Bab.18 : Rencana Pernikahan

"Gus, apakah sampean sudah pernah menyatakan perasaan sampean pada nak Aida?" Tanya kyai Abdullah, menatap dalam netra hazel milik sang putra.

Gus Umar mengangguk, " nggih bah, belum lama ini," balas gus Umar jujur.

Kyai Abdullah mendesah pelan,, "maaf gus, abah tidak bisa membantu. Karena tanggal pernikahan kalian sudah ditentukan oleh kakek dan juga eyang nya ning Zahra, bahkan kemungkinan saat ini bibi Aini atau nak Aida sudah menerima undangan pernikahan kalian." Abah menatap sendu putra nya.

Gus Umar menundukkan wajah, terlihat bulir bening menetes dari sudut mata nya.

"Gus, pergilah ke masjid dan berdo'a lah di sana, minta lah sama Yang Maha Kuasa kebaikan untuk kalian. Jika memang kalian tidak berjodoh, ikhlas kan.. dan do'a kan semoga nak Aida mendapatkan jodoh yang baik," tutur kyai Abdullah, seraya menepuk lembut punggung sang putra yang bergetar karena menahan tangis nya.

Untuk beberapa saat, kyai Abdullah membiarkan putra nya menumpahkan segala kesedihan dan kegundahan hati nya.

"Sebentar lagi waktu ashar tiba gus, bersihkan diri mu dan berangkat lah ke masjid." Titah sang abah, setelah cukup lama kyai pondok pesantren itu membiarkan sang putra larut dalam kesedihan nya.

Gus Umar mendongak dan mengusap kasar wajah nya, "nggih abah, Umar mohon undur diri," pamit gus Umar dengan sopan, dan kemudian meninggalkan kamar sang abah dengan langkah yang terasa berat.

@@@@@

Pagi hari nya di rumah sakit, Aida menyampaikan kesediaan nya menerima lamaran dari putra bu Retno. Bu Retno dan Ryan, terlihat bahagia mendengar jawaban dari Aida,, ibu dan anak itu langsung menyusun rencana untuk pernikahan Aida dan Ryan yang akan di langsung kan secepat nya.

"Nduk, Ryan pengin nya pernikahan kalian di laksanakan secepat nya dan secara sederhana.. mengingat ini adalah pernikahan Ryan yang kedua, dan lagi pula ibumu saat ini masih belum sehat," ucap bu Retno, seraya menatap Aida.

Aida mengangguk, "tak mengapa bu," balas Aida singkat, gadis itu sama sekali tidak tertarik membicarakan tentang pernikahan nya.. apa lagi merencanakan sebuah pesta.

"Kalian bisa menikah di rumah sakit," lanjut bu Retno.

"Tapi bu, apa tidak sebaik nya pernikahan kami di laksanakan nanti ketika ibu saya sudah sehat kembali dan sudah pulang ke rumah?" Tawar Aida, menatap bu Retno dengan tatapan sendu.

Ryan menggeleng, "tidak dik, mas rasa kita bisa menikah di sini. Dan mas yakin, ibu mu akan setuju. Kita akan menikah sebelum dokter melakukan tindakan pada ibumu," ucap Ryan dengan tegas.

"Apa mas? Aida enggak salah dengar kan?" Tanya Aida terkejut. "Kenapa harus secepat ini?!" Protes Aida.

"Kamu ikuti saja dik, atau aku akan membatalkan rencana ku untuk membantu pengobatan ibu mu," ancam Ryan dengan tatapan dingin nya.

Aida menunduk dan gadis itu terisak, ingin rasa nya dia menolak.. tapi hanya ini jalan satu-satu nya yang bisa dia lakukan untuk berbakti pada orang tua yang telah melahirkan nya, dan Aida ingin melihat ibu nya sehat kembali dan tidak tergantung lagi pada alat-alat medis seperti saat ini.

Sedangkan untuk minta bantuan sama orang lain, Aida tak tahu harus minta tolong sama siapa? Hanya keluarga kyai Abdullah yang selama ini dekat dengan keluarga nya, dan untuk meminta bantuan pada mereka saat ini pun rasa nya tak mungkin.. sebab kyai Abdullah dan keluarga nya sedang tidak berada di tanah air.

