Bab. 02 : Jangan Berpura-pura

Gus Umar hanya dapat menarik napas panjang lalu mengembuskan dengan kasar, seolah pemuda itu ingin membuang semua beban berat yang menghimpit dada, dan membuat pernapasannya menjadi sangat sesak.

"Kakakmu akan segera menikah dengan Ning Zahra," balas nyai Robi'ah, yang mengatakan kepada putrinya dengan sangat hati-hati.

Nyai Robi'ah kemudian menatap sang putra, yang nampak sangat kecewa dengan keputusan sepihak dari kakeknya itu. Sementara kyai Abdullah hanya bisa prihatin, melihat kesedihan di mata putra sulungnya.

Mendengar jawaban dari sang umi, Laila kembali terkejut. Laila menatap sahabatnya yang masih tertunduk itu, dengan perasaan bersalah.

'Maafkan aku Da, aku enggak tahu kalau akan begini jadi nya?' gumam Laila dalam hati. Laila nampak sangat sedih dan seakan ikut merasakan kesedihan hati Aida.

'Harusnya dari awal aku sadar, siapa diriku hingga aku tak perlu merasakan kekecewaan seperti ini,' bisik Aida dalam hatinya. Gadis berseragam putih abu-abu itu semakin menundukkan kepala. Ingin rasanya Aida menghilang dari peredaran bumi, tapi gadis manis itu tidak tahu bagaimana caranya.

Menyadari bahwa sang sahabat sudah tidak nyaman berada diantara keluarganya saat ini, Laila langsung mengajak Aida masuk kedalam kamar. "Maaf, Abah, Umi. Laila dan Aida ada tugas akhir yang harus segera kami selesaikan karena minggu depan kami sudah mulai ujian akhir sekolah," pamit Laila pada kedua orang tuanya.

"Da, yuk kita masuk!" ajak Laila seraya menyeret pelan lengan sang sahabat.

Aida hanya bisa nurut dan pasrah, mengikuti langkah kaki sahabatnya untuk meninggalkan ruang keluarga itu dengan menahan rasa nyeri di hati. Kyai Abdullah dan nyai Robi'ah yang tidak mengetahui apa-apa itu pun hanya mengangguk.

Sementara gus Umar menjadi merasa sangat bersalah pada Aida. Meski Gus Umar belum pernah menyatakan perasaannya secara langsung pada Aida, tetapi gus Umar yakin bahwa Aida sudah mengetahui jika dirinya menyimpan perasaan pada gadis belia, sahabat dari sang adik itu. Apalagi, sang adik sering bercanda menjodoh-jodohkan Gus Umar dengan Aida, dan sahabat Laila itu juga terlihat nyaman-nyaman saja dengan candaan adiknya.

Seringkali pula ketika Gus Umar melakukan panggilan video pada sang adik, Laila akan mengarahkan kamera ponselnya pada Aida seraya meledek sang kakak. "Kakak pasti kangen 'kan sama Aida, pakai pura-pura telpon Laila, dan nanyain gimana sekolah Laila?" Begitulah seringkali Laila meledek sang kakak dan Aida hanya akan tersenyum manis pada Gus Umar.

"Abah, Umi. Umar mohon izin istirahat di kamar," pamit Gus Umar pada abah dan uminya. Gus Umar merasa perlu untuk segera mengetahui apa yang terjadi pada Aida di kamar Laila, setelah Aida mendengar kabar bahwa kepulangannya kali ini karena perjodohan.

"Iya, Gus. Istirahatlah, sampean pasti lelah," tutur nyai Robi'ah dengan lembut.

Kyai Abdullah hanya mengangguk dan tersenyum pada putranya.

Gus Umar kemudian beranjak dari tempat duduknya dan segera melangkah menuju ke kamar. Putra sulung kyai Abdullah itu sudah tidak sabar ingin segera menghubungi sang adik dan menanyakan keadaaan Aida pada adiknya.

Sesampainya di dalam kamar, Gus Umar segera mengirimkan pesan pada Laila.

[Dik, lagi apa?]

Gus Umar berbasa-basi terlebih dahulu karena, dia merasa malu jika harus menanyakan secara langsung kepada Laila, bagaimana kondisi Aida saat ini.

Setelah menunggu beberapa saat, terdengar notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Buru-buru Gus Umar membuka pesan balasan dari sang adik.

[Kami sedang mengerjakan tugas.]

Balasan Laila yang pendek, sama sekali tidak seperti yang diharapkan Gus Umar. Pemuda berambut sebahu itu pun mengetikkan pesan kembali.

[Apa kalian baik-baik saja?]

Pertanyaan yang ambigu dia kirimkan pada sang adik. Sebab, tadi Gus Umar sudah bertemu dengan adik dan juga sahabatnya, dan kedua gadis itu baik-baik saja. Namun, merasa bingung, dan tidak memiliki ide pertanyaan lain untuk mengetahui bagaimana keadaan Aida, membuat Gus Umar bertanya demikian.

