"Gus, apakah sampean sudah pernah menyatakan perasaan sampean pada nak Aida?" Tanya kyai Abdullah, menatap dalam netra hazel milik sang putra.
Gus Umar mengangguk, " nggih bah, belum lama ini," balas gus Umar jujur.
Kyai Abdullah mendesah pelan,, "maaf gus, abah tidak bisa membantu. Karena tanggal pernikahan kalian sudah ditentukan oleh kakek dan juga eyang nya ning Zahra, bahkan kemungkinan saat ini bibi Aini atau nak Aida sudah menerima undangan pernikahan kalian." Abah menatap sendu putra nya.
Gus Umar menundukkan wajah, terlihat bulir bening menetes dari sudut mata nya.
"Gus, pergilah ke masjid dan berdo'a lah di sana, minta lah sama Yang Maha Kuasa kebaikan untuk kalian. Jika memang kalian tidak berjodoh, ikhlas kan.. dan do'a kan semoga nak Aida mendapatkan jodoh yang baik," tutur kyai Abdullah, seraya menepuk lembut punggung sang putra yang bergetar karena menahan tangis nya.
Untuk beberapa saat, kyai Abdullah membiarkan putra nya menumpahkan segala kesedihan dan kegundahan hati nya.
"Sebentar lagi waktu ashar tiba gus, bersihkan diri mu dan berangkat lah ke masjid." Titah sang abah, setelah cukup lama kyai pondok pesantren itu membiarkan sang putra larut dalam kesedihan nya.
Gus Umar mendongak dan mengusap kasar wajah nya, "nggih abah, Umar mohon undur diri," pamit gus Umar dengan sopan, dan kemudian meninggalkan kamar sang abah dengan langkah yang terasa berat.
@@@@@
Pagi hari nya di rumah sakit, Aida menyampaikan kesediaan nya menerima lamaran dari putra bu Retno. Bu Retno dan Ryan, terlihat bahagia mendengar jawaban dari Aida,, ibu dan anak itu langsung menyusun rencana untuk pernikahan Aida dan Ryan yang akan di langsung kan secepat nya.
"Nduk, Ryan pengin nya pernikahan kalian di laksanakan secepat nya dan secara sederhana.. mengingat ini adalah pernikahan Ryan yang kedua, dan lagi pula ibumu saat ini masih belum sehat," ucap bu Retno, seraya menatap Aida.
Aida mengangguk, "tak mengapa bu," balas Aida singkat, gadis itu sama sekali tidak tertarik membicarakan tentang pernikahan nya.. apa lagi merencanakan sebuah pesta.
"Kalian bisa menikah di rumah sakit," lanjut bu Retno.
"Tapi bu, apa tidak sebaik nya pernikahan kami di laksanakan nanti ketika ibu saya sudah sehat kembali dan sudah pulang ke rumah?" Tawar Aida, menatap bu Retno dengan tatapan sendu.
Ryan menggeleng, "tidak dik, mas rasa kita bisa menikah di sini. Dan mas yakin, ibu mu akan setuju. Kita akan menikah sebelum dokter melakukan tindakan pada ibumu," ucap Ryan dengan tegas.
"Apa mas? Aida enggak salah dengar kan?" Tanya Aida terkejut. "Kenapa harus secepat ini?!" Protes Aida.
"Kamu ikuti saja dik, atau aku akan membatalkan rencana ku untuk membantu pengobatan ibu mu," ancam Ryan dengan tatapan dingin nya.
Aida menunduk dan gadis itu terisak, ingin rasa nya dia menolak.. tapi hanya ini jalan satu-satu nya yang bisa dia lakukan untuk berbakti pada orang tua yang telah melahirkan nya, dan Aida ingin melihat ibu nya sehat kembali dan tidak tergantung lagi pada alat-alat medis seperti saat ini.
Sedangkan untuk minta bantuan sama orang lain, Aida tak tahu harus minta tolong sama siapa? Hanya keluarga kyai Abdullah yang selama ini dekat dengan keluarga nya, dan untuk meminta bantuan pada mereka saat ini pun rasa nya tak mungkin.. sebab kyai Abdullah dan keluarga nya sedang tidak berada di tanah air.
