Bab. 5 : Kepergok Gus Umar

Laila kemudian segera memberikan mangkuk yang sudah terisi penuh dengan kolak pisang buatan sang umi itu kepada kakak nya.

"Makasih dik," setelah menerima semangkuk kolak pisang dari tangan sang adik, gus Umar pun segera melahap nya.

Begitu pun dengan Laila, gadis itu pun segera mengambil semangkuk kolak pisang dan

ingin secepat nya menghabiskan kolak dalam mangkuk nya agar dia dan sang kakak bisa segera berkunjung ke rumah bibi Aini dan bertemu dengan Aida.

Sambil makan Laila terus menyusun rencana untuk menyatukan sang kakak, dengan sahabat karib nya sejak kecil itu.

Begitu banyak rencana di otak Laila, hingga tanpa gadis itu sadari.. dia menikmati kolak buatan sang umi seraya senyum-senyum sendiri, dan hal itu mengundang tanya nyai Robi'ah yang melihat gelagat aneh putri nya.

"Kamu kenapa ning?" Tanya nyai Robi'ah dengan penuh selidik, hingga kerutan di kening wanita paruh baya itu terlihat semakin dalam.

"Eh,,, kenapa mi? Laila enggak kenapa-napa kok?" Elak Laila, dengan pura-pura sibuk mengaduk-aduk kolak pisang di mangkuk nya.

"Ning, nanti sekalian sampaikan sama bibi Aini... agar besok malam beliau ikut untuk meminang ning Zahra, sama ajak Aida juga ya?" Pesan nyai Robi'ah pada putri nya.

Uhuk,, uhuk,, Gus Umar tiba-tiba tersedak, karena sangat terkejut dengan ucapan nyai Robi'ah.

"Gus, hati-hati kalau makan," nyai Robi'ah memberikan segelas air putih kepada putra nya, dan gus Umar segera meminum air tersebut.

Laila pun tak kalah terkejut dengan perkataan umi nya, "secepat itu mi? Memang nya kakak sudah kenal dekat sama ustadzah Zahra?" Cecar Laila pada sang umi.

"Kakek mau nya begitu ning," balas sang umi yang nampak pasrah.

"Setelah mengkhitbah ning Zahra, kakak mu dan ning Zahra bisa ta'arruf untuk saling mengenal.. dan nanti kamu bisa menemani mereka berdua untuk berbicara banyak hal," tutur kyai Abdullah, seraya menatap putra dan putri nya bergantian.

Gus Umar hanya terdiam, dia sama sekali tak menyangka bahwa kyai sepuh akan bertindak secepat ini untuk mengesahkan diri nya dan ning Zahra dalam ikatan pernikahan yang suci. Sedangkan gus Umar sendiri, sama sekali belum pernah bertegur sapa dengan ning Zahra meski gadis yang dijodohkan dengan diri nya itu adalah salah satu santri kyai Abdullah dan sekaligus ustadzah yang membantu nyai Robi'ah mengajar mengaji.

Laila menjadi lemas mendengar penjelasan abah nya, hilang sudah semua rencana di benak nya yang telah dia susun untuk menyatukan kakak dan sahabat terbaik nya itu. Laila menjadi galau, hingga kolak dalam mangkuk nya yang masih separo hanya di aduk-aduk.

"Ning, kok malah melamun? Cepet dihabiskan, nanti keburu maghrib," tegur nyai Robi'ah kala mendapati sang putri malah melamun.

"Iya mi," balas Laila singkat dan lemah, dengan malas akhir nya Laila berhasil menghabiskan kolak pisang buatan sang umi. Kolak yang tadi nya terasa sangat manis, kini menjadi sangat hambar dan terasa getir di lidah Laila.. sama seperti perasaan nya yang getir, memikirkan bagaimana nanti reaksi Aida.

Kedua putra dan putri kyai Abdullah dan nyai Robi'ah kemudian berpamitan pada abah dan umi nya, dan mereka berdua segera berlalu meninggalkan meja makan dengan perasaan gundah,,, terutama gus Umar yang merasa sangat bersalah pada Aida, setelah dia mengetahui kebenaran bahwa gadis cantik sahabat dari sang adik ternyata juga menyukai diri nya.

Gus Umar mengantar sang adik dengan mengendarai mobil menuju kediaman bibi Aini, orang tua Aida. Sepanjang perjalanan kakak beradik itu saling diam, dan masing-masing sibuk memikirkan bagaimana nanti pertemuan nya dengan Aida.

Lima belas menit berlalu, kuda besi yang membawa gus Umar dan Aida masih melandas di jalan raya yang cukup ramai karena sore hari adalah waktu nya para pekerja berebut untuk pulang ke rumah masing-masing.. setelah seharian lelah bekerja, dan kedua nya masih belum ada yang bersuara.

