Dan malam ini, Aida resmi menjadi istri dari Ryan. Seorang kontraktor yang sukses dan kehidupan nya secara materi telah mapan.
Setelah pak penghulu dan tamu yang lain pulang, termasuk sopir pribadi bu Retno dan juga suami nya. Ryan meminta istri nya untuk pulang ke rumah nya malam ini, "dik, malam ini ikut mas pulang dulu ya? Biar mbak Ning dan ibu yang menemani ibu mu, besok pagi-pagi sekali kita kesini lagi sekalian membawakan mereka sarapan," pinta Ryan seraya menatap lembut netra sang istri.
Aida terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Gadis muda yang sudah resmi menjadi nyonya itu bingung menentukan sikap, di satu sisi sang ibu pasti lah membutuhkan diri nya.. sedangkan di sisi yang lain, kewajiban nya sebagai seorang istri saat ini adalah mematuhi perintah suami selagi perintah tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Agama nya.
Bibi Aini yang mengerti kegelisahan putri nya, mengusap lembut punggung tangan Aida. "Pulang lah ke rumah mu yang baru nak,, jadi lah istri yang sholehah," titah bibi Aini dengan lembut, ucapan yang singkat namun penuh makna.
Aida memeluk ibu nya dan menangis dalam pelukan hangat sang ibu, "ada mbak Ning dan ibu mertua mu yang menemani ibu di sini," lanjut Bibi Aini, seraya mengusap-usap punggung putri nya yang bergetar karena isak tangis yang tertahan.
Bibi Aini membiarkan sang putri menumpahkan air mata nya, sedangkan Ryan dengan sabar menunggu istri nya dengan duduk di samping tempat tidur bibi Aini.
"Nak Ryan, ibu titip Aida ya? Jaga dia dan sayangi dia," pesan bibi Aini pada menantu nya.
Ryan mengangguk dan tersenyum tulus, "iya bu, Ryan pasti akan jaga dik Aida."
Aida merenggangkan pelukan dan kemudian menyeka sisa air mata nya, "bu, benar ibu tidak apa-apa Aida tinggal?" Tanya Aida memastikan, berat rasa nya Aida meninggal kan ibu nya dalam kondisi seperti ini.
Bibi Aini tersenyum lembut, dan mengangguk,, "ikuti suami mu nak, jalani hidup mu yang baru dengan senyuman. Jangan lagi menoleh ke belakang, dan jangan sesali apa yang sudah kamu putuskan," Bibi Aini merentangkan kedua tangan nya, meminta pelukan kembali dari putri nya. Seolah ini adalah pelukan dan pertemuan terakhir mereka berdua.
Setelah puas berpelukan, Aida pun keluar dari ruang rawat inap sang ibu untuk mengikuti suami nya pulang ke rumah Ryan.
Sepanjang perjalanan menyusuri koridor rumah sakit, Ryan terus menggenggam tangan Aida yang terasa dingin. Dalam hati Ryan tertawa senang, "tangan nya begitu lembut, ingin aku mencium tangan mungil ini.. tapi aku takut, yang punya akan teriak histeris. Baru aku gandeng saja sudah dingin seperti ini, apalagi jika aku melakukan hal yang lebih jauh?" Gumam Ryan dalam hati.
Sedangkan Aida berjalan di samping Ryan dengan gugup, berkali-kali gadis itu tersandung oleh kaki nya sendiri. "Astaghfirullah... kenapa mas Ryan harus pegang tangan segala sih? Apa enggak bisa menunggu kita saling kenal dulu, biar nyaman? Atau jangan-jangan mas Ryan juga akan meminta hak nya malam ini?! Ya Allah.. bagaimana ini?! Aku belum siap..." teriak Aida dalam hati.
"Kamu kenapa dik? Tangan mu berkeringat dan dingin," tanya Ryan tanpa basa-basi.
"Eh, enggak kenapa-kenapa kok mas," balas Aida gugup.
Ryan tersenyum jahil, "Baru pertama pegangan tangan sama laki-laki ya?" Tanya Ryan lugas.
"Iya," balas Aida singkat.
"Aku sungguh beruntung mendapatkan mu Aida, kamu cantik, lugu dan juga baik. Dan yang pasti, kamu masih ori,,," gumam Ryan seraya menahan tawa, ingin rasa nya Ryan cepat sampai di rumah nya dan memberikan sedikit shock terapi pada istri nya yang menggemaskan itu.
"Sedikit menggoda nya dengan ciuman pasti akan membuat istri imut ku ini ketakutan, hahahaha,,," Ryan menutup mulut nya dengan satu tangan, untuk menahan suara tawa nya agar tak keluar.
