Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra

"Ayo dik,," ajak gus Umar seraya menyeret pelan lengan sang adik, dan mengabaikan pertanyaan Laila.

"Assalamu'alaikum bi,'" ucap salam kedua nya seraya keluar dari kediaman bibi Aini.

"Wa'alaikumsalam,,," balas bibi Aini dan Aida bersamaan, mengiringi kepergian putra putri kyai Abdullah.

Laila berjalan sedikit cepat mengikuti langkah kaki sang kakak yang lebar, dan kedua kakak beradik itu langsung menuju mobil.

Gus Umar segera melajukan kendaraan nya dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan beraspal yang masih cukup ramai.

"Kak, kenapa tadi kakak enggak jadi bicara sama Aida?" Tanya Laila, memulai pembicaraan setelah cukup lama kedua nya terdiam.

"Kakak rasa waktu nya belum tepat dik, dan kakak juga khawatir dengan keadaan bibi Aini yang kurang sehat," balas gus Umar, seraya melirik sang adik sekilas.

"Tapi besok malam,,," Laila menggantung ucapan nya, dan tak hendak meneruskan nya. Laila merasa tidak rela jika kakak nya melamar gadis lain, meski Laila tahu bahwa ning Zahra adalah gadis yang baik. Tapi bagi Laila, kakak nya lebih cocok jika bersanding dengan Aida, sahabat nya.

"Kakak juga bingung dik," balas gus Umar yang mengerti arah pembicaraan sang adik, "kakak juga bingung, kalau pun kakak punya kesempatan untuk bicara sama Aida... dan jujur mengatakan pada nya tentang perasaan kakak, apakah itu masih ada gunanya dik? Jika perjodohan itu masih tetap berlanjut? Bukan kah lebih baik, kakak dan Aida tidak perlu saling terbuka agar kami tidak ada yang semakin terluka?" Gus Umar menarik nafas dalam, dan menghembus nya dengan kasar.

"Lantas? Apa kakak tetap menerima perjodohan itu?" Laila menatap kakak nya, menuntut jawab.

Gus Umar masih fokus dengan kemudi nya, dan tak langsung menjawab pertanyaan sang adik. Hingga mobil yang dikendarai gus Umar memasuki halaman rumah, dan gus Umar segera memarkirkan kendaraan nya di garasi di samping rumah utama.

Laila tak langsung turun, gadis itu masih menunggu jawaban sang kakak.

Gus Umar pun menatap sang adik dan mengurungkan niat nya untuk turun, "nanti di Baitullah kakak akan berdo'a sama Allah, agar Allah menunjuk kan mana yang terbaik untuk kakak," balas gus Umar terdengar pasrah.

Laila mengangguk, dan tersenyum pada kakak nya. "Semoga Aida yang terbaik," gumam Laila dalam hati.

"Ayo turun," ajak sang kakak, dan gus Umar segera membuka pintu mobil nya dan kemudian turun yang diikuti oleh Laila dari sisi yang lain.

"Assalamu'alaikum,," kedua nya memasuki rumah, dengan mengucapkan salam secara bersamaan.

"Wa'alaikumsalam,," balas semua orang yang berada di ruang keluarga.

"Kakek, nenek.. Umar kangen sama kakek dan nenek," ucap gus Umar, saat melihat ada kakek dan nenek nya sedang duduk di sofa bersama abah dan umi di ruang keluarga tersebut. Gus Umar segera menyalami kedua orang sepuh tersebut dan memeluk kedua nya bergantian.

"Cucu nakal, kenapa pulang tak langsung mengunjungi kakek dan nenek?!" Protes sang nenek seraya mencubit pelan lengan sang cucu, setelah gus Umar duduk di samping nya.

"Rencana nya nanti malam Umar mau mengunjungi kakek dan nenek, sambil membawakan martabak kesukaan nenek. Kalau sore seperti ini kan penjual martabak yang di pertigaan sana, belum buka nek?" Balas gus Umar membela diri.

"Pinter berkilah kamu," kembali sang nenek mencubit pelan cucu nya, tapi kali ini di pipi gus Umar.

"Ih nenek, kok pipi Umar di cubit? Nanti kegantengan Umar berkurang nek...?" Gus Umar pura-pura cemberut, dan sang nenek pun terkekeh seraya memeluk pundak kokoh sang cucu dengan perasaan gemas.

Begitulah hubungan gus Umar dengan kakek dan nenek nya, gus Umar selalu bersikap manja pada beliau berdua terutama pada sang nenek. Dan kyai sepuh beserta istri nya itu, sangat menyayangi gus Umar.. cucu laki-laki satu-satu nya yang beliau berdua miliki.

"Gus, ada yang ingin kakek sampaikan sama sampaian," tutur nyai Robi'ah, menatap putra nya yang masih bersandar manja pada bahu renta sang nenek.

