Bu Rini melihat Rini yang sedang duduk di teras. Tangannya sibuk dengan ponsel sementara bibirnya mengerucut menandakan jika kekesalannya tak kunjung pergi.
"Makan yu!" ajak Bu Rini.
"Aku belum lapar, Bu. Ibu makan duluan aja," jawab Laila pelan.
Bu Rini mendekat dan duduk di samping Laila. Ia memperhatikan Laila yang terasa berubah. Hari ini Laila tidak berteriak-teriak marah pada Hasna ataupun Kayla. Mungkin karena hari ini mereka berdua sedang bersikap sangat manis, pikir bu Rini. Tapi sebenarnya bukan itu, Laila memang sedang tidak mood saja. Kekesalannya pada Hasna dan Kayla kalah oleh sikap Deri hari ini.
"La, kamu kan sudah lima belas tahun lebih tinggal bersama abangmu. Kamu paham kan dia seperti apa? Jangan dimasukin hati ya," ucap Bu Rini.
Laila tersenyum miris. Ya, memang benar. Sudah lima belas tahun mereka hidup bersama, tapi selama itu pula Laila harus menahan beban atas semua sikap Deri yang semaunya dan semena-mena.
Lagi-lagi Laila dituntut untuk bersikap dewasa. Berpura-pura nyaman dan sangat mengerti posisinya. Kebahagiaan ibunya jauh lebih penting dibanding perasaannya saat ini. Bahkan jika boleh jujur, saat ini alasannya bertahan di rumah itu adalah Bu Rini dan Yanti.
"Nah kalau senyum begitu kan cantik," ucap Bu Rini sambil memeluk Laila.
Malam ini Laila masuk kamar lebih awal. Ia bahkan tidak peduli saat Hasna dan Kayla masih terbangun. Laila hanya berharap bisa tidur lebih cepat karena takut mendengar perdebatan kedua kakaknya itu.
Sayangnya saat sudah jam satu malam, Laila terbangun karena suara dua orang yang sedang bicara di samping kamarnya. Siapa lagi kala bukan Yanti dan Deri. Laila segera menarik bantal dan menutup telinganya.
Aku gak mau denger apa-apa. Aku hanya berharap semua baik-baik aja.
Suasana malam yang terlalu sunyi membuat suara mereka berdua merangsek ke telinga Laila. Akhirnya semua harus Laila dengar meskipun ia berusaha menghindar. Kali ini Yanti tidak membahas keberangkatannya ke luar negeri. Yanti justru meminta suaminya untuk bekerja sebagai jasa antar barang pesanan di tokonya.
"Ah, ada-ada aja." Deri menolak permintaan Yanti.
"Apanya yang salah?" tanya Yanti.
"Ah sudahlah. Kamu ini tidak bersyukur. Tiap hari kan aku juga ke pangkalan. Masih aja kamu suruh ini dan itu," dengus Deri.
Setelah penolakan itu, suasana kembali sunyi. Tidak ada lagi yang Laila dengar. Air matanya kembali menetes. Ia membayangkan betapa sakit dan lelahnya menjadi Yanti. Laila pun berpikir untuk tidak menikah. Ia tidak mau kehidupan yang sama akan dialami olehnya suatu saat nanti.
Kokok ayam membangunkan Laila yang baru tidur sebentar. Kepalanya terasa pusing karena jadwal tidur yang berantakan. Untungnya hari ini libur. Laila bisa tiduran sebentar nanti.
"La, titip Hasna sama Kayla ya!" ucap Yanti.
"Kakak kerja?" tanya Laila.
"Iya. Minggu kemarin kan udah libur," jawab Yanti sambil memasang helm.
"Sarapannya udah ibu bungkus nih," ucap Bu Rini sambil memberikan kantong kresek berwarna hitam.
Yanti menerimanya dengan senang hati. Senyuman dan wajah yang ceria membuat Yanti terlihat sangat cantik. Laila menatap Yanti miris. Betapa hebatnya Yanti di mata Laila. Setelah disakiti dan lelah dengan sikap suaminya, tapi Yanti masih bisa terlihat tegar dan bahagia.
Kak Yanti memang pandai menyembunyikan perasaannya.
Hari ini pesanan baju sedang tinggi di toko. Sejak seminggu lalu, Yanti mencoba menjual pakaiannya lewat online. Berbekal ponselnya yang tidak terlalu canggih, namun ia berusaha memanfaatkannya. Karena itu, Yanti harus berangkat lebih pagi karena saat ini tidak ada orang lain di toko. Yanti mengurus semuanya sendiri. Mulai dari membereskan toko, melayani pembeli di toko dan memasarkan pakaianmya di akun jual beli miliknya.
Pemilik toko hanya datang sebentar dan memeriksa laporan keuangan. Yanti juga sudah meminta izin tentang usaha onlinenya. Pemilik toko senang karena berkat usaha Yanti, penjualan di tokonya mengalami peningkatan.
