"Papa jahat," ucap Kayla sambil bersembunyi di balik tubuh mungil Laila.
"Iya. Bapakmu memang jahat," ucap Laila kesal.
Tiba-tiba Laila tidak bisa menahan emosinya. Dengan berapi-api Laila mengungkapkan kekesalannya pada Deri. Tak berhenti mengumpat sampai akhirnya ia menyadari jika Kayla tengah menatapnya. Memperhatikan setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya.
"Ma-maaf ya sayang. Ayo main lagi," ucap Laila.
Laila mencoba mencairkan suasana. Kembali mengajak Kayla bermain. Berharap jika setiap kalimat umpatannya tidak masuk ke dalam memori anak itu.
"Lele, rumah kok berantakan banget. Kamu ini perempuan. Masa gak bisa ngurus anak?" ucap Deri saat sudah bangun.
Mata Laila membulat sempurna. Betapa mudahnya Deri menghina dan marah padanya setelah apa yang sudah ia lakukan untuk kedua anaknya. Kalau saja tidak ada Hasna dan Kayla, ingin rasanya Laila menghajar kakaknya.
"Belajar ngurus anak. Kamu itu gak bisa cari duit. Yanti gak bisa ngurus anak tapi bisa cari duit. Kamu ini, cari duit gak bisa ngurus anak gak bisa. Malah jadi beban keluarga," ucap Deri sambil menendang boneka yang ada di depannya.
Laila menarik napas dalam. Bibirnya bergetar. Dadanya kembali bergemuruh. Kepalan tangannya semakin kuat di samping tubuhnya. Namun pelukan Hasna dan Kayla membuat Laila mengalihkan perhatiannya.
Beruntung Deri segera pergi keluar. Seperti biasanya, rutinitas yang menurut Laila sangat tidak bermanfaat. Mangkal namun tidak pernah narik penumpang sekalipun. Selalu saja ada alasan ini dan itu setiap harinya.
Setelah di rumah itu hanya bertiga, Laila meminta Kayla untuk menjaga Hasna dulu. Ia pun pergi ke kamar mandi dan menangis di sana.
Dasar orang tidak tahu diri. Abang itu bapaknya mereka. Kalau aku tidak becus ngurus mereka, apa kabar sama abang? Bisa apa abang? Abang bilang aku beban keluarga? Abang yang beban keluarga. Punya istri dan anak tapi tidak mau mengurus dan menafkahi.
Laila mengumpat kesal dalam hatinya. Sementara air matanya mengakir deras membasahi pipinya. Bahkan sesekali isak tangisnya terdengar pelan. Namun berhasil diredam karena suara air kran yang mengalir di kamar mandi.
"La," panggil Bu Rini sambil mengetuk pintu.
"Iya Bu. Sebentar," ucap Laila.
Dengan cepat Laila membasuh wajahnya. Berusaha menghilangkan jejak tangisnya agar masalah ini tidak menjadi besar. Bukan tidak ingin mengadu, tapi Laila sadar kalau semua itu hanya akan menambah beban bagi ibunya.
"Ibu sudah pulang?" tanya Laila saat keluar dari kamar mandi.
Mata Laila melihat ke arah jam yang menempel di dinding rumahnya. Ternyata Bu Rini hanya membawa alat kue yang tertinggal. Saat mereka bertatapan, Bu Rini melihat mata Laila merah dan sedikit sembab.
"Abangmu kemana?" tanya Laila.
"Ke pangkalan," jawab Laila singkat.
Laila segera menghindari tatapan ibunya. Bahkan Laila bergegas pergi menjauh. Namun sayangnya Bu Rini menarik tangan Laila. Feeling seorang ibu memang tidak pernah salah.
Bu Rini memaksa Laila menjelaskan apa yang sudah terjadi saat ia tidak ada di rumah. Namun Laila hanya tersenyum dan berbohong. Berkata semua baik-baik saja dengan tekanan kemarahan yang membara memang sangat membuat dadanya sesak.
"La, apapun yang terjadi, dia itu abangmu. Jangan pernah membencinya. Sudah terlalu banyak orang yang membencinya. Tetaplah baik sama dia ya," ucap Bu Rini sambil memeluk Laila.
Laila tidak berkomentar apapun. Ia hanya memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang. Apapun yang Bu Rini minta, Laila akan penuhi. Meskipun sebenarnya Laila sangat membenci sikap Deri yang keterlaluan.
Hari ini Laila mati-matian menjaga moodnya di depan Hasna dan Kayla. Ia tidak mau mendapat pertanyaan yang tidak diharapkan. Sampai akhirnya Yanti pulang lebih awal.
"Kakak sudah pulang?" tanya Laila.
