"Kok lama, La?" tanya Yanti.
"Tadi langsung packing di toko. Sekalian pedekate sama orang toko," jawab Laila sambil tersenyum.
"Pemilik tokonya cowok ya?" tanya Yanti.
"Boro-boro cowok. Dua toko yang aku datengin gak ada yang pelayannya cowok," jawab Laila.
"Ngarep ya?" tanya Yanti.
"Ya boleh kali Kak. Itung-itung cuci mata," jawab Laila.
"Laila, masih bocah juga. Mana barangnya? Katanya udah packing di toko?" tanya Yanti.
"Tadi ekspedisi masih buka. Jadi sekalian aku kirim. Beres deh kerjaan hari ini," jawab Laila.
"Oh ya?" tanya Yanti bingung.
Yanti melihat kedewasaan dari sosok kecil yang ada di hadapannya. Dengan senyumnya yang khas, Yanti segera memeluk Laila. Mengucapkan terima kasih atas semua yang sudah ia lakukan.
Toko online yang dikelola oleh Yanti dan Laila kian berkembang. Menurut Yanti, Laila akan jauh lebih produktif kalau bisa membawa motor sendiri. Ke sana ke sini naik ojek lumayan mengeluarkan anggaran. Kalau bisa sendiri, Laila hanya butuh sepuluh sampai dua puluh ribu setiap harinya.
Tanpa sepengetahuan Deri, Yanti mengajarkan Laila di lapangan. Agar tidak curiga, Yanti membawa kedua anaknya juga. Laila cukup cekatan. Hanya dalam waktu satu minggu, Yanti sudah menyerahkan kunci motor pada adik iparnya itu.
Kini peran mereka terbalik. Laila yang biasanya mengurus pesanan di toko online, kini lebih aktif keluar rumah. Mengambil barang kemudian packing dan mengirim ke jasa ekspedisi. Sedangkan Yanti yang mengambil alih urusan ponsel.
Semua bentuk pemesanan dan pelayanan Yanti yang atur. Menurutnya, ia masih bisa mengurus rumah, mertua dan kedua anaknya sambil membalas chat para konsumen.
Bu Rini merasa kasihan melihat kondisi Yanti. Akhir-akhir ini berat badan Yanti terus menurun. Kini Yanti tidak hanya mencari uang, tapi mengurus kedua anaknya sendiri. Apalagi kadang Yanti juga mengurus rumah saat Laila sibuk mengambil dan mengantar barang. Sementara Bu Rini sendiri selalu dilarang untuk mengerjakan pekerjaan rumah oleh Yanti.
"Yan, itu kamu jualan di hape ya?" tanya Bu Rini sambil memberikan segelas teh hangat untuk Yanti.
"Ya ampun Bu, jangan repot-repot." Yanti segera menerima gelas itu dan menyeruputnya. "Aku jualan baju, tas, kosmetik, sepatu juga." Yanti melanjutkan bahasan jualan yang ditanyakan ibu mertuanya.
"Kue bisa dijual di sana gak?" tanya Bu Rini.
Yanti menatap Bu Rini. Ya, selama ini ia sibuk dengan jualan barang yang dimiliki orang lain. Sementara ia lupa kalau ibunya jago membuat kue. Mungkin untuk kue, Yanti tidak menjual di toko online. Ia lebih memasarkan kue di aplikasi sosial media dan sementara ini hanya untuk daerah sekitar saja.
Meskipun begitu, hari pertama setelah rencana jualan kue yang dilakukan Yanti adalah membuat desain untuk toples. Ciri khas harus diutamakan. Brand itu penting agar kue yang dijualnya memiliki daya tarik tersendiri. Kalau soal rasa, Yanti berani jamin. Buatan Bu Rini tidak pernah gagal.
'Dapur Laila'. Sebuah brand yang diberikan Yanti untuk olahan kue yang dibuat oleh Bu Rini. Selain karena suatu saat nanti Laila yang akan meneruskan usaha kue itu, menurut Yanti nama Laila juga selalu membawa keberuntungan.
"Bu, Laila bantuin ya!" ucap Laila.
"Kamu istirahat aja. Kamu pasti cape kan?" tebak Bu Rini.
"Aku gak cape kok," ucap Laila.
Laila memang gadis yang selalu semangat. Meskipun keringat membasahi pelipisnya, Laila sama sekali tidak menunjukkan rasa lelah sedikitpun.
Laila yang memang memiliki bakat turunan dari Bu Rini pandai membuat kue. Hanya saja, untuk rasa, Bu Rini masih belum mempercayakan pada Laila. Masih harus belajar lagi. Namun untuk saat itu, Bu Rini rasa tidak perlu. Laila sudah cukup lelah dengan usaha yang tengah dijalaninya dengan Yanti.
