Aida kemudian mengerutkan keningnya, masih berpura-pura tidak tahu kemana arah pembicaraan Laila.
"Aku tahu kamu mencintai kak Umar, Da. Aku juga tahu pasti bahwa kamu terkejut mendengar kabar perjodohan kakak ku, kan? Kamu sengaja menyembunyikan rasa kecewa mu dengan tenggelam dalam tugas-tugas itu kan, Da? Kalau benar kamu juga mencintai kak Umar, kenapa kalian berdua tadi diam saja? Kenapa kalian tidak mau memperjuangkan cinta kalian, Da ... kenapa?" cecar Laila dengan banyak pertanyaan, yang membuat Aida sedikit gelagapan.
Untuk sesaat Aida terdiam, gadis manis itu mencoba untuk menetralkan kegugupannya. Aida kemudian tersenyum manis pada Laila, "La, gadis mana coba yang tidak terpesona melihat gus Umar? Jika kamu bukan adik kandung kak Umar, aku pastikan bahwa kamu juga akan tergila-gila pada pemuda tampan itu bukan?"
"Kekaguman pada seseorang, tepatnya seorang idola, tidak lantas bisa disimpulkan bahwa kita mencintainya bukan?" Aida membalas pertanyaan Laila, dengan pertanyaan pula. Gadis itu masih berpura-pura tidak bersedih, atas kabar yang baru saja dia dengar dari nyai Robi'ah.
Laila menggeleng, "yang kamu katakan barusan memang benar, Da. Tetapi aku tahu, kamu tidak memandang kakak ku sebagai idola. Aku tahu bagaimana perasaan mu, Da... dan kamu enggak perlu mengelak atau menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan mu pada ku?" lirih Laila, dengan berurai air mata.
Aida menghapus air mata sahabatnya itu dengan lembut, "sstt... jangan menangisi hal yang tidak mungkin, Laila. Jujur saja, aku terkejut dengan berita perjodohan gus Umar." sejenak Aida menjeda ucapannya dan menatap Laila seraya tersenyum.
"Tetapi sejak awal, aku sudah menanamkan pada hati dan pikiranku ... bahwa kita boleh saja punya pengharapan dan meminta pada Allah agar apa yang kita ingin kan terkabul, namun kita juga harus tetap tawakkal dengan takdir yang telah Allah tetapkan pada kita, karena aku yakin bahwa rencana Allah itu lebih indah untuk hamba-Nya," lanjut Aida dengan penuh keyakinan.
Untuk sesaat kedua gadis seusia itu terdiam dan suasana kamar Laila menjadi hening, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri.
"Jadi, kamu rela kalau kak Umar menikah dengan gadis lain?" tanya Laila memecah keheningan.
Aida menghela nafas panjang, "jika itu adalah takdir terbaik untuk kami semua," balas Aida dengan suara bergetar namun tetap tersenyum tulus, mencoba sekuat tenaga menyembunyikan luka yang menganga di hatinya.
Aida tidak munafik, sejak lama dia sudah menyimpan perasaan pada gus Umar. Bahkan jauh sebelum gus Umar melanjutkan studinya ke Madinah dan sebelum Laila gencar menjodoh-jodohkan dirinya dengan kakak dari sahabatnya tersebut.
Aida mengenal gus Umar sejak dia masih kanak-kanak, karena almarhum ayahnya sering mengajak Aida sowan ke ndalem kyai Abdullah. Aida kecil kemudian bersahabat dengan Laila dan keduanya sering main bersama. Dari situlah kedekatan Aida dan gus Umar terjalin, meski awalnya hanya sebagai kakak-adik.
Namun seiring berjalannya waktu dan keduanya tumbuh remaja, Aida mulai bersikap malu-malu pada gus Umar. Baru setelah kepergian gus Umar ke Madinah, Aida menyadari bahwa dirinya menyukai gus Umar lebih dari seorang kakak.
"La, aku pamit ya. Aku mau pulang ke rumah," pamit Aida pada sahabatnya, seraya membereskan buku-buku pelajaran yang berserak.
"Kok, tiba-tiba pulang? Ini kan baru hari Rabu? Biasanya juga kamu pulang pas hari kamis?" tanya Laila penuh selidik.
"Tadi pagi waktu mau berangkat sekolah, mbak Ning kasih kabar kalau ibu masuk angin lagi," balas Aida apa adanya, seraya menunjukkan chat dari mbak Ning orang yang selama ini membantu sang ibu di warung makan.
Laila hanya bisa mengangguk, "balik kesini kapan? Sabtu ya? Biar kita bisa belajar bareng?" tanya dan pinta Laila penuh harap, dia malas belajar kalau tidak ada temannya. Sedangkan senin depan, mereka sudah menjalani ujian akhir sekolah.
Aida mengangguk, mengiyakan permintaan sahabat baiknya itu. "Udah, jangan mewek lagi. Nanti cantiknya ilang." Aida mencubit pipi cabi Laila.
"Aku mau pamit dulu sama umi, assalamu'alaikum, La," Aida segera meninggalkan kamar Laila dengan perasaan yang tidak menentu.
