"Sudah malam, kamu tidur ya! Biar besok gak ngantuk di kelas," ucap Yanti.
"Besok kakak berangkat jam berapa?" tanya Laila.
"Seperti biasa, pagi-pagi. Barang yang kamu chat ke kakak belum di packing semua. Kemarin kakak keteteran," jawab Yanti.
"Aku ikut ke toko ya!" pinta Laila.
"Huss, ke sekolah. Tugas kamu belajar yang bener. Jangan sampai ngecewain Ibu. Kamu harus buktikan kalau kamu itu akan sukses dan membahagiakan ibu," ucap Yanti.
"Besok di sekolah ada rapat guru. Aku libur," ucap Laila.
"Kalau begitu kamu di rumah saja. Bantu ibu ngurus Hasna sama Kayla ya!" ucap Yanti.
"Kak, tolonglah. Aku gak mau di rumah. Aku males ketemu sama Bang Deri. Hasna sama Kayla kan ada ibu. Ya kak," pinta Laila.
Tangan Laila memegang erat tangan Yanti. Tatap matanya jelas memohon. Yanti yang mengerti perasaan Laila saat ini mengiyakan. Wajah ceria Laila pun membuat Yanti senang.
"Ya sudah kamu tidur ya! Besok kita berangkat pagi," ucap Yanti.
Laila tidur dengan nyenyak setelah hatinya tenang. Apa yang diucapkan dan dilakukan oleh Yanti berhasil membuat ketakutannya hilang. Akhirnya ia bisa bernapas lega karena besok tidak akan bertemu dengan Deri.
"Kok belum siap-siap, La?" tanya Bu Rini.
"Aku mau ikut ke toko," jawab Laila pelan.
"Loh, terus sekolahnya gimana?" tanya Bu Rini sambil mengerutkan dahinya.
"Libur," bisik Laila.
"Abangmu tidak ada. Dia tidak pulang semalam," ucap Yanti saat melihat Laila bisik-bisik pada ibunya.
Laila dan Yanti pun berangkat ke toko. Sepanjang perjalanan, Laila mengamati sikap Yanti. Setiap orang yang berpapasan dengannya diklakson. Tidak lupa senyum ramah terlihat di wajah cantiknya. Tidak terlihat ada beban berat sama sekali di wajahnya.
"Kak, kok mau sih dulu sama Bang Deri?" tanya Laila.
"Namanya juga cinta. Buta," jawab Yanti sambil tertawa.
Laila hanya tersenyum tipis. Ia sama sekali tidak merasa lucu dengan ucapan Yanti. Bagi Laila, Yanti merupakan wanita yang sangat tidak beruntung dalam hidupnya. Dibuang keluarganya dan disia-siakan suaminya sendiri. Padahal pria itu yang dulu sangat dicintainya.
"Apa Kakak masih cinta sama Bang Deri?" tanya Laila.
Pertanyaan yang sukses membuat Yanti bungkam. Pertanyaan yang sama sekali tidak ia sangka akan didengarnya. Cinta? Yanti bahkan tidak yakin jika cintanya pada Deri masih ada. Mungkin kalaupun ada, sudah sangat berkurang dari saat pertama kali mereka menjalin kasih dulu.
"La, pegangan ya! Kita ngebut. Gerimis nih," ucap Yanti mengalihkan pertanyaan Laila.
"Kok gak dijawab Kak?" tanya Laila sambil memeluk Yanti.
"Nanti jawabnya. Di jalan ngomongnya harus kenceng. Malu di denger orang," jawab Yanti.
Saat sampai ke toko, Laila masih menunggu jawaban Yanti. Kakaknya malah sibuk mrmbuka toko dan membereskan pakaian yang berserakan di sudut ruangan.
"La, mumpung kamu di sini mau gak bantuin kakak?" tanya Yanti.
"Boleh. Bantu apa?" tanya Laila.
"Baju-baju ini yang dipesan di toko online kemarin. Bantu Kakak packing ya. Biar nanti pulang dari toko, kita ke ekspedisi buat kirim barangnya. Kasihan pelanggan harus nunggu. Kepuasan konsumen adalah yang utama," jawab Yanti.
Laila mengangguk. Seperti biasa, hanya dengan satu kali diberi contoh oleh Yanti, Laila sudah bisa. Bahkan saat masih setengahnya, Laila menyelesaikan semuanya sendiri karena Yanti sudah sibuk dengan konsumen di toko.
"Eh, udah beres?" tanya Yanti.
"Udah Kak," jawab Laila.
"Aduh, terima kasih banyak ya. Jadi enak deh Kakak," ucap Yanti sambil tertawa.
"Gampang yang beginian mah," ucap Laila.
"Kalau ada kamu tiap hari enak kali ya," ucap Yanti.
"Nanti tiap aku libur, aku ke sini bantuin kakak ya!" ucap Laila.
"Yakin?" tanya Yanti.
"Yakin dong," jawab Laila.