Aida yang sempat melirik suami nya itu mengernyitkan dahi nya, "mas Ryan kenapa? Kayak nya seneng banget?" Bisik Aida dalam hati.
Kedua nya telah masuk di dalam mobil, "dik, pasang seat belt nya," titah Ryan, sesaat setelah menghidupkan mesin kendaraan roda empat milik nya.
Aida meraba-raba seat belt dan melihat kearah seat belt Ryan, mencari tahu bagaimana cara memasang nya tanpa bertanya. Aida terus mencoba nya, dan dia sedikit mengalami kesulitan karena tidak pernah melihat ataupun menggunakan nya.
"Sini, mas bantu," ucap Ryan penuh pengertian.
Ryan mendekat kearah Aida, dan kemudian memasang kan nya. Jarak kedua nya begitu dekat, dan sebagai laki-laki normal.. berdekatan seperti ini dengan istri nya yang masih muda dan cantik, membuat Ryan menelan saliva nya berkali-kali.
Sengaja Ryan membuat lama memasang seat belt istri nya, agar dia bisa menikmati hangat nya hembusan nafas Aida yang menerpa kulit wajah nya.
"Mas, apa susah?" Tanya Aida yang penasaran, karena Ryan nampak masih mengutak-atik pengait seat belt nya.
"Ini sudah bisa kok dik," balas Ryan seraya menatap wajah cantik istri nya.
Ryan semakin mendekat kan wajah nya, "dik, aku ingin mencium mu.. boleh kan?" Pinta Ryan dengan tatapan penuh damba.
Aida reflek memundurkan wajah nya, karena terkejut dengan permintaan orang asing yang baru saja menjadi suami nya itu. Aida nampak kebingungan, dan tidak tahu harus menjawab apa.
"Emm,, maaf mas, apakah harus sekarang?" Tanya Aida polos, dan dengan wajah merona merah karena malu.
Ryan mengangguk, "dikit aja dik," balas nya dengan tersenyum penuh arti.
Dengan terpaksa, Aida mengangguk.
Dengan penuh semangat Ryan mencium bibir tipis istri nya yang masih virgin itu, Ryan melu*mat bibir tipis itu dengan lembut dan semakin lama semakin liar.
Aida yang baru pertama kali mendapatkan ciuman di bibir, mengunci bibir nya rapat-rapat dan sama sekali tak membalas ciuman suami nya. Dia memejam kan mata nya karena malu.
"Dik, buka mulut mu,," pinta Ryan seraya menjauhkan sedikit wajah nya, dan menatap netra sang istri yang telah kembali terbuka itu dengan penuh hasrat.
"Maksud nya gimana mas?" Tanya Aida polos, "di buka nya selebar apa?" Lanjut nya, yang memang tak mengerti maksud dari permintaan suami nya.
Pertanyaan polos Aida, membuat Ryan tertawa terpingkal-pingkal dan melupakan hasrat nya, "istri ku benar-benar polos, seperti nya malam ini aku belum bisa mencetak gol seperti yang aku harap kan. Aku harus bersabar dan mengajari nya pelan-pelan," gumam Ryan dalam hati.
Ryan kemudian segera melajukan mobil nya meninggalkan pelataran rumah sakit, untuk membawa Aida pulang ke rumah nya.
Sedangkan Aida masih memikirkan permintaan suami nya tadi, "buka mulut? Maksud mas Ryan apa sih?" Aida menyimpan tanya dalam hati, dan malu untuk menanyakan kembali karena Ryan telah mengabaikan pertanyaan nya.
Sementara Ryan yang memegang kemudi, terus saja mengusap bibir nya. "Bibir istri ku sangat manis, tapi sayang.. yang punya masih sangat polos," Ryan tersenyum sendiri, membayangkan sang istri yang mengunci rapat bibir nya saat sesi ciuman tadi.
"Aku harus sering-sering memberi nya kursus lip kiss,,," gumam Ryan dalam hati.
bersambung,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ita rahmawati
bengek bgt sih si ryan...malah enk aida nikah sm org biasa dn bkn gus² kmu bisa berekspresi gk yg hrus trtata dn dg byk aturan 😅😅
2023-06-05
1
Rapa Rasha
nyesek di awal tpi di akhir lucu
2023-04-04
1
Memyr 67
ryan dah berpengalaman bertahun tahun, sama aida yg dipegang cowok aja blum pernah. haduh gimana itu teru?
2023-03-20
1