Orang tua Aida dari pihak ayah sebenar nya masih ada, tapi sejak ayah nya sakit-sakitan dan jatuh miskin karena semua aset-aset nya terjual untuk biaya pengobatan... keluarga ayah nya memutuskan hubungan silaturrahmi nya, bahkan komunikasi nya pun terputus. Dan mereka bahkan tak hadir di acara pemakaman sang ayah kala itu.
"Baik lah, jika itu yang mas Ryan ingin kan," ucap Aida dengan menahan isak tangis.
Ryan tersenyum samar, "maaf dik, aku tak bermaksud mengancam mu. Tapi hanya ini yang bisa ku lakukan untuk membuat mu mau menikah dengan ku," gumam Ryan dalam hati.
Sebenar nya Ryan adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, dan dengan ketampanan serta kemapanan nya.. akan mudah bagi nya untuk mencari istri. Tapi pengalaman pahit ditinggalkan oleh istri di saat dia terpuruk karena menerima vonis dokter bahwa diri nya tak bisa memiliki keturunan, membuat Ryan perlu banyak pertimbangan dalam memilih calon istri.
Dan begitu mengetahui Aida saat ini sedang membutuhkan uluran tangan nya, dengan senang hati Ryan membantu nya.. tentu dengan syarat, yaitu Aida bersedia menjadi istri nya. Ryan yakin, dengan latar belakang keluarga dan pendidikan yang Aida miliki.. gadis itu akan menjadi istri yang patuh dan setia, serta bersedia menerima segala kekurangan nya.
"Sekarang kamu hubungi mbak Ning, agar dia menyiapkan surat-surat penting milik mu nduk. Siang ini, sopir akan mengambil nya di rumah mu," titah bu Retno dengan tersenyum bahagia.
Aida hanya bisa Mengangguk pasrah, "bu, bisa pinjam ponsel nya. Ponsel Aida habis baterai, dari kemarin tidak Aida cas karena lupa enggak bawa charger," pinta Aida dengan sopan.
"Tentu nduk," bu Retno menyodorkan ponsel milik nya kepada calon menantu nya itu.
Aida kemudian menelpon mbak Ning dan meminta wanita yang selama ini telah menemani ibu nya itu agar menyiapkan surat-surat yang dibutuh kan untuk mengurus pernikahan nya dengan Ryan.
"Aida sudah minta tolong sama mbak Ning bu, dan surat-surat nya akan disiapkan secepat nya," ucap Aida seraya menyerahkan ponsel bu Retno kembali.
Bu Retno mengangguk, "nduk, kamu mau mas kawin apa?" Tanya bu Retno penuh perhatian, wanita setengah baya itu merasa sangat bersyukur karena putra nya akan menikah dengan gadis sholehah seperti Aida.
Aida menggeleng, "monggo,, terserah jenengan sama mas Ryan saja bu," balas Aida tanpa menoleh kearah bu Retno.
"Tapi kalian berdua harus keluar untuk membeli kebaya nduk, kalau ibu yang memilih takut nya tidak pas di badan kamu. Sana kalian berdua ke butik," titah bu Retno seraya menatap putra nya.
Dengan senyum yang semakin mengembang, Ryan mengangguk. "Dengan senang hati bu, Ryan akan membelikan kebaya yang bagus untuk dik Aida," ucap Ryan seraya beranjak.
"Ayo dik," ajak nya pada Aida.
"Maaf mas, mas Ryan saja yang membeli nya nggih.. ukuran M insyaallah muat untuk Aida," balas Aida yang enggan meninggalkan sang ibu.
"Nak Aida, biar ibu yang menjaga ibu mu di sini. Kalian pergilah," bujuk bu Retno yang menangkap kekecewaan di wajah putra nya.
"Maaf bu, Aida tidak bisa pergi berduaan saja dengan laki-laki yang belum menjadi mahrom," tolak Aida dengan tegas.
bersambung,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Arka Fajar
aduh rasa gak rela nih AIDA nikah Ama Riyan.
2023-08-03
1
Rapa Rasha
semoga itu keputusan yg baik
2023-04-04
1
Nana
gk bisa pake BPJS kah.....? biar gk nikah aida'y. kasian bngt 😭😭😭
2022-09-01
1