Ya, Aida adalah santri di pesantren kyai Abdullah semenjak dia masuk Madrasah Aliyah. Tetapi seminggu sekali, Aida diijinkan pulang atas permintaan bu Aini, ibu nya Aida, yang merupakan istri dari sahabat kyai Abdullah.
Rumah Aida tidak terlalu jauh dari pesantren dan masih berada di kota yang sama, hanya sekitar dua puluh menit perjalanan dengan menaiki angkot. Aida tinggal berdua dengan sang ibu semenjak kepergian ayahnya, ketika Aida baru berusia sepuluh tahun. Dan baru-baru ini, sang ibu ada yang menemani sekaligus membantu di warung.
Bu Aini, ibunya Aida membuka usaha warung makan sederhana untuk melanjutkan hidup bersama putri semata wayangnya itu. Bu Aini menyuruh Aida belajar di pesantren, karena beliau ingin mewujudkan harapan sang suami, yang menginginkan Aida menjadi penghafal Alqur'an tiga puluh juz.
Sebagai anak yang di didik di lingkungan agamis, Aida merasa tidak keberatan dengan keinginan orang tuanya dan selama hampir tiga tahun ini, Aida bersungguh-sungguh mempelajari dan menghafal Alqur'an.
Setelah Aida meninggalkan kamarnya, Laila segera berganti pakaian dan kemudian keluar dari kamar.
Laila berjalan menuju kamar sang kakak, seraya menoleh ke kanan dan ke kiri... khawatir kalau-kalau abah atau uminya melihat. Setelah dirasa aman, Laila langsung menerobos masuk ke dalam kamar sang kakak.
Laila mendapati sang kakak tengah tertidur seraya menggenggam ponsel, dengan perlahan Laila mendekati kakaknya dan mengambil ponsel gus Umar dengan sangat hati-hati.
Namun, gerakan kecil Laila mampu membangunkan sang kakak dari tidur lelapnya. Hingga Laila buru-buru melepaskan ponsel yang sudah hampir dia dapatkan tersebut.
"Dik, kok kamu di sini?" tanya gus Umar seraya memicingkan mata, berusaha beradaptasi dengan silaunya cahaya. Gus Umar segera beralih posisi menjadi duduk dan bersandar pada head board.
"Kak, ada yang mau Laila tanyakan." ucap Laila seraya cemberut dan gadis itu kemudian mendudukkan dirinya di tepi ranjang menghadap sang kakak.
"Ada apa? Kok wajahnya cemberut gitu? Adik jelek tahu kalau wajahnya di tekuk kayak gitu?" ledek gus Umar mencoba mencairkan suasana, pasalnya sang adik kini tengah memasang tampang serius.
"Kak, katakan sejujurnya pada Laila. Sebenarnya, Kakak suka kan pada Aida?" tanya Laila dengan menatap tajam pada sang kakak yang baru saja terbangun, bahkan kesadaran gus Umar belum seratus persen pulih.
Gus Umar tersenyum, "kamu ini ngomong apa sih, Dik?" Gus Umar masih berusaha untuk menutupi perasaannya dan pura-pura tidak mengerti maksud pertanyaan sang adik.
"Asal Kak Umar tahu, Aida tuh beneran suka sama Kakak dan dia tadi sangat sedih ketika mendengar kabar bahwa ternyata Kakak sudah dijodohkan sama ustadzah Zahra," ucap Laila seraya menyodorkan ponselnya pada gus Umar.
Gus Umar mengernyit, tak langsung menerima ponsel sang adik.
"Buka aja Kak dan putar rekaman percakapan Laila sama Aida barusan," Laila menjawab kebingungan sang kakak.
Gus Umar segera menerima ponsel Laila dan membuka rekaman yang dimaksudkan sang adik. Dengan seksama gus Umar mendengarkan rekaman percakapan antara Laila dan Aida, ternyata Laila merekam semua obrolannya dengan Aida sejak awal saat mereka berdua berada di kamar Laila tadi.
Gus Umar menghela nafas panjang, ketika mendengar jawaban Aida atas pertanyaan Laila, "jadi, kamu rela kak Umar menikah dengan gadis lain?"
"Jika itu adalah takdir terbaik untuk kami semua," suara Aida yang menjawab pertanyaan dari Laila, yang terdengar bergetar dan itu membuat gus Umar menjadi merasa dilema.
Di satu sisi, gus Umar ingin bisa hidup bahagia dengan gadis yang dicintai dan juga mencintainya. Sedangkan di sisi yang lain, kepatuhan gus Umar sebagai santri sekaligus cucu laki-laki satu-satunya, tidak memungkinkan baginya untuk menolak perjodohan dari kyai sepuh, yang sudah direncanakan sejak lama.
bersambung,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Lina Maulina18
dah telat kmu blng KK kmu udah d jodohkan sama cwe lain,
2023-06-08
1
Ita rahmawati
jd pengen tau si kakek yg main jdoh²in in kyk ap sih...😏😏
2023-06-05
1
Maulana ya_Rohman
kok ikut²tan nyut²tan ya hatiku thor😢😢😢😢🤧
2023-05-22
1