Orang tua Aida dari pihak ayah sebenar nya masih ada, tapi sejak ayah nya sakit-sakitan dan jatuh miskin karena semua aset-aset nya terjual untuk biaya pengobatan... keluarga ayah nya memutuskan hubungan silaturrahmi nya, bahkan komunikasi nya pun terputus. Dan mereka bahkan tak hadir di acara pemakaman sang ayah kala itu.

"Baik lah, jika itu yang mas Ryan ingin kan," ucap Aida dengan menahan isak tangis.

Ryan tersenyum samar, "maaf dik, aku tak bermaksud mengancam mu. Tapi hanya ini yang bisa ku lakukan untuk membuat mu mau menikah dengan ku," gumam Ryan dalam hati.

Sebenar nya Ryan adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, dan dengan ketampanan serta kemapanan nya.. akan mudah bagi nya untuk mencari istri. Tapi pengalaman pahit ditinggalkan oleh istri di saat dia terpuruk karena menerima vonis dokter bahwa diri nya tak bisa memiliki keturunan, membuat Ryan perlu banyak pertimbangan dalam memilih calon istri.

Dan begitu mengetahui Aida saat ini sedang membutuhkan uluran tangan nya, dengan senang hati Ryan membantu nya.. tentu dengan syarat, yaitu Aida bersedia menjadi istri nya. Ryan yakin, dengan latar belakang keluarga dan pendidikan yang Aida miliki.. gadis itu akan menjadi istri yang patuh dan setia, serta bersedia menerima segala kekurangan nya.

"Sekarang kamu hubungi mbak Ning, agar dia menyiapkan surat-surat penting milik mu nduk. Siang ini, sopir akan mengambil nya di rumah mu," titah bu Retno dengan tersenyum bahagia.

Aida hanya bisa Mengangguk pasrah, "bu, bisa pinjam ponsel nya. Ponsel Aida habis baterai, dari kemarin tidak Aida cas karena lupa enggak bawa charger," pinta Aida dengan sopan.

"Tentu nduk," bu Retno menyodorkan ponsel milik nya kepada calon menantu nya itu.

Aida kemudian menelpon mbak Ning dan meminta wanita yang selama ini telah menemani ibu nya itu agar menyiapkan surat-surat yang dibutuh kan untuk mengurus pernikahan nya dengan Ryan.

"Aida sudah minta tolong sama mbak Ning bu, dan surat-surat nya akan disiapkan secepat nya," ucap Aida seraya menyerahkan ponsel bu Retno kembali.

Bu Retno mengangguk, "nduk, kamu mau mas kawin apa?" Tanya bu Retno penuh perhatian, wanita setengah baya itu merasa sangat bersyukur karena putra nya akan menikah dengan gadis sholehah seperti Aida.

Aida menggeleng, "monggo,, terserah jenengan sama mas Ryan saja bu," balas Aida tanpa menoleh kearah bu Retno.

"Tapi kalian berdua harus keluar untuk membeli kebaya nduk, kalau ibu yang memilih takut nya tidak pas di badan kamu. Sana kalian berdua ke butik," titah bu Retno seraya menatap putra nya.

Dengan senyum yang semakin mengembang, Ryan mengangguk. "Dengan senang hati bu, Ryan akan membelikan kebaya yang bagus untuk dik Aida," ucap Ryan seraya beranjak.

"Ayo dik," ajak nya pada Aida.

"Maaf mas, mas Ryan saja yang membeli nya nggih.. ukuran M insyaallah muat untuk Aida," balas Aida yang enggan meninggalkan sang ibu.

"Nak Aida, biar ibu yang menjaga ibu mu di sini. Kalian pergilah," bujuk bu Retno yang menangkap kekecewaan di wajah putra nya.

"Maaf bu, Aida tidak bisa pergi berduaan saja dengan laki-laki yang belum menjadi mahrom," tolak Aida dengan tegas.

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

Arka Fajar

Arka Fajar

aduh rasa gak rela nih AIDA nikah Ama Riyan.

2023-08-03

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

semoga itu keputusan yg baik

2023-04-04

1

Nana

Nana

gk bisa pake BPJS kah.....? biar gk nikah aida'y. kasian bngt 😭😭😭

2022-09-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!