#17

Dua jam lima belas menit waktu yang sudah Reygan habiskan di tenda PMI bersama masyarakat dan sukarelawan lainnya. Banyak pelajaran dan pengalaman yang mereka ambil membuat mereka memutuskan pulang untuk mengisi daya tubuhnya.

"Ayo pulang"ajak Reygan mendapat anggukan dari Mila. Lalu keduanya pulang ke rumah nya masing masing.

Dua Minggu sudah Mila tak melihat sosok Rasya di hadapannya sampai pada hari untuk dirinya menjadi seorang dokter magang di rumah sakit Arya Sanjaya bersama dokter Rizal Ferdinand.

Jumat,15 Mei waktu bagi Mila untuk menjaga shif malam di rumah sakit setelah dua hari bekerja bersama Dokter Rizal. Mila bangkit saat melihat suster berteriak sambil mendorong korban yang berlumuran akan darah di bajunya.

"Dokter....tolong pasien kritis karena tusukan benda tajam"teriak suster membuat Rasya yang sudah bebas dari tuntutan segera bertindak cepat.

"Panggil dokter bedah lainnya"perintah Rasya pada Mila yang masih shock karena suasana.

Tangan Mila tak berhenti menekan benda putih di mejanya    namun tak mendapatkan jawaban apapun darinya. Oke fix,kalau malam ini tidak ada dokter bedah lain yang senggang di rumah sakit.

"Tidak ada dokter bedah yang lain hari ini dokter"jawab Mila dengan satu nafas membuat Rasya mengernyitkan dahinya.

"Ck, bagaimana jadwalnya masih berantakan"ketus Rasya kesal.

Hening.

"Mila?kamu temani saya"

"Tapi pak saya hanya dokter magang"

"Kalau kamu banyak bicara tidak ada yang bisa di selamatkan"ucap Rasya tegas membuat Mila tercengang

"Saya yakin kamu bisa!"

Mila mengambil nafasnya kuat kuat lalu membuangnya perlahan.

"Ya Allah bantu aku"ucapnya yakin lalu bertindak mengikuti Rasya yang ada di depan nya.

Dengan langkah yang ragu, tangan yang bergetar,dan pakaian yang tak biasa ia gunakan. Akhirnya Mila memutuskan untuk masuk ke dalam ruang operasi bersama Rasya walaupun sebenarnya pikiran dan hatinya terus menahan langkahnya untuk berjalan.

Tiiiit....

Suara monitor detak jantung yang terus menegaskan bahwa kesempatan hidup bagi korban sangatlah kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Pria dengan seragam Operasi nya itu tetap bertindak serius untuk menyelamatkan korban di hadapannya berhasil membuat Mila menatapnya dalam.

"Tekan tombol oksigen nya perlahan"

Mila mengangguk sambil melakukan perintah Rasya lalu kembali dengan reaksi pahitnya,"pak....denyut nadinya sangat lemah...bahkan sulit terdengar"ucap Mila dengan mata yang berkaca kaca.

"Kamu masih ingat kan saat di palu kita bisa melakukannya,tidak penting seberapa rendah kemungkinan nya jika saya bilang bisa,kita pasti bisa"ucap Rasya optimis menenangkan Mila dengan posisi nya yang masih memegang gunting bedah.

Mila mengangguk,"saya akan ikuti arahan bapak"

Tanpa pikir panjang Rasya langsung mengambil defribilator di sampingnya dan meletakkannya pada tubuh pasien hingga membuat tubuhnya terangkat ke atas.

Rasya mengambil nafasnya besar,"tekan 20 Joule"ucap Rasya keras membuat Rasya yang berharap dirinya akan berhasil,"sekali lagi"lirihnya mendapat senyum lebar di bibir Mila saat mendengar detak jantung pasien yang kembali normal.

"Pak...kita berhasil"lirih Mila membuat Rasya tersenyum.

"Aku tahu"

Kemudian keduanya bersama sama untuk mengobati luka nya dan menghentikan pendarahan nya.

Mila mengambil kebutuhan yang Rasya perintahkan dan melihatnya untuk sebuah pelajaran penting dalam hidup nya. Saat aku di sampingmu.....aku melihat Tuhan dalam dirimu..lalu apa yang harus aku lakukan. Batin Mila.

"Sudah selesai,dia akan baik baik saja tapi masih perlu perawatan lebih lanjut"

Mila terdiam menatap pahlawan di hadapannya yang terlihat tampan dan bijaksana melebihi ayahnya. Rasya yang merasa mila menatap nya hanya bisa menyimpan senyum di balik masker hijau nya.

"Kenapa kamu menatap saya?"

Mila terbelalak kaget,"siapa yang natap bapak?"

Rasya tersenyum,"Saya tau saya tampan,tapi kalau dengan pakaian ini kamu tidak bisa melihatnya jelas"gurau Rasya yang sedikit lega setelah melewati keadaan gawat darurat.

"Pak...ini masih di ruang operasi...sejak kapan bapak jadi narsis begini"

"Lupakan, anggap saya gak pernah bilang"

Mila menatapnya bingung,"apa aku sudah menyinggung nya?"batin Mila melihat Rasya yang berjalan menuju pintu keluar.

