Bab. 03 : Rekaman Percakapan

Aida kemudian mengerutkan keningnya, masih berpura-pura tidak tahu kemana arah pembicaraan Laila.

"Aku tahu kamu mencintai kak Umar, Da. Aku juga tahu pasti bahwa kamu terkejut mendengar kabar perjodohan kakak ku, kan? Kamu sengaja menyembunyikan rasa kecewa mu dengan tenggelam dalam tugas-tugas itu kan, Da? Kalau benar kamu juga mencintai kak Umar, kenapa kalian berdua tadi diam saja? Kenapa kalian tidak mau memperjuangkan cinta kalian, Da ... kenapa?" cecar Laila dengan banyak pertanyaan, yang membuat Aida sedikit gelagapan.

Untuk sesaat Aida terdiam, gadis manis itu mencoba untuk menetralkan kegugupannya. Aida kemudian tersenyum manis pada Laila, "La, gadis mana coba yang tidak terpesona melihat gus Umar? Jika kamu bukan adik kandung kak Umar, aku pastikan bahwa kamu juga akan tergila-gila pada pemuda tampan itu bukan?"

"Kekaguman pada seseorang, tepatnya seorang idola, tidak lantas bisa disimpulkan bahwa kita mencintainya bukan?" Aida membalas pertanyaan Laila, dengan pertanyaan pula. Gadis itu masih berpura-pura tidak bersedih, atas kabar yang baru saja dia dengar dari nyai Robi'ah.

Laila menggeleng, "yang kamu katakan barusan memang benar, Da. Tetapi aku tahu, kamu tidak memandang kakak ku sebagai idola. Aku tahu bagaimana perasaan mu, Da... dan kamu enggak perlu mengelak atau menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan mu pada ku?" lirih Laila, dengan berurai air mata.

Aida menghapus air mata sahabatnya itu dengan lembut, "sstt... jangan menangisi hal yang tidak mungkin, Laila. Jujur saja, aku terkejut dengan berita perjodohan gus Umar." sejenak Aida menjeda ucapannya dan menatap Laila seraya tersenyum.

"Tetapi sejak awal, aku sudah menanamkan pada hati dan pikiranku ... bahwa kita boleh saja punya pengharapan dan meminta pada Allah agar apa yang kita ingin kan terkabul, namun kita juga harus tetap tawakkal dengan takdir yang telah Allah tetapkan pada kita, karena aku yakin bahwa rencana Allah itu lebih indah untuk hamba-Nya," lanjut Aida dengan penuh keyakinan.

Untuk sesaat kedua gadis seusia itu terdiam dan suasana kamar Laila menjadi hening, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri.

"Jadi, kamu rela kalau kak Umar menikah dengan gadis lain?" tanya Laila memecah keheningan.

Aida menghela nafas panjang, "jika itu adalah takdir terbaik untuk kami semua," balas Aida dengan suara bergetar namun tetap tersenyum tulus, mencoba sekuat tenaga menyembunyikan luka yang menganga di hatinya.

Aida tidak munafik, sejak lama dia sudah menyimpan perasaan pada gus Umar. Bahkan jauh sebelum gus Umar melanjutkan studinya ke Madinah dan sebelum Laila gencar menjodoh-jodohkan dirinya dengan kakak dari sahabatnya tersebut.

Aida mengenal gus Umar sejak dia masih kanak-kanak, karena almarhum ayahnya sering mengajak Aida sowan ke ndalem kyai Abdullah. Aida kecil kemudian bersahabat dengan Laila dan keduanya sering main bersama. Dari situlah kedekatan Aida dan gus Umar terjalin, meski awalnya hanya sebagai kakak-adik.

Namun seiring berjalannya waktu dan keduanya tumbuh remaja, Aida mulai bersikap malu-malu pada gus Umar. Baru setelah kepergian gus Umar ke Madinah, Aida menyadari bahwa dirinya menyukai gus Umar lebih dari seorang kakak.

"La, aku pamit ya. Aku mau pulang ke rumah," pamit Aida pada sahabatnya, seraya membereskan buku-buku pelajaran yang berserak.

"Kok, tiba-tiba pulang? Ini kan baru hari Rabu? Biasanya juga kamu pulang pas hari kamis?" tanya Laila penuh selidik.

"Tadi pagi waktu mau berangkat sekolah, mbak Ning kasih kabar kalau ibu masuk angin lagi," balas Aida apa adanya, seraya menunjukkan chat dari mbak Ning orang yang selama ini membantu sang ibu di warung makan.

Laila hanya bisa mengangguk, "balik kesini kapan? Sabtu ya? Biar kita bisa belajar bareng?" tanya dan pinta Laila penuh harap, dia malas belajar kalau tidak ada temannya. Sedangkan senin depan, mereka sudah menjalani ujian akhir sekolah.

Aida mengangguk, mengiyakan permintaan sahabat baiknya itu. "Udah, jangan mewek lagi. Nanti cantiknya ilang." Aida mencubit pipi cabi Laila.

"Aku mau pamit dulu sama umi, assalamu'alaikum, La," Aida segera meninggalkan kamar Laila dengan perasaan yang tidak menentu.

