryan dan Aida yang akan dilangsungkan di rumah sakit. Bu Retno juga sudah mengantongi ijin dari pihak rumah sakit, untuk menggelar acara pernikahan yang akan dilangsungkan dengan sederhana tersebut.
Sedangkan Ryan juga telah berhasil menghubungi petugas dari Kantor Urusan Agama, yang akan menikahkan diri nya dan Aida nanti malam di ruang rawat bibi Aini.
Segala persiapan dari mulai baju pernikahan, mas kawin, seserahan, serta konsumsi untuk yang hadir nanti malam juga sudah di persiapkan oleh bu Retno dengan sangat matang... meski bu Retno tidak mengundang orang lain dalam acara pernikahan putra nya nanti malam.
Dari pihak Aida, hanya Aida dan ibu nya yang sedang sakit, serta di dampingi oleh mbak Ning. Sedangkan dari pihak calon mempelai laki-laki, hanya bu Retno dan sang suami yang hadir. Dan sebagai saksi, adalah sopir pribadi bu Retno dan ketua RW yang di minta oleh ayah nya Ryan secara khusus untuk ikut hadir nanti malam.
Sedangkan Aida, gadis cantik itu sibuk mempersiapkan mental nya dan juga sibuk menghibur sang ibu. "Ibu jangan khawatir ya, Insyaallah Aida bahagia. Mas Ryan orang nya baik kok," ucap Aida berpositif thinking pada calon suami nya.
Bibi Aini mendesah pelan, wanita yang terbaring lemah dengan alat-alat medis menempel di tubuh nya itu tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah pernikahan putri semata wayang nya. Aida berkeras melakukan semua demi kesembuhan diri nya, dan bibi Aini hanya dapat berjuang dan berdo'a semoga pengorbanan putri nya tidak lah sia-sia.
Bibi Aini menggenggam tangan Aida, dan tatapan nya begitu dalam menatap netra indah milik sang putri. Untuk beberapa saat lama nya kedua wanita cantik berbeda usia itu sama-sama diam, hanya mata mereka yang berbicara.
Aida mengulas senyum nya yang tulus, "ibu harus sehat kembali ya, ibu harus melihat Aida bahagia bersama suami dan anak-anak kami kelak," ucap Aida dengan suara nya yang tercekat, Aida menyembunyikan kebenaran tentang Ryan yang di vonis mandul oleh dokter pada sang ibu. Dan jauh di lubuk hati Aida, gadis itu masih menyimpan harapan.. kira nya Allah memberikan keajaiban pada Ryan, dan mereka dapat memiliki keturunan.
Waktu terus bergulir, pagi berganti siang, dan matahari pun tenggelam di gantikan oleh rembulan yang bersinar terang di malam purnama. Namun sinar terang dan keindahan bulan purnama tersebut, tak seindah harapan Aida malam ini.. dimana dia harus menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dia cintai.
Di dalam kamar mandi, Aida yang tengah berganti pakaian dengan mengenakan kebaya yang dibelikan oleh calon suami nya.. tak henti meneteskan air mata. Berkali-kali Aida menyeka nya, namun air mata nya terus mengalir membasahi pipi nya yang putih dan bersih itu.
Aida menatap diri nya dari pantulan cermin kecil yang ada di dalam kamar mandi rumah sakit, dia tatap lekat wajah nya dan memaksakan diri untuk tersenyum. "Ayo Da, kamu pasti bisa. Jalani apa yang telah menjadi takdir hidup mu, dan ikhlas lah.." lirih Aida menyemangati diri nya sendiri.
Aida menarik nafas sedalam-dalam nya, dan mengeluarkan nya dengan perlahan. Dia mengulangnya berkali-kali, hingga diri nya merasa sedikit lega.
Tok,, tok,, tok,,
Terdengar pintu kamar mandi di ketuk dari luar, "nduk, apa kamu kesulitan memakai kebaya nya? Kenapa lama sekali?" Tanya bu Retno, yang nampak khawatir.
Aida membuka pintu kamar mandi, "iya bu, maaf.. tadi agak susah pasang kancing nya. Mungkin karena masih baru, jadi masih sempit," balas Aida beralasan.
"Oh ya sudah, ibu pikir kamu kenapa-kenapa di dalam," ucap bu Retno penuh perhatian, "ayo kita segera duduk di sana, pak penghulu nya sudah datang," bu Retno menggandeng lengan Aida dan mengajak nya untuk duduk di kursi yang sudah di persiapkan.