Qiana sudah menyambut Rasya di luar ruangan dengan tatapan yang sulit di artikan. Entah  tatapan cinta atau hanya sebuah obsesi. Qiana tersenyum hangat walaupun Rasya yang keluar tanpa memedulikan kehadirannya dan langsung menuju ruangan.

Berita Rasya yang membawa Mila ke ruang operasi telah menyebar luas sampai ke telinga prof Hamka. Pastinya,Hamka marah karena Rasya yang telah melakukan pelanggaran setelah dirinya dibebaskan dari semua tuntutan pengadilan.

Braaakkk.

Hantaman besar datang pada meja putih di ruangan Hamka dan membuat ruangan kedap suara tak berhasil menahan bunyinya keluar.

"Bagaimana kamu bisa seberani itu saat mengajak dia bersamamu!"

"Aku tidak bersalah dan korban berhasil aku selamatkan bersamanya"

"Bagaimana jika itu terjadi sebaliknya?apa kamu belum jera dengan pengadilan sebelumnya?"

"Pengadilan sebelumnya aku sudah membuktikan diriku tidak bersalah"

Hamka menghembus nafasnya kesal,"tapi yang kamu lakukan itu sangat beresiko,jika terjadi sebaliknya bukan hanya dirimu tapi masa depan gadis itu bisa terpengaruh"

"Jika kejadian ini terjadi sebaliknya maka itu akan menjadi prasangka burukmu saja"ucap Rasya lalu pergi dan mendapati Mila yang berdiri lama di depan ruangan.

"Pak..."lirih Mila mendapat gelengan kepala dari Rasya.

Dalam tatapan nya Mila melihat kalau Rasya tidak menyalahkan dirinya sama sekali. Mila menekuk wajahnya saat melihat

Rasya yang kembali kedalam ruangan nya tanpa meninggalkan sepatah katapun untuk nya karena dirinya yang masih bercampur rasa takut yang luar biasa.

Berdua di ruang operasi bersama Rasya membuat Qiana semakin geram padanya. Bagaimana tidak kalau suasana kala itu sungguh sangat berkesan bagi gadis lugu yang bertemu pahlawan nya.

Qiana berjalan di hadapan Mila membuat gadis itu semakin merasa bersalah karena Qiana yang terus menyalahkan nya.

Amarah prof Hamka pada dokter Rasya yang berujung rasa saling tidak percaya membuat Mila merasa kalau itu memang kesalahannya.

Mila yang terus menyalahkan dirinya hanya bisa diam dan stay untuk mendengarkan ucapan pahit dari bibi Qiana. Mila masih tidak tahu tentang apa sebenarnya yang membuat Qiana selalu membencinya?apa itu karena cintanya pada Rasya yang membuat ia kesal melihat dia yang selalu di Belanya?atau itu semua hanya obsesi cinta yang sangat melelahkan?.

Suasana yang masih tegang tak membuat Rizal bisa memahaminya. Dalam perjalanan nya dia menemukan Mila yang duduk di ruang tunggu sambil menenggelamkan kepalanya didalam lututnya.

"Ada apa?"tanya Rizal dengan permen strawberry di mulut nya.

Mila mengangkat kepalanya dan menatap Rizal yang berdiri di hadapannya,"prof Hamka telah memarahi dokter Rasya karena aku"

Rizal menghembus nafasnya besar sambil mengeluarkan permen di mulutnya,"Paman dan keponakan itu bertengkar sudah biasa disini,mereka itu tidak akan pernah akur sampai Israel berhenti berperang"jelas Rizal,"Kamu liat aja gaya bahasa mereka yang selalu formal gak kayak keluarga sendiri"

Mila mengangguk,"Tapi aku...."

"Sudahlah,kalau masalah tadi anggap aja Rasya sengaja melakukannya untuk membuat mu lebih maju"ucap Rizal,"Nona nur,kamu jangan pernah merasa takut kalau Rasya yang ada di samping mu"ucapnya sambil menepuk bahu Mila.

"Dingin dingin gitu orangnya,

Tapi aslinya juga baperan"

"Dia punya mantan?"

"Aish ya...enggaklah"gurau Rizal,"kalau bener punya mantan kiamat jadi punya tanda tanda"

Mila tersenyum karena sedikit terhibur dengan ekspresi wajah Rizal yang menggemaskan alias memuakkan.

"Sudah² jangan sedih lagi dan merasa bersalah, mental Rasya itu lebih kuat dari perisai nya captain Amerika dan tahan banting seperti helm nya ironman"

Mila tersenyum,"bantu aku untuk meminta maaf padanya"

"Gak usah minta maaf nanti dia bisa besar kepala"ucap Rizal"aku pergi dulu untuk melihat nya"pamitnya lalu pergi ke ruangan Rasya.

Tap.

Tap.

"Untung aku tidak menunggu mu ,jika itu iya aku hanya bisa melihat korban yang siap di makamkan"ucap Rasya pedas sambil melihat dokumen ditangan nya saat merasakan kedatangan Rizal di ruangan nya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

sumpah.. aku keteteran buat memahaminya... 😅😅 lemot banget akunya...

2023-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!