Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya

Pagi ini adalah hari terakhir ujian, dan Aida benar-benar merasa sedih karena setelah hari ini dia tidak akan dapat bertemu kembali dengan gus Umar. Karena Aida memutuskan akan segera boyong dari pesantren tersebut, demi kebaikan semua.

Aida merasa sedih, karena tempo hari gus Umar telah terang-terangan menyatakan perasaan nya,,, sedangkan mereka berdua tak mungkin bersatu.

Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah yang masih berada satu komplek dengan pesantren dan kediaman kyai Abdullah itu, Aida terus memikirkan perkataan gus Umar pagi itu. "... aku akan terus menyimpan nama mu di hatiku,"

Dan kalimat tersebut terus terngiang-ngiang di telinga Aida, terdengar indah jika saja mereka adalah dua sejoli yang mungkin saja masih bisa bersatu.. namun bagi Aida saat ini, kalimat tersebut terdengar menyesakkan dada karena diucapkan oleh orang yang tak mampu dia gapai.

"Da,, jika perjodohan kakak dibatalkan, kamu mau kan jadi kakak ipar ku?" Tanya Laila lirih, namun mampu membuat Aida terkejut dan tersadar dari lamunan nya.

"Sst,, kenapa kamu bicara seperti itu La? Pamali tahu La,,, enggak boleh berandai-andai yang tidak baik," protes Aida, mengingatkan sahabat nya agar tidak bicara hal yang buruk.

"Aku tidak sedang berandai-andai Da, aku bicara apa ada nya. Kak Umar semalam bicara pada ku, kata nya di Mekah nanti kakak akan berdo'a agar kalian berjodoh,, dan kakak juga akan bicara pada abah, tentang perasaan kakak kepada mu Da," balas Laila, seraya menatap sahabat nya.

"Jangan La, tolong bilang sama kak Umar mu agar dia tidak melakukan hal bodoh seperti itu La?! Jangan katakan apa-apa pada abah, aku enggak mau abah jadi risau akan hal ini.. tolong La, kamu cegah ya?" Pinta Aida penuh harap.

"Lagian ya La, ustadzah Zahra itu sangat baik La.. dan beliau sangat cocok bersanding dengan gus Umar bukan?!" Lanjut Aida seraya menatap netra sahabat nya, dan dari tatapan nya menyiratkan bahwa Aida mengucapkan nya dengan tulus.

Laila mendengus kesal, mendengar Aida memuji-muji gadis lain, bahkan mengatakan kalau ustadzah Zahra lebih cocok untuk kakak nya. Karena bagi Laila, kakak nya hanya cocok bersanding dengan sahabat nya itu. "Menurut ku mereka berdua enggak cocok!" Ketus Laila.

Aida menarik nafas panjang, dan menghembus nya perlahan. "Kita udah sampai, sana masuk. Aku juga mau ke ruangan ku," ucap Aida ketika kedua nya sudah sampai di depan ruang ujian Laila, rasa nya Aida sudah malas membahas tentang perasaan nya dan juga tentang gus Umar.

"Duduk sini dulu yuk, masih ada waktu sepuluh menit," tolak Laila dan kemudian duduk di bangku yang berada di teras ruangan tersebut.

Mau tak mau, Aida pun ikut duduk meski dengan hati yang berat.

Laila masih membicarakan tentang kakak nya, tentang niat sang kakak yang benar-benar serius ingin memperjuangkan Aida. Namun Aida hanya diam, dan tak menanggapi pembicaraan sahabat nya. "Dengerin aja Da, dan jangan kamu masuk kan kedalam hati,, agar kamu tidak terlalu berharap pada usaha gus Umar," gumam Aida dalam hati.

Cukup sudah Aida merasakan sakit dengan mengetahui kenyataan bahwa cinta nya kandas di tengah jalan, dan dia tak ingin menambah rasa sakit hati nya dengan berharap bahwa mereka akan bersatu dan perjodohan gus Umar dengan ning Zahra batal.

Terdengar bel tanda masuk berbunyi, dan menghentikan Laila yang sedari tadi berbicara banyak hal tentang segala kemungkinan bahwa sang kakak dan sahabat nya bisa bersatu.

"La, aku ke ruangan ku ya," Aida segera beranjak dari tempat duduk nya.

"Ya, nanti pulang sekolah jangan lupa.. langsung ke rumah ya, bantu aku packing baju," ucap Laila mengingatkan sahabat nya, karena Aida sudah berjanji akan membantu Laila mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan nya berangkat umroh besok lusa.

Aida mengangguk dan segera berlalu menuju ke ruangan nya yang berada di ujung.

Sepanjang mengerjakan tugas, Aida merasa tidak tenang. Pikiran nya tak bisa di ajak kompromi untuk berkonsentrasi hanya memikirkan ujian ini saja, tapi bayangan tentang gus Umar dan pernyataan cinta nya terus saja berseliweran memenuhi isi kepala nya. Hingga Aida sejenak memejamkan mata, mencoba membuang segala kegundahan hati dan penyebab nya.