Ryan yang sudah duduk di sana, menatap Aida penuh kekaguman, "cantik alami," gumam nya dalam hati.
"Ryan, apa cincin kawin nya sudah kamu siapkan nak?" Tanya bu Retno seraya menepuk lembut punggung sang putra, hingga membuat Ryan tersadar dari lamunan nya.
"Eh, iya bu.. sudah." Balas Ryan sedikit gugup, meski ini bukan yang pertama bagi laki-laki matang yang usia nya terpaut sebelas tahun dengan Aida itu tapi tetap saja Ryan merasa gugup. Hal itu di karena kan, Ryan dan Aida baru bertemu kembali setelah bertahun-tahun mereka berdua tidak saling berjumpa, dan terakhir Ryan bertemu Aida saat gadis cantik calon istri nya itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Ya, semenjak menikah dengan model majalah tujuh tahun yang lalu dan karir Ryan di bisnis kontraktor melejit.. laki-laki matang itu tak pernah lagi pulang ke kampung halaman nya, karena bu Retno dan suami nya lah yang sering mengunjungi putra nya itu ke kota. Karena sekalian, bu Retno mengunjungi anak nya yang lain yang juga tinggal di kota yang sama.
Namun malam ini, kakak nya Ryan tak bisa hadir karena sedang keluar jawa mengunjungi mertua nya yang sedang sakit.
Ryan terus saja mencuri-curi pandang pada Aida, yang malam ini nampak sangat cantik meski hanya dengan makeup sederhana. Sedangkan Aida menundukkan wajah nya dengan dalam, entah karena malu atau karena menyembunyikan kesedihan nya.
Mbak Ning yang duduk di belakang Aida, terus mengusap punggung gadis itu untuk memberikan ketenangan. Wanita yang telah mengabdikan diri pada orang tua Aida itu tahu persis, bahwa gadis muda yang telah dianggap nya seperti adik nya sendiri itu terpaksa menjalani semua demi kesembuhan sang ibu. "Semoga pengorbanan mu berbuah kebahagiaan neng,," do'a nya tulus dari hati.
"Ehm..." pak penghulu memasuki ruang rawat inap bibi Aini dengan berdeham, ayah nya Ryan dan pak RW nampak mengekor di belakang nya.
Penghulu tersebut segera menempatkan diri dan duduk tepat di hadapan mempelai laki-laki yang malam ini terlihat tampan dengan stelan jas berwarna putih, senada dengan kebaya yang dikenakan mempelai wanita.
Bibi Aini yang duduk bersandar di brankar pasien nampak menitikkan air mata, dan dengan penuh perhatian bu Retno yang duduk di samping calon besan nya itu mengusap air mata ibu nya Aida dengan tissue yang sudah di siapkan.
"Do'akan yang terbaik untuk mereka berdua ya jeng,," bisik bu Retno lembut dan dengan tersenyum hangat.
Bibi Aini mengangguk, dan mengulas senyum tipis. Ibu dari calon mempelai wanita itu mencoba untuk mengikhlaskan takdir hidup putri semata wayang nya, seperti pinta Aida kepada nya siang tadi.
Terdengar pak penghulu yang malam ini bertugas menikahkan Ryan dan Aida, dan sekaligus menjadi wali dari mempelai wanita karena ayah Aida sudah meninggal.. mulai membaca kan khutbah nikah.
Usai dengan khutbah nikah, pak penghulu menjabat tangan Ryan dengan erat dan mengucapakan ijab dengan menatap mempelai laki-laki.
Mendengar penghulu membaca kan ijab untuk nya, Aida tak kuasa membendung air mata nya.
Dan Ryan menjawab dengan bacaan qabul sebagai penerimaan diri nya atas diri Aida dengan sepenuh hati dan mengambil alih tanggung jawab untuk Aida dari orang tua nya. Dalam hati Ryan berjanji akan membahagiakan Aida, karena dia yakin Aida adalah istri yang bisa menerima diri nya dengan segala kekurangan nya.
"Bagaimana saksi?"
"Sah..."
bersambung,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
sherly
smoga ryannya baik Ama aida
2023-11-16
1
Ita rahmawati
ak saking kecewany smpe ketawa ngakak nih pas baca 🤣🤣
2023-06-05
1
Maulana ya_Rohman
😢😢😢😢😢😢
2023-05-23
1