"Yan, ini enak gak?" tanya Bu Rini sambil memeberikan kue hasil produksinya.
"Wah, ini sih mantap Bu. Enak banget," jawab Yanti setelah mencoba kue buatan ibu mertuanya.
Saat hanya bertiga, Bu Rini meminta maaf atas sikap Deri. Hal yang menurut Laila tidak perlu dibahas lagi karena hanya akan melihat ibunya terluka. Sementara Laila sendiri? Laila sudah muak dengan semua bahasan tentang Deri.
"Bu, aku nerima Bang Deri tulus. Ibu jangan banyak pikiran," ucap Yanti.
Kalau aja aku jadi Kakak, aku udah kabur dari dulu. Kok mau-maunya sih punya suami kayak Bang Deri? Padahal Kak Yanti cantik, pinter cari duit. Bisa dapetin yang lebih segalanya.
"Jangan ngelamun, nanti kesambet." Yanti menyadarkan lamunan Laila.
Laila kembali membantu ibunya membuat kue. Sedikit demi sedikit, kini Laila sudah mulai bisa membuat kue dengan takarannya sendiri. Bahkan Laila yang masih muda sangat suka berkreasi. Ia sering melihat Youtube untuk mendapat beberapa inspirasi.
"La, pesanan yang masuk banyak banget. Kamu bisa antar besok kan? Katanya buat acara sukuran di kecamatan tetangga," ucap Yanti senang.
"Siap Kak. Langsung angkut," jawab Laila senang.
Seperti yang Yantu yakini, Laila memang selalu membawa keberuntungn. Dapur Laila terus berjualan hingga mereka membuat kue setiap hari. Meskipun belum dalam skala besar, namun pendapatan mereka sedikitnya bisa disimpan.
"La, besok studytour ya?" tanya Yanti saat pulang dari warung.
Yanti pasti mendapat informasi dari pemilik warung karena anaknya satu kelas dengan Laila. Padahal Laila sengaja menyembunyikan informasi itu. Meskipun Laila sudah bayar, namun ia tidak berniat untuk ikut.
Alasannya sudah sangat jelas pasti tentang uang. Laila harus tetap bawa uang untuk bekal. Belum lagi ia harus meninggalkan jualannya untuk dua hari. Bagi Laila yang sudah nyaman dengan kerja dan menghasilkan uang, rasanya studytour itu tidak penting. Hanya mengahmburkan uang.
"Kamu harus ikut. Itu moment. Nih uang bekal buat kamu," ucap Yanti sambil memberikan empat lembar seratus ribuan.
"Hah? Kebanyakan," ucap Laila.
"Kamu pegang aja. Kalau gak abis nanti balikin lagi," ucap Yanti.
Semalaman, Laila berpikir tentang keberangkatannya. Uang empat ratus ribu itu masih dipegang di tangannya. Sayang rasanya harus menghamburkan uang saat ia tahu bagaimana sulitnya mencari uang di usianya sekarang.
"Ikut gak ya? Tapi kalau gak ikut nanti nyesel," gumam Laila.
Akhirnya Laila memutuskan untuk ikut. Benar apa kata Yanti, itu akan menjadi momen yang pasti tidak bisa ia dapatkan selain waktu itu. Laila pun mengemas perbekalan yang akan dibawa. Tidak banyak hanya alat mandi, dan satu pakaian ganti.
Tidak ada perbekalan cemilan seperti teman-temannya yang lain. Laila hanya butuh momen itu, tanpa menghamburkan uang seperti temannya yang lain.
Saat akan berangkat, Laila sempat berdebat dengan Deri. Menurutnya, Laila egois. Lebih mementingkan liburan ditengah keadaan ekonomi yang sulit.
"Bang, Laila itu gratis. Dikasih uang saku sama gurunya. Laila kan berprestasi," ucap Yanti.
Kode yang Yanti berikan segera diterima oleh Laila dengan cepat.
"Iya dong. Memangnya abang, nyusahin aja bisanya." Laila melambai sambil berlari menggendong tas di punggungnya.
"Dasar anak kurang ajar," teriak Deri.
"Eh, sudah Der. Malu sama tetangga," ucap Bu Rini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Mampir. lagi Kakk....
2022-08-01
0
April
Ih si deri ini, minta di timpuk rame2
2022-06-09
0
Lenkzher Thea
Sungguh mulia hatimu Yanti, suami yang kerjaannya cuma ngorok, ngopi dan roko, masih aja kau setia. 👍❤
2022-06-03
0