Hasna dan Kayla segera memburu oleh-oleh yang dibaw oleh Yanti. Sementara Yanti memberikan sebuah ponsel pada Laila.
"Apa ini, Kak?" tanya Laila saat menerima ponsel itu.
"Bantu Kakak ya!" pinta Yanti.
Yanti mengajarkan Laila cara mengolah toko onlinenya. Ia sudah kewalahan dengan pesanan dan pusingnya pembukuan di toko. Yanti berjanji akan memberikan persentase dari hasil penjualannya.
"Aku pakai ponselku aja Kak. Bisa kan?" tanya Laila.
"Ini aja," ucap Yanti sambil memberikan ponsel itu.
"Terus Kakak gimana?" tanya Laila.
"Ada ponsel bekas dari Bu Bos. Masih bisa pakai chattingan kok. Nanti pesanan yang masuk kamu kirim ke kakak. Biar kakak packing di toko," ucap Yanti.
Laila bingung harus bersikap seperti apa. Ada rasa senang saat ia bisa membantu Yanti. Jujur saja, saat ini ia sama sekali tidak berharap persentase yang sudah dijanjikan Yanti. Baginya, bisa meringankan beban kakak iparnya saja sudah lebih dari cukup.
Sudah lama Laila merasa menggantungkan hidup pada Yanti. Kalau bicara beban keluarga seperti yang diucapkan Deri, Laila merasa justru keluarganya membebani Yanti. Namun dengan segala ketulusan Yanti, kehidupan mereka berjalan baik-baik saja.
Laila memang tidak jenius, namun ia cukup pintar. Saat diajarkan oleh Yanti, Laila langsung ingat dan bisa. Dengan sangat lihai Laila mengoperasikan ponsel itu. Matanya terbelalak saat melihat pesanan mulai bermunculan.
"Kak," panggilan Laila yang ceria tertahan saat Yanti memberi kode untuk tidak bicara apapun.
Ternyata Deri sedang ada di kamar. Yanti pun mengajak Laila untuk ke sekolah bersama dengannya besok. Ada beberapa hal yang lupa disampaikan Yanti pada Laila. Hal penting yang menurut Yanti mungkin bisa membuat Laila tersinggung. Namun Yanti harus mengatakan semua ini demi rencananya.
Seperti yang sudah direncanakan, Laila bangun dan bersiap lebih pagi. Bahkan sebelum Yanti siap, Laila sudah menunggunya sambil sarapan. Yanti segera mengajak Laila pergi sebelum Deri membuat mood Laila berantakan.
"Kak, ada apa sih? Kenapa gak dibahas di rumah aja? Bang Deri kan masih tidur," ucap Laila saat Yanti menghentikan motornya disebuah pos.
Yanti pun menjelaskan alasannya untuk menjelaskan semua ini di luar. Ada Bu Rini yang menurut Yanti tidak perlu tahu. Yanti pun menjelaskan jika usaha online yang dikelolanya tidak diketahui Bu Rini apalagi Deri.
"Jadi ponselnya jangan sampai kelihatan sama Bang Deri ya," pinta Yanti.
Laila tersenyum. Dengan sangat yakin Laila mengaku jika tidak tersinggung sama sekali. Ya, alasan Yanti merahasiakan bisnis onlinenya ini agar keuangan yang diperolehnya bisa ditabung.
"Sukurlah kalau kamu mengerti," ucap Yanti lega.
Yanti yakin jika Deri tahu Yanti mendapat uang lebih dari bisnis online, maka uang itu tidak aman. Akan ada saja kebutuhan Deri yang menguras uang itu.
"Tapi jangan bilang sama Ibu ya! Ibu pasti akan tersinggung dan kecewa sama kakak," ucap Yanti.
Yanti sangat menyadari besarnya kasih sayang seorang ibu pada anak. Walaupun Deri banyak sekali bertingkah, namun Bu Rini selalu membelanya. Yanti tidak mau kekhawatirannya soal uang tambahan dari bisnis itu akan membuat ibu mertuanya sakit hati.
"Siap! Kakak tenang aja ya!" ucap Laila.
"Ingat ya La, ini rahasia. Ra-ha-si-a," ucap Yanti kembali menegaskan.
"Iya, kakak tenang aja ya!" ucap Laila meyakinkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Hadeh... Abangnya emang minta di tusuk tu pakai belati! ngomongnya gak ada remnya sama sekali.
2022-08-12
0
SulasSulastri
betul yanti harus bisa menyimpan tanpa sepengetahuan suami yg tak bertanggung jawab,
2022-08-11
0
Syhr Syhr
Benar tuh.
Jadi orang tua itu seharusnya berani tanggung jawab. Jangan enak buatnya aja.
Aku dukung kamu yang mendumel.
2022-06-14
0