Cukup lama gus Umar menatap ponselnya dengan perasaan was-was, menanti jawaban dari sang adik. Beberapa saat kemudian, sebuah pesan dari Laila masuk. Gus Umar pun segera membukanya.

[Jangan khawatir kak, Aida bukan gadis cengeng yang akan nangis darah ketika tahu bahwa pemuda pujaan hatinya, ternyata sudah memiliki calon istri!]

Balasan dari Laila serasa menghakiminya. Adiknya itu juga menyertakan emoticon tertawa mengejek. Laila juga menyertakan foto Aida, yang tengah khusyuk mengerjakan tugas.

Gus Umar sejenak dapat bernapas dengan lega karena apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. Namun kini, dia malah menjadi bingung sendiri.

'Kok, Aida santai banget, ya? Apa aku yang ke-geeran dan salah mengartikan senyum serta tatapannya padaku?' Gus Umar mengusap kasar wajahnya.

Pemuda tampan itu merasa sedikit kecewa karena ternyata, Aida tidak menyimpan perasaan apa-apa terhadap dirinya. Namun, Gus Umar sekaligus merasa lega karena setidaknya, perjodohan antara dia dengan gadis pilihan sang kakek tidak melukai hati gadis lain.

Gus Umar sejenak mengamati foto Aida yang barusan dikirimkan sang adik, seraya membaringkan tubuh lelahnya di atas ranjang yang empuk. "Memang tidak terlihat ada gurat kesedihan di wajah kamu, dik, dan itu artinya, aku telah salah menilaimu selama ini," gumam Gus Umar pada dirinya sendiri dan putra sulung kyai Abdullah tersebut kemudian menghapus foto Aida yang baru saja dikirimkan oleh Laila.

Sebelum memejamkan mata, Gus Umar membuka galeri ponselnya, dan mencari folder 'gadis impian'. Gus Umar membuka folder tersebut dan muncullah foto-foto Aida yang diambil secara candit, yang dikirimkan oleh sang adik kepada Gus Umar selama ini.

Gus Umar menghela napas berat. "Aku harus menghapus foto-foto Dik Aida karena aku tidak mau melukai hati wanita yang telah di jodohkan denganku jika aku masih menyimpan foto wanita lain di ponselku." Dengan perasaan kecewa, Gus Umar menghapus semua foto-foto Aida dari galeri ponselnya.

Memakan waktu cukup lama bagi Gus Umar untuk menghapus semua foto Aida dari galeri ponselnya hingga membuat gus Umar yang memang kelelahan karena habis melakukan perjalanan jauh, menjadi tertidur.

Sementara itu di kamar Laila, Aida masih berkutat dengan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru. Sedangkan Laila, usai berkirim pesan dengan sang kakak, gadis itu masih terus menatap sahabatnya dengan perasaan bersalah.

"Da, maafkan aku ya?" pinta Laila tiba-tiba dengan suara tercekat.

Aida mengalihkan perhatian dari buku-buku pelajaran di hadapannya pada Laila. "Maaf? Untuk apa, La? Kamu tidak melakukan kesalahan apapun Laila. Kenapa harus minta maaf?" Aida pura-pura tidak mengerti maksud Laila dan menatap heran netra sahabatnya yang mulai nampak berkaca-kaca.

Laila menghambur memeluk Aida dan menangis dalam pelukan sahabatnya itu. Cukup lama Laila menangis seraya memeluk Aida dan Aida sengaja membiarkan saja. Sudah menjadi kebiasaan jika Laila gundah dan bersedih, Aida-lah yang akan menjadi tempat bagi gadis itu untuk mencurahkan segala kesedihan hatinya.

"La. Udah, ya, nangisnya. Nanti kamu jadi jelek, loh. Mata kamu akan terlihat besar dan jika umi tahu kamu habis nangis, umi pasti ikut sedih," bujuk Aida, setelah membiarkan Laila menumpahkan air mata beberapa saat lamanya.

Laila merenggangkan pelukan dan menatap Aida dengan tatapan dalam. "Jangan berpura-pura seolah kamu baik-baik saja, Da. Aku tahu hatimu bersedih 'kan?"

Aida tersenyum kecut, seraya menggeleng. Sikap sahabat Laila itu, sangat kontras dengan isi hatinya yang pedih, dan perih tetapi tidak berdarah.

bersambung ...

Terpopuler

Comments

mama aya

mama aya

mencintai dalam diam
begitu menyakitkan 😭😭😭

2024-05-22

1

sherly

sherly

cinta yg tak terungkap ya sakitlah, apalg dgr salah satunya mau nikah .. haduw hancur banget.. tp Aida hebat banget menyembunyikan sedihnya..

2023-11-16

1

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

baru part dua udah jatuh cinta,,,plus mewek hehe,,,makasih kak author ,kenapa aku baru nemuin ini baru ya

2023-06-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!