Ada keuntungan lebih yang Yanti dapatkan. Tapi kadang, Yanti juga kerepotan. Disela-sela sepi pembeli, Yanti harus mengepak pakaian yang dipesan customernya. Pulang kerja, Yanti juga harus mengantar pesanan itu ke ekspedisi untuk dikirim ke alamat customer.
Berkat keramahan dan kejujuran Yanti, akhirnya usha online yang baru dirintisnya mulai banyak diminati. Saat lelah dengan pekerjaan yang setumpuk, Yanti harus tersenyum. Bayangan Hasna dan Kayla yang menunggunya di rumah menghancurkan kelelahannya seketika.
Seperti semangat Yanti hari ini, Hasna dan Kayla juga sangat semangat. Mereka sudah sangat lincah mengacaukan satu ruangan dengan mainan yang berserakan. Bu Rini dan Laila membiarkan apa yang terjadi selama mereka aman dan tidak menangis.
"La, hari ini ada acara kemana?" tanya Bu Rini.
"Gak ada, Bu. Aku di di rumah aja," jawab Laila.
"Titip Hasna sama Kayla ya!" ucap Bu Rini.
"Loh, ibu mau kemana?" tanya Laila.
"Bu RT mau hajatan. Ibu mau bantu bikin kue. Upahnya lumayan. Gak apa-apa kan kamu ngurus mereka dulu?" ucap Bu Rini.
"Aku aja yang bikin kue. Ibu di rumah aja," ucap Laila.
"Ibu tahu kamu bisa bikin kue. Tapi Bu RT takut gak percaya. Ini kan buat acara hajatan," ucap Bu Rini.
Ya, meskipun masih kelas 3 SMP Laila memang sudah pandai membuat kue. Tapi belum ke tahap penjualan. Hanya untuk dinikmati anggota keluarga saja. Meskipun berat harus melihat ibunya bekerja, namun Laila tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah.
"Astagaaa," teriak Laila.
Mendengar suara benturan yang segera diikuti tangis Hasna, Laila segera memburu mereka berdua. Teriakan Laila justru membangunkan Deri. Bukannya membantu Laila untuk menenangkan Hasna, Deri justru membuat tangisan Hasna semakin keras.
"Jaga anak aja gak becus. Jadi cewek bisanya apa sih?" bentak Deri pada Laila.
Laila menatap Deri dengan mata terbelalak. Ia tidak menyangka jika Deri bisa memarahinya. Padahal teriakannya bukan marah pada Hasna. Ia juga bukan lalai karena sedang tidur seperti Deri yang merupakan ayah kandungnya. Seharusnya Deri yang bertanggung jawab mengurus kedua keponakannya itu.
Sekarang Deri bilang tidak becus? Bahkan Laila adalah orang pertama yang memburu Hasna saat terjatuh. Di saat yang bersamaan, Laila juga sedang menyiapkan makan untuk kedua keponakannya itu. Tapi apa yang Laila dapat? Hanya kemarahan Deri yang selalu menyalahkannya.
"Apa melotot begitu? Mau marah? Ayo marah kalau berani," teriak Deri.
Saat itu, ingin rasanya Laila mencekik leher Deri yang nampak menantangnya. Meskipun badannya jauh lebih kecil dibanding Deri, namun ia yakin kemarahannya bisa mengalahkan besarnya tubuh Deri. Laila mengepal erat-erat karena menahan emosi yang membara.
"Takuuut," teriak Kayla sambil menangis di pojokan.
Seketika tatapan Laila beralih pada Kayla. Sambil menggendong Hasna, Laila mendekat dan menenangkan Kayla yang sedang ketakutan. Sementara Deri hanya pergi ke kamar, melanjutkan tidur yang katanya sudah terganggu karena tangisan anaknya sendiri.
"Tenang ya Kay. Ada Lala di sini," ucap Laila sambil mengusap-usap punggung Kayla.
Lala adalah panggilan Kayla dan Hasna padanya. Mungkin karena Yanti dan Bu Rini yang sering memanggilnya dengan panggilan La, hingga Kayla terbiasa dengan sebutan Lala sejak kecil. Dan sekarang, Hasna pun mengikuti Kayla untuk memanggilnya dengan sebutan Lala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
✨Nana✨
dery adl bp yg ga tau diri ya,,,bknnya krj giat mlh cm jd benalu aja😤
2022-09-17
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Wah... Laila yang umurnya segitu udah pinter buat kue, Star aja masih harus belajar lagi. Kan membuat kue juga ada tekniknya sendiri supaya makin nikmat nantinya.
2022-08-12
0
SulasSulastri
kok jadi laki"nggk ada tanggung jawab nggk ada terimakasih,pengen nonjok😠 tuh sama deri
2022-08-11
0