Hingga ketika rumah bibi Aida sudah terlihat, gus Umar tiba-tiba menghentikan laju kendaraan nya dan menepikan mobil nya di pinggir jalan raya.

"Ada apa kak? Kenapa tiba-tiba berhenti? Apa mobil nya bermasalah?" Tanya Laila dengan raut wajah khawatir.

Gus Umar menggeleng, "tidak dik, tidak ada apa-apa," balas gus Umar seraya menatap netra bulat sang adik, "dik, apa pesan umi tadi harus kita sampaikan?" Tanya gus Umar dengan perasaan gamang.

Laila menggeleng pelan, "Laila juga enggak tahu kak, rasa nya Laila enggak tega untuk menyampaikan nya pada Aida," balas Laila yang juga merasa gamang.

Gus Umar menghela nafas panjang, "benar dik, kakak juga enggak tega," timpal gus Umar dengan suara nya yang terdengar lirih, seraya menatap jalanan yang dipenuhi lalu lalang kendaraan.Jalanan tersebut terlihat rungsing, seperti rungsing nya hati dan pikiran gus Umar.

"Kak, apa sebaik nya enggak usah kita sampaikan saja ya? Apalagi tadi Aida bilang, kalau bibi lagi sakit? Laila takut Aida jadi kepikiran dan ikutan sakit kak.." pinta Laila memelas, dia sangat mengkhawatirkan perasaan sahabat kesayangan nya.

Gus Umar mengangguk, "baiklah dik, kita lihat nanti saja ya.. yang penting sekarang kita sampai dulu di rumah bibi Aini," gus Umar kemudian segera melajukan kembali kendaraan nya menyusuri jalan raya beraspal, dan tak berapa lama sampailah kedua nya di kediaman istri dari sahabat kyai Abdullah.

Gus Umar memarkir mobil nya tepat di samping warung yang masih buka, dan kakak beradik itu segera turun dari mobil. Laila membawa rantang yang berisi kolak pisang buatan sang umi berjalan di depan mendahului kakak nya, dan segera masuk kedalam rumah tanpa mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum bi,,," ucap salam Laila sambil terus berjalan masuk kedalam rumah, Laila memang sudah biasa keluar masuk rumah bibi Aini.. sama hal nya dengan Aida, yang juga sudah terbiasa berada di kediaman kyai Abdullah.

"Wa'alaikumsalam La,," balas Aida dengan sedikit berteriak dari dalam kamar nya, Aida sudah sangat paham dengan suara Laila tanpa melihat orang nya sekalipun.

Laila meletakkan rantang tersebut di meja makan, dan kemudian dia duduk di sana sambil menunggu Aida yang masih belum menampakkan diri. Sedangkan gus Umar, lebih memilih menunggu di ruang tamu.

Tak berapa lama, Aida muncul dari dalam kamar nya dengan rambut tergerai dan masih terlihat basah. "Sama siapa La? Tumben sore-sore main kemari?" Tanya Aida seraya menjatuhkan tubuh nya di kursi, di samping sahabat nya. Aida kemudian membuka rantang yang diyakini dibawa oleh Laila untuk ibu nya, "wah, kolak pisang ya La.. pasti bikinan umi," ucap Aida dengan tersenyum senang.

Setiap main ke rumah bibi Aini, Laila memang selalu membawakan makanan untuk ibu dari sahabat nya itu,, yang dimasak sendiri oleh nyai Robi'ah karena bagi nyai Robi'ah dan kyai Abdullah, Aida dan orang tuanya sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

"Sama kak Umar," balas Laila santai.

"Siapa?!" Tanya Aida terkejut, dan langsung kembali berdiri seraya mengedarkan pandangan nya. Dan tepat di saat yang sama, gus Umar telah berdiri di belakang Laila.

"Assalamu'alaikum,," ucap salam gus Umar yang menyusul sang adik ke ruang makan, setelah cukup lama gus Umar menunggu di ruang tamu namun sang adik dan tuan rumah tak kunjung keluar.

Aida semakin terkejut, dan gadis manis sahabat dari Laila itu segera berlari menuju kamar nya dengan menahan rasa malu.. karena Aida kepergok gus Umar, laki-laki yang bukan mahrom nya di saat diri nya sedang tidak memakai hijab.

bersambung,,,

Terpopuler

Comments

ika

ika

klo di lingkungan pesantren panggil anak nya jg dgn sebutan Gus ato Ning gitu ya?

