Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa

Dengan tergesa, gus Umar berlalu meninggalkan sang umi dan adik nya. Dan tak berapa lama kemudian, gus Umar kembali dengan sudah berganti pakaian, gus Umar mengenakan celana panjang bahan dipadu dengan kemeja lengan panjang yang digulung hingga sebatas siku. Penampilan gus Umar terlihat berbeda dari biasa nya, yang keseharian nya lebih suka mengenakan sarung dan kaos oblong.

"Umi, Umar pamit mau ke rumah bibi Aini. Umar khawatir bibi Aini kenapa-napa," belum sempat nyai Robi'ah bertanya, kemana sang putra hendak pergi dengan dandanan senecis itu.. gus Umar telah mendahului menyampaikan maksud hati nya.

Nyai Robi'ah mengangguk, "pergilah gus, hati-hati di jalan," balas nyai Robi'ah memberi ijin, seraya menyambut tangan sang putra yang menyalami nya.

Dengan takdzim, gus Umar mencium punggung tangan wanita paruh baya yang telah melahirkan nya itu.

"Laila ikut ya kak,," pinta Laila memohon, dan segera mengambil tangan nyai Robi'ah dan mencium punggung tangan sang umi tanpa menunggu persetujuan.

"Ayo,," balas gus Umar singkat, dan mengajak sang adik untuk segera pergi.

"Assalamu'alaikum mi,,,"

"Wa'alaikumsalam,," balas nyai Robi'ah, seraya menatap punggung kedua putra putri nya yang semakin menjauh.

Sepanjang perjalanan, Laila sibuk dengan ponsel nya. Sedangkan gus Umar, fokus dengan kemudinya.

"Ih,, sebel deh. Aida lagi ngapain sih.. di telpon enggak di angkat-angkat juga!" Kesal Laila, karena sedari tadi menghubungi nomor Aida namun tak di angkat oleh pemilik nomor tersebut.

"Mungkin Aida nya lagi repot dik, jadi enggak tahu kalau ada panggilan masuk. Sabar, bentar lagi juga nyampai," gus Umar menasehati sang adik, padahal dia sendiri sudah tidak sabar ingin segera sampai ke rumah bibi Aini dan memastikan.. bahwa gadis yang disayangi dan juga ibu nya, baik-baik saja.

Gus Umar sudah menginjak gas dengan kecepatan maksimal, tapi tetap saja.. rasa nya laju kendaraan nya begitu lambat. Hingga berkali-kali gus Umar harus menarik nafas panjang, untuk mengisi rongga paru-paru nya yang terasa sesak.

Setelah berjibaku dengan pengguna jalan lain, karena masing-masing ingin segera sampai ketempat tujuan.. sampai lah gus Umar dan sang adik di kediaman bibi Aini.

Gus Umar memarkir kendaraan nya asal, dan kemudian segera turun tanpa menunggu Laila. Dengan tergesa-gesa, gus Umar masuk kedalam rumah bibi Aini yang terlihat sangat sepi.

"Assalamu'alaikum,,," ucap salam Laila yang sudah berada di belakang sang kakak, Laila harus berlari-lari kecil untuk dapat menyusul kakak nya itu.

"Kok sepi ya dik," lirih gus Umar, setelah beberapa saat menunggu tapi tak ada jawaban.

"Laila coba cari kedalam ya kak," Laila langsung masuk kedalam, untuk mencari keberadaan Aida ataupun bibi Aini.

Tak berapa lama, Laila telah kembali ke ruang tamu.. dimana sang kakak masih menunggu nya dengan perasaan cemas, "gimana dik? Mereka ada?" Tanya gus Umar dengan tidak sabar.

Laila menggeleng-gelengkan kepala nya, "enggak ada siapa-siapa kak, kamar Aida kosong.. di dapur juga enggak ada," balas Laila dengan wajah sedih.

"Eh,, ada tamu tho?" Ucap seorang wanita yang seusia gus Umar, yang baru saja masuk.

"Mbak Ning, Aida sama bibi kemana ya?" Tanya Laila pada wanita yang bernama mbak Ning tersebut.

"Lho, ning Laila apa ndak dikasih tahu neng Aida tho? Kalau bu Aini dibawa ke rumah sakit?" Tanya mbak Ning nampak bingung, sebab setahu mbak Ning Laila adalah orang terdekat Aida dan bagi bibi Aini Laila sudah seperti putri nya sendiri.

"Ke rumah sakit? Rumah sakit mana mbak?" Cecar gus Umar dengan panik.

Mbak Ning menggeleng, "pasti nya saya ndak tahu gus, tadi neng Aida cuma bilang.. kalau bu Aini mau dibawa ke rumah sakit besar di kota propinsi," balas mbak Ning dengan polos.

Gus Umar menyugar rambut gondrong nya, pemuda kharismatik itu benar-benar dilanda kepanikan yang luar biasa. Terlintas di benak nya, wajah pucat bibi Aini beberapa waktu yang lalu, saat dia berkunjung bersama sang adik.

