Dikira Janda Sama Si Duda
Namanya Laila Duma Wibowo, namun entah siapa yang memulai kini Laila lebih sering disapa Lele Dumbo. Entah karena singkatan nama yang dipelesetkan atau karena ia galak tapi kuat seperti lele. Ah, itu tidak membuat Laila pusing. Sudah terlalu banyak beban dalam hidupnya. Laila sama sekali tidak berminat menambah ocehan orang menjadi beban baru untuk hidupnya.
Laila memang galak pada dua keponakannya. Apalagi saat ia masih duduk di bangku SMP, ia sudah harus membantu ibunya mengurus dua keponakannya yang masih kecil. Satu-satunya kakak kandungnya berhasil membuat dunia Laila berantakan. Pria yang seharusnya menjadi pengganti ayahnya itu justru memberikan beban besar padanya.
"Kamu itu anak perempuan. Belajar ngurus anak dari sekarang," ucap Bang Deri saat Laila marah karena buku PRnya dirobek oleh Hasna.
Hasna adalah keponakannya yang kedua setelah Kayla. Hasna baru berusia delapan belas bulan. Terpaut lima tahun dengan kakaknya yang sudah berusia enam tahun setengah.
"Kamu ini, Laila masih kelas tiga SMP." Bu Rini memukul punggung Deri yang sedang duduk santai sembari mengisap sebatang rokok.
"Aduh Bu, sakit." Deri mengusap pungungnya.
"Jaga omonganmu," ucap Bu Rini mengingatkan.
"Kan namanya juga belajar bu. Boleh kali dari sekarang," ucap Deri membela diri.
Laila hanya bisa menghela napas dalam. Berusaha menenangkan dirinya dan berdamai dengan keadaan. Mencoba membiasakan diri dengan keadaan yang menurutnya sangat tidak nyaman.
Tidak bisa berbuat apa-apa. Laila hanya bisa menyalin kembali PRnya yang sudah dirobek oleh Hasna. Itupun ia lakukan malam, saat Hasna sudah tidur.
"Bang, kamu kerja dong."
Suara pelan Yanti terdengar samar di telinga Laila. Suasana malam yang sudah sunyi membuat Laila masih bisa mendengar suara Deri dan Yanti meskipun mereka sudah berusaha bicara sepelan mungkin. Letak kamar keduanya yang saling bersebelahan, mungkin membuat Laila masih bisa mendengar percakapan pasangan suami istri itu.
Percakapan? Ah lebih tepatnya perdebatan. Dan ini bukan kali pertama bagi mereka. Laila sudah sangat sering mendengar cekcok seperti ini. Bahkan nyaris tiap malam.
"Aku sudah coba mangkal di pangkalan. Tapi ojek sepi sekarang. Mau ojek kerek kayak orang-orang, aku gaptek. Ponsel butut, motor apalagi. Mana ada yang mau naek ojek butut," ucap Deri.
Ya, kehidupan mereka memang tidak seberuntung pasangan lain di lingkungannya. Namun meskipun begitu, Yanti masih berusaha bertahan dan tidak meninggalkan Deri sama sekali. Padahal Laila saja sebagai adik kandungnya kadang lelah dengan sikap Deri yang malas.
"Aku mau kerja ke saudi Mas. Cari uang buat masa depan anak-anak kita. Mereka semakin besar. Kebutuhannya semakin banyak," ucap Yanti.
Saudi? Mendengar hal itu Laila memegang dadanya. Tidak terasa air matanya menetes begitu saja. Ada ketakutan yang sangat luar biasa. Bukan hanya satu, lebih dari tiga kasus orang hilang setelah pergi bekerja sebagai TKW. Entah hilang atau sengaja menghilang, Laila tidak tahu. Yang pasti mereka pergi dan tidak kembali.
"Baguslah. Besok aku bantu urus ya!" ucap Deri dengan datar.
Laila mengepalkan tangannya dan berusaha meredam amarahnya. Bagaimana bisa Deri dengan begitu mudah mengiyakan bahkan mendukung keinginan Yanti untuk pergi ke negeri orang. Padahal seharusnya Deri lah yang berkewajiban mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Rumah tangga yang sudah dibina selama hampir delapan tahun itu menjadi ketakutan tersendiri untuk Laila. Pernikahan Deri dan Yanti membuat Laila ikut kena imbasnya. Dari mulai pertengkaran-pertengkaran kecil yang terjadi, Laila sering menjadi pendengar setia bagi keduanya. Belum lagi kehadiran dua anak mereka membuat Laila seolah memiliki kewajiban yang seharusnya tidak terjadi padanya.
"Pagi Laila," sapa Yanti dengan ramah saat malam sudah berganti pagi.
"Pagi kak," sapa Laila dengan senyumnya.