2025-02-24

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

kok ikutan s3dih ya thor😢😢😢😢😢🤧

2023-05-23

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

waduh AIDA kok bisa sih

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2 Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3 Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4 Bab. 4 : Kolak Pisang
5 Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6 Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7 Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8 Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9 Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10 Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11 Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12 Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13 Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14 Bab. 14 : Lintah Darat
15 Bab. 15 : Menjual Rumah
16 Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17 Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18 Bab.18 : Rencana Pernikahan
19 Bab.19 : Ijab Qabul
20 Bab. 20 : Lip Kiss
21 Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22 Bab. 22 : Main Bola Bareng
23 Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24 Bab. 24 : Dimana Ibu?
25 Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26 Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27 Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28 Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29 Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30 Bab. 30 : Kejadian Besar
31 Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32 Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33 Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34 Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35 Bab. 35 : Surat dari Aida
36 Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37 Bab. 37 : Cincin Kawin
38 Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39 Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40 Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41 Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42 Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43 Bab. 43 : Klinik Bersalin
44 Bab. 44 : IVA Tes..
45 Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46 Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47 Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48 Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49 Bab. 49 : Ryan Menggila
50 Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51 Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52 Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53 Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54 Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55 Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56 Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57 Bab. 57 : Move On Da...
58 Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59 Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60 Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61 Bab. 61 : Mbak Ning...
62 Bab. 62 : You Are Not Alone..
63 Bab. 63 : She Is Some One Special
64 Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65 Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66 Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67 Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68 Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69 Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70 Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71 Bab. 71 : Topeng Halloween
72 Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73 Bab. 73 : Think Positive, Da...
74 Bab. 74 : Artikel Penting
75 Bab. 75 : Luruskan Niat
76 Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77 Bab. 77 : Penghisap Darah
78 Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79 Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80 Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81 Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82 Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83 Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84 Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85 Bab. 85 : Harus di Operasi
86 Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87 Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88 Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89 Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90 Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91 Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92 Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93 Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94 Bab. 94 : Aida Pingsan
