Bab. 14 : Lintah Darat

Semalaman gus Umar menunggu kabar dari mbak Ning, namun wanita yang bekerja di warung bibi Aini itu tak ada menghubungi Laila seperti pinta nya kemarin.

Sedangkan gus Umar sendiri, malam itu tak mungkin meninggalkan acara selamatan di kediaman nya karena keluarga ning Zahra juga hadir di sana.. dan orang tua ning Zahra sekaligus pamit memboyong ning Zahra untuk pulang dari pesantren kyai Abdullah, karena ning Zahra harus di pingit sampai hari pernikahan nya nanti.

Karena cemas, gus Umar memutuskan untuk kembali ke kediaman bibi Aini sebelum sholat shubuh.. dan berharap, akan mendapatkan informasi tentang keberadaan bibi Aini serta kondisi nya terkini.

Dengan kecepatan tinggi, gus Umar melajukan kendaraan nya di jalanan yang masih sepi itu.. hingga tak butuh waktu lama, gus Umar telah tiba di kediaman bibi Aini.

Setelah memarkir mobil nya, gus Umar mengetuk pintu rumah bibi Aini karena mbak Ning memang menginap di sana bersama putra semata wayang nya yang masih kecil.

Tok,, tok,, tok,

Gus Umar mengetuk pintu dengan pelan, karena khawatir membangunkan tetangga bibi Aini yang lain.

Setelah beberapa saat menunggu, terdengar langkah kaki seseorang yang berjalan kearah pintu.

"Assalamu'alaikum mbak Ning,," sapa gus Umar setelah pintu di buka, dan mbak Ning muncul dari balik pintu. "Maaf kalau kedatangan saya mengganggu istirahat mbak Ning, saya cuma mau tanya.. apakah bu Retno belum ada pulang?" Tanya gus Umar langsung pada tujuan nya.

"Oh, nggih gus,,, tadi saya menunggu sampai jam dua belas, tapi bu Retno dan sopir nya ndak ada pulang je. Saya juga bingung gus, ndak tahu mau tanya sama siapa lagi?" Balas mbak Ning dengan wajah khawatir nya.

Gus Umar menarik nafas dalam dan menghembus nya kasar, hati nya semakin gundah. "Aida,, dimana kamu sekarang? Kamu pasti sedang kebingungan saat ini, dan aku.. aku tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mu," gumam gus Umar dalam hati, pemuda tampan itu merasa sangat menyesal.. mengapa kemarin siang tak langsung mengejar Aida.

Gus Umar menyandarkan tubuh nya di dinding, di samping pintu utama kediaman bibi Aini. Kaki nya seolah terasa lemas, dan tak mampu menopang bobot tubuh nya.

"Gus, monggo pinarak dulu. Kita tunggu di dalam, siapa tahu bakda shubuh nanti bu Retno pulang," ucap mbak Ning dengan sopan mempersilahkan gus Umar untuk masuk.

Gus Umar menggeleng, "tidak perlu mbak, terimakasih. Biar saya menunggu di sini saja, mbak Ning kalau mau lanjut istirahat silahkan," balas gus Umar seraya beranjak menuju bangku yang berada di teras bibi Aini.

"Baik lah gus, saya mohon undur diri." Mbak Ning kemudian masuk kembali tanpa menutup pintu rumah tersebut, karena masih ada gus Umar di teras.

Gus Umar duduk termenung, pikiran nya terus tertuju pada Aida dan ibu nya. Nyamuk-nyamuk nakal yang menggigit kulit putih nya, tak hiraukan nya. Sensasi rasa panas dan gatal akibat gigitan nyamuk tersebut, tak sebanding dengan penyesalan yang dirasakan nya saat ini.

Hingga kumandang adzan shubuh dari masjid di kejauhan, membuat gus Umar tersadar.. bahwa dia harus segera pulang, sebab tepat pukul setengah enam nanti gus Umar dan keluarga nya harus berangkat ke bandara.

Gus Umar kemudian pamit kepada mbak Ning, dan tak lupa kembali berpesan pada wanita itu agar segera menghubungi Laila begitu ada kabar tentang Aida dan bibi Aini.

Setelah pamit pada mbak Ning, gus Umar segera naik kedalam mobil nya dan melaju dengan kecepatan tinggi untuk kembali pulang ke kediaman nya.

Gus Umar tiba di kediaman nya tatkala para santri baru saja selesai menunaikan ibadah sholat shubuh di masjid yang berada di dalam komplek pesantren putra, dengan tergesa gus Umar masuk kedalam rumah untuk segera menunaikan kewajiban nya itu.

Ketika baru saja masuk, sang umi telah menanti dengan tatapan menyelidik, "gus, pagi-pagi buta begini sampean dari mana?" Tanya nyai Robi'ah.