Gus Umar langsung menegakkan tubuh nya, dan perasaan nya menjadi tak menentu.

"Gus, pasti umi mu sudah menyampaikan kalau besok malam kita akan silaturrahim ke keluarga ning Zahra tho?" Tanya kyai sepuh pada cucu kesayangan nya.

Gus Umar mengangguk, "nggih kek," balas gus Umar singkat, dan nampak tidak bersemangat.

"Rencana nya kakek rubah dan di percepat menjadi malam ini," lanjut kyai sepuh, dengan menatap sang cucu.

"Malam ini?!" Tanya Laila, gadis cantik yang sedari tadi diam saja itu sangat terkejut mendengar ucapan kakek nya.

Gus Umar pun tak kalah terkejut, tapi pemuda itu berusaha untuk menyembunyikan keterkejutan nya.

"Kek, memang nya kita tidak butuh persiapan khusus untuk silaturrahim ke rumah orang tua ning Zahra?" Tanya gus Umar mencoba mencari celah, untuk mengulur waktu.

"Semua sudah umi persiapkan gus, sampean tenang saja," balas nyai Robi'ah, yang membuat gus Umar menjadi lemas mendengar nya.

Terdengar adzan maghrib berkumandang dari masjid di komplek pesantren yang berada di samping rumah utama kyai Abdullah, dan pembicaraan mereka pun terhenti sejenak untuk mendengar kan alunan suara adzan tersebut.

"Bersiaplah gus, bakda sholat maghrib kita akan langsung berangkat ke kediaman orang tua ning Zahra," titah kyai Abdullah pada putra nya, sesaat setelah adzan maghrib selesai berkumandang.

Dan mereka semua segera membubarkan diri untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib, dan kemudian bersiap-siap untuk berkunjung ke rumah orang tua ning Zahra.

@@@@@

Setelah menempuh perjalanan satu jam lebih, rombongan kyai Abdullah tiba di kediaman orang tua ning Zahra yang berada di lingkungan pesantren. Orang tua ning Zahra juga pengasuh pondok pesantren, sama seperti kyai Abdullah.

Kyai sepuh segera turun dari mobil dan diikuti oleh yang lain nya, dan kehadiran kyai sepuh beserta keluarga kyai Abdullah disambut hangat oleh keluarga kyai Hasyim.. sahabat dari kyai Zarkasi atau kyai sepuh, yang memang sudah mengetahui kedatangan tamu nya tersebut.

Ya, tadi sore kyai sepuh sudah memberi kabar pada kyai Hasyim bahwa beliau dan keluarga nya akan berkunjung malam ini.

Kedua sahabat lama itu pun saling berpelukan, dan setelah menyalami kyai Abdullah dan gus Umar,, kyai Hasyim dan seorang laki-laki paruh baya yang seumuran dengan kyai Abdullah itu, mempersilahkan tamu nya untuk masuk.

Kyai sepuh beserta sang istri, serta kyai Abdullah dan keluarga nya pun mengikuti kyai Hasyim dan putra nya tersebut memasuki ruang tamu yang cukup luas.

Mereka duduk dengan melingkar di atas permadani yang empuk, dan baru saja mereka duduk.. seorang wanita paruh baya beserta salah seorang santri nya menghampiri tamu nya seraya membawakan minuman.

"Assalamu'alaikum nyai,," sapa nya lembut seraya menyalami nyai sepuh, nyai Robi'ah. dan putri nya.

"Wa'alaikumsalam nyai Rahma,," balas nyai Robi'ah, dengan tersenyum hangat.

Wanita paruh baya yang dipanggil nyai Rahma itupun kemudian duduk di samping nyai Robi'ah, "monggo nyai, monggo ning, silahkan diminum teh nya mumpung masih hangat," nyai Rahma mempersilahkan tamu nya untuk menikmati suguhan teh hangat dan gorengan pisang, yang tadi dibawakan oleh santri nya.

Nyai Robi'ah mengangguk, dan kemudian mengajak ibu serta putri nya untuk minum.

"Gus Din, pasti abah sampean sudah mengatakan maksud kedatangan kami kemari?" Kyai sepuh mulai membuka obrolan serius, "kami bermaksud mengkhitbah ning Zahra untuk gus Umar," lanjut kyai sepuh, menyampaikan tujuan nya secara gamblang.

Laki-laki paruh baya yang dipanggil gus Din oleh kyai sepuh itu mengangguk, "benar yai, abah sudah menyampaikan nya," balas nya seraya mengangguk.

"Lantas, apa jawaban putri sampean gus?"

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

senut² hatiku🤧

2023-05-23

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

lanjut

2023-04-04

1

Siti Afifah

Siti Afifah

kok aku rasane gak kuat bca cerita iki...sabar nya sungguh sakit...akuvmewek terus

2022-08-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!