"Dik, coba kamu telpon Aida lagi.. siapa tahu di angkat," titah nya pada Laila.

Laila kemudian kembali mendial nomor Aida, namun dari ruangan dalam terdengar nada dering ponsel berbunyi.

"Lho,, itu kan suara dering ponsel nya Aida," Laila yang hafal nada dering ponsel sahabat nya itu mengernyit, "jangan-jangan ponsel Aida ketinggalan kak," lanjut Laila semakin cemas.

"Coba saya cari kedalam ya ning," ucap mbak Ning, dan kemudian segera berlalu masuk kedalam.

Sesaat kemudian, mbak Ning sudah kembali dengan ponsel di tangan nya. "Iya ning, ini ponsel nya neng Aida ketinggalan," mbak Ning menyerahkan ponsel tersebut kepada gus Umar yang telah terlebih dahulu mengulurkan tangan nya.

Gus Umar tersenyum melihat wallpaper di ponsel Aida, yang menampilkan gambar diri nya. Tapi senyuman itu hanya berlangsung sekejap, tatkala gus Umar menyadari bahwa saat ini pasti lah Aida sangat kebingungan.

"Mbak Ning tahu enggak, Aida pergi sama siapa saja?" Tanya gus Umar pada wanita yang membantu di warung bibi Aini itu, gus Umar berharap ada tetangga baik hati yang bersedia menemani Aida mengantar ibu nya ke rumah sakit.. sehingga gus Umar bisa mencari tahu keberadaan Aida dan ibu nya, dari orang tersebut.

"Neng Aida diantar sama bu Retno dan sopir nya gus, karena hanya bu Retno yang kebetulan mobil nya ada dan siap mengantar bu Aini yang sudah pingsan," balas mbak Ning.

"Pingsan? Bibi Aini pingsan mbak?" Tanya Laila sangat panik.

Mbak Ning hanya mengangguk.

"Mbak Ning punya nomor telpon bu Retno?" Tanya gus Umar, mencoba bersikap tenang. Padahal pikiran nya saat ini benar-benar sedang kalut, apalagi mendengar bahwa bibi Aini sampai pingsan.

"Saya ndak punya gus, kalau mau tanya sama orang rumah nya juga percuma.. ndak ada orang, karena suami nya sedang keluar kota dan anak-anak nya semua nya juga tinggal di luar kota," balas mbak Ning, dengan sedih.

"Emm,, gini aja ya mbak. Mbak Ning pegang ponsel Aida, jika nanti bu Retno pulang.. mbak Ning segera telpon saya atau adik saya, di ponsel ini ada nomor kami," titah gus Umar, seraya mengembalikan ponsel milik Aida yang tertinggal.

"Saya ndak ngerti cara menggunakan ponsel nya neng Aida gus, lha wong saya ini ndak bisa baca je," balas mbak Ning, malu-malu.

Gus Umar mendesah pelan,

"Gini mbak, Laila ajarin." Ucap Laila, dan kemudian Laila mengambil ponsel Aida dari tangan mbak Ning.

Dengan telaten Laila mengajari mbak Ning untuk melakukan panggilan ke nomor nya, "jadi nanti mbak Ning buka layar nya dan langsung saja tekan tombol gambar telpon hijau ini,, nah, muncul nama pertama ini langsung pencet lagi gambar telpon, dah gitu aja," jelas Laila dengan cara sederhana.

Mbak Ning mengangguk mengerti, "baik ning, kalau cuma begini saya bisa," ucap mbak Ning dengan tersenyum senang.

"Baik lah mbak kami pamit, kami tunggu kabar dari mbak Ning," pamit gus Umar dengan perasaan berat, karena belum mendapat kan kepastian ke rumah sakit manakah Aida membawa sang ibu.

Jika memaksakan diri untuk mencari di seluruh rumah sakit besar di kota propinsi, pasti nya akan memakan waktu yang sangat lama. Sedangkan besok pagi-pagi sekali, gus Umar dan keluarga nya sudah harus berangkat ke bandara untuk menjalankan ibadah umroh.

Kedua kakak beradik itu kemudian pulang dengan tangan hampa dan membawa beban kesedihan yang mendalam. Hanya do'a yang bisa gus Umar langitkan, untuk orang yang dia sayang.

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

Rapa Rasha

Rapa Rasha

teruskan

2023-04-04

1

Mulaini

Mulaini

Berdoa aja gus Umar semoga calon mertua yg tertunda sembuh dan ada kabar dimana ibu Aini di rawat di rumah sakit hehehehe...

2022-05-29

1

suli sulimah

suli sulimah

haha yng tdinya mo nunggu upny bnyak ..tp gk sbar pngin bka ajh klo ad notif..emmm kira2 d rumh skit mna y bu aini..smga bu aini sgra smbuh.ksian aidany..untung ujiannya dh slesai...sabar y syang adia cntik sholehah

2022-05-26

2

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!