"Umi, assalamu'alaikum,," ucap salam gus Umar seraya menyalami sang umi dan mencium punggung tangan nya dengan takdzim. "Maaf umi, Umar belum sholat.. nanti Umar ceritakan," lanjut nya seraya meninggalkan sang umi dengan tergesa-gesa menuju kamar nya, dan nyai Robi'ah hanya bisa berdiri termangu menatap kepergian nya.

Sesampainya di kamar, Gus Umar langsung membersihkan diri nya dan kemudian segera menunaikan sholat shubuh yang sedikit terlambat itu.

Usai sholat, gus Umar segera bersiap karena waktu telah menunjukkan pukul lima lebih. "Kak, di tunggu abah dan umi untuk minum teh dulu," panggil Laila dari luar pintu kamar nya.

"Iya, bentar lagi dik.. nanti kakak nyusul," balas nya.

Gus Umar menatap diri nya dari pantulan cermin yang berada di pintu almari pakaian nya, pemuda tampan itu mendesah kasar. "Aida, saat ini yang bisa kulakukan hanya lah mendo'akan mu. Semoga kamu dan bibi Aini baik-baik saja," lirih gus Umar seraya mengusap kasar wajah nya.

Gus Umar kemudian segera keluar dari kamar nya dan menuju ke ruang keluarga, "abah, umi,," sapa gus Umar, dan kemudian ikut duduk di sofa bersama keluarga nya itu.

"Gus, apa sampean tadi ke rumah bibi Aini lagi?" Tanya nyai Robi'ah pada putra nya.

Gus Umar menatap sang adik,,

"Maaf kak, Laila sudah cerita sama abah dan umi," ucap Laila pelan.

Gus Umar mengangguk, "nggih umi," balas gus Umar singkat.

"Bagaimana gus, apa sudah ada kabar tentang mereka?" Tanya kyai Abdullah, yang juga penasaran tentang kondisi bibi Aini.

Gus Umar menggeleng lemah, "belum ada bah," balas gus Umar dengan lesu.

Abah menarik nafas dalam, laki-laki sepuh itu pun terlihat bersedih atas apa yang terjadi pada Aida dan ibu nya. Karena bagi kyai Abdullah dan keluarga nya, Aida dan ibu nya sudah seperti keluarga nya sendiri.

"Di minum dulu teh nya gus, mumpung masih hangat.. biar sampean tidak masuk angin." Nyai Robi'ah memberi kan segelas teh hangat pada putra nya, gus Umar menerima nya dan kemudian meminum teh tersebut.

"Makasih umi," ucap gus Umar tulus, atas perhatian kecil yang selalu di berikan oleh wanita yang sangat di sayangi nya itu.

Hening menyapa ruang keluarga tersebut.

"Sebentar lagi kita harus berangkat, mari kita berdo'a dulu untuk bibi Aini agar beliau di berikan kesembuhan.. dan juga untuk Aida, agar dia di berikan kesabaran dalam menjalani semua nya," kyai Abdullah mengangkat kedua tangan nya dan berdo'a dengan khusyuk, dan keluarga yang lain mengaminkan nya.

@@@@@

Sementara itu di rumah sakit besar di ibu kota propinsi, Aida masih saja terus menangis hingga mata nya menjadi bengkak. Pasal nya sang ibu masih belum sadar juga dari pingsan nya, padahal mata hari sudah terbit di ufuk timur.

Bu Retno yang masih menemani Aida pun, ikut-ikutan tidak tidur semalaman. "Nduk, sudah ya.. jangan nangis terus, nanti ibu mu jadi sedih lho kalau tahu kamu seperti ini?" Ucap bu Retno dengan lembut, mencoba menghibur Aida.

Namun tangis Aida malah semakin menjadi, sebab yang dipikirkan Aida saat ini bukan hanya tentang kondisi ibu nya yang belum juga sadar,, namun juga biaya perawatan ibu nya yang pasti nya sangat mahal, sebab bu Retno memilih kamar VIP untuk perawatan sang ibu meski saat ini biaya tersebut di tanggung oleh bu Retno.

Bu Retno adalah orang terkaya di lingkungan bibi Aini tinggal, beliau memang terkenal suka mengulurkan tangan nya untuk membantu tetangga yang membutuhkan. Namun bu Retno selalu meminta imbalan lebih dari apa yang telah di lakukan nya, hingga orang-orang menjuluki nya dengan lintah darat.

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

kasian bgt si kmu aida 😭😭😭

2023-06-05

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

jan... bahaya.... bahaya.... bahaya....🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-05-23

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

waduh tu Bu Retno nolong sudah dan buat ada sesuatunya

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!