Setelah beberapa menit Aida terdiam, dia meneruskan kembali mengerjakan soal ujian terakhir di tangan nya, dan ketika bel tanda waktu telah berakhir berbunyi.. Aida telah menyelesaikan soal ujian terakhir itu dengan tepat waktu.

Aida kemudian meninggalkan bangku nya mengikuti teman-teman nya yang lain yang sudah terlebih dahulu keluar dari kelas. Begitu sampai di luar, Laila menyambut nya dengan wajah berseri-seri.

"Da,, Alhamdulillah ya... akhir nya selesai juga perjuangan kita," ucap Laila seraya menghampiri sahabat nya.

Aida hanya tersenyum, dan kemudian kedua gadis cantik itu berlalu meninggalkan sekolahan dengan pikiran masing-masing. "perjuangan ku bahkan baru aku mulai La, perjuangan untuk dapat melupakan kakak mu dan menyembuhkan luka hatiku," gumam Aida dalam hati.

Kedua gadis cantik itu terus berjalan, pulang ke kediaman kyai Abdullah.

Sesampai nya di ndalem, mereka langsung masuk melalui pintu samping karena seperti nya kyai Abdullah sedang menerima tamu.

"Assalamu'alaikum,," ucap salam kedua nya bersamaan.

"Wa'alaikumsalam,,," balas gus Umar yang kebetulan hendak keluar melalui pintu yang sama.

"Sudah pulang dik?" Tanya gus Umar, yang tak membutuhkan jawaban karena gus Umar tahu bahwa hari ini sang adik hanya ada satu ujian. "Kebetulan kalau begitu, temani kakak belanja keperluan untuk lusa yuk.. biar sekalian bisa kita packing, karena nanti malam koper nya harus sudah diantarkan ke kantor agency," pinta gus Umar pada sang adik.

"Iya kak, Laila juga ada beberapa barang yang mau di beli. Tunggu bentar ya kak, kami ganti baju dulu," balas Laila dengan antusias.

"Dik Aida ikut ya?" Pinta gus Umar, sekilas melirik Aida yang langsung menunduk.

Laila segera menyeret lengan sahabat nya untuk bersiap-siap.

"Aku masih tetap berharap, kita bisa bersama suatu hari nanti dik,," gumam gus Umar, seraya menatap punggung Aida yang semakin menjauh.

"La, aku enggak usah ikut aja ya,," tolak Aida dengan halus, setelah kedua nya sampai di kamar Laila.

"Enggak Da, kamu harus ikut. Aku suka lupa apa saja yang harus ku beli, jika tak ada kamu yang mengingatkan," kekeuh Laila, yang ingin agar Aida tetap ikut.

"Kan bisa kamu catat dulu La, apa aja yang kamu perlukan?" Saran Aida.

"Ah,, kelamaan, kakak udah nungguin. Nih, kamu ganti baju juga," Laila mengambilkan baju ganti milik nya untuk Aida, ukuran baju mereka memang sama dan mereka juga sering bertukar pakaian.

"Kamu kebiasaan deh La, kamu harus mulai belajar untuk tidak tergantung pada ku La,, bentar lagi kan kamu kuliah, dan akan jauh dari aku?" Aida mencoba menasehati sahabat nya, yang memang lebih sering bergantung pada nya itu.

Laila memang gadis yang manja, sedikit teledor dan tidak bisa rapi seperti Aida. Untuk itulah dia selalu butuh Aida, untuk mengingatkan nya dalam banyak hal.

"Kamu kan udah janji Da, kalau kita akan kuliah di perguruan tinggi yang sama? Jangan bilang kamu akan kabur dariku?!" Tebak Laila, yang seolah tahu bahwa sahabat nya itu memang akan pergi sejauh-jauh nya dari kehidupan sang kakak.. termasuk pergi dari Laila, sebab jika mereka berdua masih bersama pasti hari-hari Aida akan selalu mendengar nama gus Umar disebut oleh adik nya itu.

"Udah siap kan? Ayo kita berangkat," ajak Laila, seraya menggandeng tangan sahabat nya.

"Ya Allah,, kenapa di saat aku ingin berjuang melupakan nya, Engkau justru semakin mendekatkan kami dengan sering mempertemukan kami dan seolah memberi kami kesempatan untuk terus bersama?" Aida bergumam dalam hati, seraya mengikuti langkah kaki Laila yang berjalan dengan cepat.

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

😢😢😢😢🤧

2023-05-23

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

mungkin emang Gus Umar jodoh mu aida

2023-04-04

1

Mulaini

Mulaini

Mungkin itu salah satu doa gus Umar untuk mu Aida kalau jodoh maka dekatkanlah hehehe...

2022-05-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!