Laila mengamati Yanti yang terlihat baik-baik saja. Seandainya Laila tidak mendengar pertengkaran keduanya, Laila tidak akan menyangka jika pertengkaran itu telah terjadi.
"Bu, aku berangkat pagi ya. Toko baru saja datang barang kemarin sore. Aku belum sempat beres-beres kemarin. Titip Hasna sama Kay ya!" ucap Yanti sambil mencium punggung tangan mertuanya.
Dari kejauhan Laila menatap sikap Yanti yang begitu lembut dan sangat ramah pada Bu Rini. Cerita yang ia dengar tentang mertua dan menantu yang jarang sekali akur ternyata dipatahkan oleh hubungan Yanti dan Bu Rini. Padahal suaminya sangat malas dan menjadikannya tulang punggung.
"La, Kakak berangkat dulu ya!" teriak Yanti sambil menyambar helm dan kunci motor.
Sebuah motor matic warna hitam selalu setia menemani Yanti bekerja. Padahal seharusnya ia bisa berangkat diantar suaminya yang bekerja sebagai tukang ojek. Namun sayangnya Deri selalu bangun siang dan tidak bisa mengantar Yanti ke toko.
Sudah setahun Yanti bekerja di toko pakaian. Letaknya tidak terlalu jauh namun tidak mungkin jika harus berjalan kaki setiap harinya. Sebelumnya Yanti bekerja sebagai ART di rumah tetangganya. Namun setelah mengandung Hasna, ia berhenti. Saat akan kembali bekerja, sudah ada penggantinya di sana. Beruntung Yanti bisa bekerja di toko pakaian. Meskipun ia harus meninggalkan Hasna sejak masih berusia enam bulan, namun Yanti menjaninya dengan senang hati.
Bagi Yanti, selelah-lelahnya bekerja saat ia sedang masa menyusui akan jauh lebih lelah saat ia tidak bisa menghasilkan uang. Jika harus mengandalkan suaminya, mana cukup untuk kebutuhan makannya sehari-hari.
"Bu, kasihan ya Kak Yanti." Laila menghela napas panjang saat melihat motor Yanti pergi semakin menjauh.
"Kita harus bersyukur bisa bertemu dengan wanita hebat dan kuat seperti Yanti," ucap Bu Rini.
"Iya Bu," ucap Laila.
Laila segera meraih handuk dan pergi mandi. Ia harus bersiap ke sekolah. Dalam kamar mandi, bayangan Laila sudah melayang jauh saat Yanti sudah benar-benar pergi ke negeri orang untuk menjadi TKW.
"Le, lama banget sih?" teriak Deri sambil menggedor pintu kamar mandi.
Laila yang tersadar dari lamunannya cepat menyelesaikan mandinya tanpa menjawab ocehan kakaknya. Oh ya, Deri juga termasuk orang yang memanggilnya Lele meskipun Deri adalah kakak kandungnya sendiri. Awalnya Laila keberatan namun akhirnya ia pasrah saat Deri tak kunjung kapok meskipun sudah diperingatkan ibunya.
"Lelet banget jadi cewe," gerutu Deri saat Laila sudah keluar dari kamar mandi.
"Tumben Bang Der bangun pagi," ucap Laila pada Bu Rini.
"Kemarin makan bakso pedas. Sekarang bangun pagi pasti buat nongkrong di WC," jawab Bu Rini.
Ternyata benar, karena setelah keluar dari kamar mandi Deri kembali tidur. Keduanya saling menatap saat pintu kamar Deri sudah tertutup rapat kembali.
"Aku berangkat ya Bu," pamit Laila.
Saat ia akan berangkat sekolah, ia melihat Kayla yang sedang menyuapi Hasna. Miris rasanya saat anak yang bahkan belum masuk SD sudah begitu terlihat dewasa. Namun begitulah kehidupan mereka. Dipaksa dewasa sebelum waktunya.
Laila segera pergi setelah pamit pada dua keponakannya. Letak sekolah dan rumahnya yang tidak terlalu jauh membuatnya bisa berjalan kaki setiap hari. Sebenarnya ada keinginan seperti yang lain, bisa diantar ke sekolah setiap hari oleh Kakaknya. Namun hal itu bagaikan sebuah kemustahilan baginya. Walaupun kadang-kadang Yanti lah yang mengantarnya ke sekolah saat bisa berangkat lebih siang ke toko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Maya●●●
halo kak salam kenal.
aku mampir nih.
mampir juga di karyaku ya😊😊
2022-09-30
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Untung juga sekolahnya letaknya tak jauh, kalau jauh sudah tentu akan akan merasa begitu lelah. Tapi tetap saja akan ada waktu yang membuat kita juga ingin seperti orang lain.
2022-08-12
0
SulasSulastri
ikut nyimak y kak
2022-08-11
0