"Gak kapok?" tanya Yanti.
"Seru kak. Aku suka. Enakan begini dari pada sekolah. Kalau begini, aku bisa dapat uang. Tapi kalau sekolah, aku malah ngabisin uang." Laila tersenyum.
"Eh, jangan begitu. Kamu itu masih SMP. Perjalanan sekolahmu minimal masih tiga tahun lagi," ucap Yanti.
Laila merasa tidak perlu sekolah. Ia hanya ingin seperti ini. Membantu Yanti untuk menghasilkan uang. Berharap Yanti tidak pergi dari hidupnya. Namun Yanti menjelaskan jika sekolah tetap yang utama. Yanti berjanji jika seandainya sesuatu yang buruk terjadi pun, Yanti akan tetap membiayai sekolah Laila sampai lulus SMA.
Zaman sekarang cari kerja susah. Minimal punya ijazah SMA baru bisa kerja. Itupun susah kalau tidak punya kenalan dan keberuntungan. Laila mulai mengerti apa yang Yanti inginkan. Semua demi kebaikannya.
"Kenapa kakak baik banget sama aku?" tanya Laila.
"Justru kamu yang baik sama kakak. Kamu harus membagi waktu antara sekolah dan mengasuh anak-anak. Padahal seharusnya anak seusiamu sibuk main dan nongkrong. Maaf dan terima kasih ya," ucap Yanti.
Obrolan mereka terjeda saat Yanti harus melayani konsumen yang datang. Sementara Laila sibuk mengecek ponselnya. Melihat beberapa pesanan yang masuk membuat bibirnya tersenyum lebar.
"Kok seneng banget. Ada apa nih?" tanya Yanti saat pembeli itu sudah pergi.
"Masa jam segini udah ada lima pesanan kak," jawab Laila.
"Serius?" tanya Yanti.
"Tuh lihat," jawab Laila sambil menunjukkan ponselnya.
"Wah, kamu hebat." Yanti mengangkat kedua jempol tangannya.
Yanti segera mengambil barang yang dipesan konsumen untuk dipacking. Namun disaat bersamaan, pemilik toko datang untuk mengecek penjualan hari ini. Pemilik toko sangat senang saat tahu penjualannya semakin meningkat. Bukan hanya pada Yanti, tapi pemilik toko pun berterima kasih pada Laila.
"Pemilik tokonya ramah ya kak. Pantes kakak betah kerja di sini," ucap Laila.
"Iya. Bersyukur punya bos baik," jawab Yanti sambil melanjutkan packingannya.
Yanti merasa senang hari ini. Pekerjaannya memang banyak tapi ada Laila yang menenaminya. Seandainya bisa seperti ini setiap hari, mungkin Yanti tidak akan pusing setiap pulang kerja.
Saat toko sudah tutup, Yanti dan Laila pergi ke ekspedisi untuk mengantar pesanan konsumen. Rencana siang tidak jadi karena Yanti sibuk packing pesanan yang masuk hari itu.
"Kak, ajarin aku biar bisa sekuat kakak ya!" ucap Laila saat mereka menuju jalan pulang.
"Kamu udah kuat. Bahkan lebih kuat dari kakak," ucap Yanti.
"Kak, pertanyaan aku yang tadi gimana? Kok belum dijawab?" tanya Laila.
Yanti menghela napas panjang. Mencari alasan apa lagi agar tidak perlu menjawab pertanyaan Laila. Bukan hal yang harus dipertanyakan dan dibahas lagi.
"Kak, kok gak dijawab? Udah gak cinta ya? Jujur aja," ucap Laila.
"Apaan sih. Anak kecil jangan ngurusin cinta-cintaan ah. Tugas kamu sekarang belajar dan bantuin jualan online ya," ucap Yanti.
"Kak, kalau gak cinta lagi juga gak apa-apa kok. Mungkin kalau aku jadi Kakak, udah dari dulu aku ninggalin Bang Deri. Kakak sih hebat masih bertahan sama sikap Bang Deri yang begitu," pancing Laila.
"Kamu jangan begitu. Dia itu kakakmu," ucap Yanti mengingatkan.
"Abang macam apa dia? Dia aja gak pernah nganggap aku adeknya. Aku juga gak tahu apa salahku sampai Bang Deri segitu bencinya sama aku," ucap Laila.
Apa aku harus bilang apa yang sebenarnya agar Laila paham kenapa Bang Deri bersikap seperti itu padanya? Ah tidak, tidak. Itu tidak boleh terjadi. Laila tidak boleh tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
SulasSulastri
ada rahasia ap y 🤔🤔🤔
2022-08-11
0
Syhr Syhr
Lah...Ada hal apa yang di sembunyikannya dari Laila.
Nyicil ya kak.
"Teror Mahar Mewah"
2022-07-09
0
Lina Zascia Amandia
Apakah Deri bkn Kaka kandung Laila? Nyicil 3 bab dulu Kak.
2022-05-30
0