Ya, Aida adalah santri di pesantren kyai Abdullah semenjak dia masuk Madrasah Aliyah. Tetapi seminggu sekali, Aida diijinkan pulang atas permintaan bu Aini, ibu nya Aida, yang merupakan istri dari sahabat kyai Abdullah.

Rumah Aida tidak terlalu jauh dari pesantren dan masih berada di kota yang sama, hanya sekitar dua puluh menit perjalanan dengan menaiki angkot. Aida tinggal berdua dengan sang ibu semenjak kepergian ayahnya, ketika Aida baru berusia sepuluh tahun. Dan baru-baru ini, sang ibu ada yang menemani sekaligus membantu di warung.

Bu Aini, ibunya Aida membuka usaha warung makan sederhana untuk melanjutkan hidup bersama putri semata wayangnya itu. Bu Aini menyuruh Aida belajar di pesantren, karena beliau ingin mewujudkan harapan sang suami, yang menginginkan Aida menjadi penghafal Alqur'an tiga puluh juz.

Sebagai anak yang di didik di lingkungan agamis, Aida merasa tidak keberatan dengan keinginan orang tuanya dan selama hampir tiga tahun ini, Aida bersungguh-sungguh mempelajari dan menghafal Alqur'an.

Setelah Aida meninggalkan kamarnya, Laila segera berganti pakaian dan kemudian keluar dari kamar.

Laila berjalan menuju kamar sang kakak, seraya menoleh ke kanan dan ke kiri... khawatir kalau-kalau abah atau uminya melihat. Setelah dirasa aman, Laila langsung menerobos masuk ke dalam kamar sang kakak.

Laila mendapati sang kakak tengah tertidur seraya menggenggam ponsel, dengan perlahan Laila mendekati kakaknya dan mengambil ponsel gus Umar dengan sangat hati-hati.

Namun, gerakan kecil Laila mampu membangunkan sang kakak dari tidur lelapnya. Hingga Laila buru-buru melepaskan ponsel yang sudah hampir dia dapatkan tersebut.

"Dik, kok kamu di sini?" tanya gus Umar seraya memicingkan mata, berusaha beradaptasi dengan silaunya cahaya. Gus Umar segera beralih posisi menjadi duduk dan bersandar pada head board.

"Kak, ada yang mau Laila tanyakan." ucap Laila seraya cemberut dan gadis itu kemudian mendudukkan dirinya di tepi ranjang menghadap sang kakak.

"Ada apa? Kok wajahnya cemberut gitu? Adik jelek tahu kalau wajahnya di tekuk kayak gitu?" ledek gus Umar mencoba mencairkan suasana, pasalnya sang adik kini tengah memasang tampang serius.

"Kak, katakan sejujurnya pada Laila. Sebenarnya, Kakak suka kan pada Aida?" tanya Laila dengan menatap tajam pada sang kakak yang baru saja terbangun, bahkan kesadaran gus Umar belum seratus persen pulih.

Gus Umar tersenyum, "kamu ini ngomong apa sih, Dik?" Gus Umar masih berusaha untuk menutupi perasaannya dan pura-pura tidak mengerti maksud pertanyaan sang adik.

"Asal Kak Umar tahu, Aida tuh beneran suka sama Kakak dan dia tadi sangat sedih ketika mendengar kabar bahwa ternyata Kakak sudah dijodohkan sama ustadzah Zahra," ucap Laila seraya menyodorkan ponselnya pada gus Umar.

Gus Umar mengernyit, tak langsung menerima ponsel sang adik.

"Buka aja Kak dan putar rekaman percakapan Laila sama Aida barusan," Laila menjawab kebingungan sang kakak.

Gus Umar segera menerima ponsel Laila dan membuka rekaman yang dimaksudkan sang adik. Dengan seksama gus Umar mendengarkan rekaman percakapan antara Laila dan Aida, ternyata Laila merekam semua obrolannya dengan Aida sejak awal saat mereka berdua berada di kamar Laila tadi.

Gus Umar menghela nafas panjang, ketika mendengar jawaban Aida atas pertanyaan Laila, "jadi, kamu rela kak Umar menikah dengan gadis lain?"

"Jika itu adalah takdir terbaik untuk kami semua," suara Aida yang menjawab pertanyaan dari Laila, yang terdengar bergetar dan itu membuat gus Umar menjadi merasa dilema.

Di satu sisi, gus Umar ingin bisa hidup bahagia dengan gadis yang dicintai dan juga mencintainya. Sedangkan di sisi yang lain, kepatuhan gus Umar sebagai santri sekaligus cucu laki-laki satu-satunya, tidak memungkinkan baginya untuk menolak perjodohan dari kyai sepuh, yang sudah direncanakan sejak lama.

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

Lina Maulina18

Lina Maulina18

dah telat kmu blng KK kmu udah d jodohkan sama cwe lain,

2023-06-08

1

Ita rahmawati

Ita rahmawati

jd pengen tau si kakek yg main jdoh²in in kyk ap sih...😏😏

2023-06-05

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

kok ikut²tan nyut²tan ya hatiku thor😢😢😢😢🤧

2023-05-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!