95 Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96 Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97 Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98 Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99 Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100 Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101 Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102 Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103 Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104 Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105 Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106 Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107 Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108 Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109 Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110 Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111 Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112 Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113 Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114 Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115 Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116 Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117 Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118 Promo Novel Baru
119 Promo Novel On Going
120 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab. 01 : Pulang ke Tanah Air
2
Bab. 02 : Jangan Berpura-pura
3
Bab. 03 : Rekaman Percakapan
4
Bab. 4 : Kolak Pisang
5
Bab. 5 : Kepergok Gus Umar
6
Bab. 6 : Tatapan Mata yang Penuh Luka
7
Bab. 7 : Mengkhitbah Ning Zahra
8
Bab. 8 : Rencana Dua Kyai Sepuh
9
Bab. 9 : Pupus Karena Perjodohan
10
Bab. 10 : Menyimpan Namamu di Hatiku
11
Bab. 11 : Berjuang Melupakan nya
12
Bab. 12 : Apa Benar, Penyakit Bibi Aini Serius?
13
Bab.13 : Pulang dengan Tangan Hampa
14
Bab. 14 : Lintah Darat
15
Bab. 15 : Menjual Rumah
16
Bab.16 : Menikah lah dengan Ku
17
Bab.17 : Ini Seperti Dejavu,,,
18
Bab.18 : Rencana Pernikahan
19
Bab.19 : Ijab Qabul
20
Bab. 20 : Lip Kiss
21
Bab. 21 : Menunda Malam Pertama
22
Bab. 22 : Main Bola Bareng
23
Bab. 23 : Sini Mas Peluk...
24
Bab. 24 : Dimana Ibu?
25
Bab. 25 : Aku Belum Bisa Mencintaimu
26
Bab. 26 : Jadi,, Kakak Pasrah Aja, Gitu?!
27
Bab. 27 : Menjadi Istri yang Seutuhnya
28
Bab. 28 : Bukan Hanya Dia yang Kecewa tapi Aku Juga
29
Bab. 29 : Selamat Datang di Rumah Kedua Kita
30
Bab. 30 : Kejadian Besar
31
Bab. 31 : Tapi, Pelan-pelan Saja Ya?
32
Bab. 32 : Aku Bukan Sahabat yang Baik
33
Bab. 33 : Diantara Dua Pilihan
34
Bab. 34 : Aida Anak yang Berbakti
35
Bab. 35 : Surat dari Aida
36
Bab. 36 : Aida Belum Yakin...
37
Bab. 37 : Cincin Kawin
38
Bab. 38 : Ada Guling diantara Mereka
39
Bab. 39 : Aku Masih Istihadhoh
40
Bab. 40 : Menyingkirkan Gadis Kampung
41
Bab. 41 : Dessert yang Lezat
42
Bab. 42 : Herbal Penambah Kesuburan
43
Bab. 43 : Klinik Bersalin
44
Bab. 44 : IVA Tes..
45
Bab. 45 : Karena Hidayah Bukanlah Kereta Api
46
Bab. 46 : Menyambut Kehadiran Calon Buah Hati.
47
Bab. 47 : Menyampaikan Kabar Bahagia
48
Bab. 48 : Antar Saya ke Terminal
49
Bab. 49 : Ryan Menggila
50
Bab. 50 : Sebaik-baik Rencana Adalah Rencana Allah
51
Bab. 51 : Gara-gara Nenek Lampir
52
Bab. 52 : Mengontrak Ruko
53
Bab. 53 : Menjemput Mbak Ning
54
Bab. 54 : Bikin Bunting Pembantu!
55
Bab. 55 : Histerektomi Radikal
56
Bab 56 : Ternyata Aku Belum Bisa Melupakannya?
57
Bab. 57 : Move On Da...
58
Bab. 58 : Mosok Bisa Marahan?
59
Bab. 59 : Terdengar Suara Benda Jatuh
60
Bab. 60 : Ya Qowiyyu Ya Matiin...
61
Bab. 61 : Mbak Ning...
62
Bab. 62 : You Are Not Alone..
63
Bab. 63 : She Is Some One Special
64
Bab. 64 : Kok di Bawa Kabur?!
65
Bab. 65 : Sehat dan Bahagia Selalu Idolaku
66
Bab 66 : Karena Perasaan Wanita Harus di Jaga
67
Bab. 67 : Kak Umar Mau Poligami?!
68
Bab. 68 : Stop, Jangan Bahas Poligami..
69
Bab. 69 : Aida,, Kamu Dimana?
70
Bab. 70 : Laki-laki Berwajah Sangar
71
Bab. 71 : Topeng Halloween
72
Bab. 72 : Apakah Aku Harus Sholat?
73
Bab. 73 : Think Positive, Da...
74
Bab. 74 : Artikel Penting
75
Bab. 75 : Luruskan Niat
76
Bab. 76 : Rela Berbagi Suami
77
Bab. 77 : Penghisap Darah
78
Bab. 78 : Segera Raih Bahagiamu
79
Bab. 79 : Entah Kapan Saat Itu Tiba...
80
Bab. 80 : Sesuai Amanah Orang Tua nya
81
Bab. 81 ; Tiba-tiba Sakit Perut
82
Bab. 82 : Yang Pasti, Keturunan
83
Bab 83 : Aida Akan Melahirkan
84
Bab. 84 : Jatuh Pingsan
85
Bab. 85 : Harus di Operasi
86
Bab. 86 : Mumpung Zahra Masih Sempat...
87
Bab. 87 : Asfiksia Neonatorum
88
Bab. 88 : Tolong, Bujuk Dik Aida..
89
Bab. 89 : Bersihkan Hatimu Dengan Memberi Maaf
90
Bab. 90 : Terhempas Oleh Ombak di Lautan
91
Bab. 91 : Baby Boy Baik-baik Saja Kan?
92
Bab. 92 : Dia Bagian dari Keluarga Pesantren
93
Bab. 93 : Tugas Ibu, Cukup Doakan Kami
94
Bab. 94 : Aida Pingsan
95
Bab. 95 : Kesempatan Kedua Untuk Ryan
96
Bab. 96 : Sebelum Zahra Tidur Lama
97
Bab. 97 : Persiapkan Pemakaman Ning Zahra
98
Bab. 98 : Kalian Bisa Menjadi Teman yang Baik
99
Bab 99 : Perasaan Aida Semakin Tak Karuan
100
Bab. 100 : Mbak Najwa Beruntung, Beda Sama Mbak Zahra,,,
101
Bab. 101 : Setuju Menikah Dengan Ning Zahwa kan?
102
Bab. 102 : Maksudmu? Dia Janda Diceraikan?
103
Bab. 103 : Kamu Menolak ku?
104
Bab. 104 : Tidak Sabar Menanti Saat Itu Tiba
105
Bab. 105 : Apakah Ini Nyata?
106
Bab. 106 : Mengutarakan Niat Baik
107
Bab. 107 : Ajak Laila ke Pet Shop
108
Bab. 108 : Sumber Kebahagiaanku Adalah Kamu
109
Bab. 109 : Aku Sayang Kamu
110
Bab. 110 : Jika Berjodoh, Takkan Kemana?
111
Bab 111 : Aku Senang Jika Kamu Bahagia Dik...
112
Bab.112 : Jamu Cabai Puyang
113
Bab. 113 : Istri Dari Laki-laki yang Aku Cinta
114
Bab. 114 : Pengeran Impian Masa Kecil
115
Bab. 115 : Merajut Indah nya Cinta
116
Bab. 116 : Sama-sama Tertawa Bahagia
117
Spesial Edition_ Pengobat Rindu, Plus Give Away
118
Promo Novel Baru
119
Promo Novel On Going
120
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!