#11

Hening bercampur canggung. Itulah keadaan di antara Mila dan Rasya yang mencekal tangan Mila untuk menghentikan nalurinya.

Mila melihat Rasya yang memeriksa pasien di sampingnya. Sejenak pandangan mereka bertemu di sela tirai yang membatasi keduanya.

Mila keluar menghadang Rasya yang baru selesai dengan pasien nya. Tidak tahu mengapa hatinya menyuruh langkahnya untuk melakukannya.

"Saya mau bicara sama bapak"ucap Mila sambil memegang data pasien di tangannya.

Rasya hanya memandang nya dingin,"saya sibuk"

Satu langkah.

Dua langkah.

"Maaf"ucap Mila berhasil membuat langkah Rasya terhenti,"maaf jika kata kata saya sebelumnya menyinggung hati bapak"

"Tidak perlu"

"Itu perlu! hati saya yang mengatakan nya kalau saya harus meminta maaf pada bapak,"ucap Mila,"tidak seharusnya pendapat saya menyinggung pekerjaan bapak"

"Apa pendapatmu tentang dokter akan selalu sama?"

Mila terdiam,"aku belum punya jawaban"jawab Mila karena masih kesal dengan dokter yang menyebabkan kematian ayahnya.

"Dengarkan saya"ucap Rasya karena Mila yang diam terlalu lama,"tidak semua dokter itu sama seperti yang kamu pikirkan....menjadi relawan itu hanya bonus jika kamu menjadi dokter kamu bisa menyelamatkan orang lebih dari yang sekarang"

Mila tersenyum tipis bahkan hampir tidak terlihat saat merasakan Rasya yang tidak mau menatap nya,"pemikiran bapak tidak diterima baik oleh akal saya karena saya akan menyelamatkan orang walaupun tidak menjadi relawan atau seorang dokter"ucap Mila lalu pergi.

🌼🌼🌼🌼

Selasa 30 April dini hari,mereka bersiap untuk kembali ke rumah mereka. Tujuh hari sudah mereka habiskan bersama korban bencana dengan penuh kerja keras dan pantang menyerah. Untuk sekarang giliran waktu mereka untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarga nya.

Mila masuk kedalam bis rombongannya,Merebahkan tubuhnya sejenak dan menutup kedua matanya.

"Selamat beristirahat nona nur"ucap Evan,salah satu rekan Mila saat melihat mila yang duduk di bangku bis paling belakang.

Mila yang sibuk mempersiapkan earphone nya hanya bisa membalas senyuman ramah.Mila membuka jendela,membiarkan angin segar mendinginkan tubuhnya. Kemudian dirinya melihat rombongan Rizal yang belum masuk ke dalan bis nya.

"Dokter Rizal apa yang terjadi?"teriak Mila melihat Rizal yang duduk didepan roda bis nya.

"Bis nya mogok"

Mila melihat sekelilingnya yang masih banyak bangku kosong karena rekannya yang sudah pulang lebih awal.

"Disini banyak bangku kosong,kalau kalian mau bergabung aku akan bilang kak Evan"ucap Mila yang mendapat senyuman dari Rizal dan kawan kawannya.

"baik"teriak Rizal senang karena menunggu adalah hal paling melelahkan baginya.

Rasya masuk dan memilih tempat duduk di samping Mila karena dirinya yang datang terakhir dan hanya mendapat bangku itu saja.

"Bapak duduk sini?"tanya mila terkejut sambil melepas satu earphone nya.

"Tidak ada bangku lain"jawab Rasya mulai menutup kedua matanya dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dada.

"Perasaan sebelah dokter Rizal masih ada"lirih Mila yang terdengar samar di telinga Rasya.

"Dasar teman gak setia"lirih Rizal. "untung bisa bebas"

Mila menghembuskan nafasnya besar besar sambil menatap ke arah jendela membuat Rasya membuka matanya,"lelah?"

Mila mengangguk,"hmm sekalian persiapin diri dari kemarahan besar pak Andra "

Satu menit.

Dua menit.

"Bapak gak niat bantu saya?"

"Nggak,kamu pantas mendapatkan nya"

"Ck,sudah kuduga kalau ngomong nya sama bapak"decak Mila kesal lalu bangkit untuk meminta makanan pada Laila yang duduk di depannya,"kak ada makanan nggak?aku lapar"

Laila menoleh,"hanya ada ini"ucap Laila sambil memberikan makaroni pedas yang tertera jelas level 15.

Bau cabai semerbak membuat hidung Rasya terasa gatal saat Mila yang membuka bungkus camilan nya. Rasya yang penasaran memilih membuka matanya dan membuang camilan Mila dengan satu tangan nya. Refleks gadis itu menatapnya tajam dan memukul lengan pria itu tanpa memedulikan Rasya yang menahan sakitnya

"kenapa bapak buang?"teriak Mila cemberut.

"Gak layak dimakan"jawab Rasya kembali dengan posisinya.

"Terserah saya, sekarang siapa yang bakal tanggung jawab buat nenangin cacing di perut saya"teriak Mila kesal tepat di kedua telinga Rasya membuat dia terus meniup telinganya dengan tangannya.

Rasya membuka tas nya,meletakan kotak kecil di pangkuan Mila yang sudah cemberut melihatnya.

Dengan sigap Mila langsung membuka nya dan mendapatkan sandwich berisi sayuran lengkap di tambah dengan telur mata sapi dan bulatan ham daging di atasnya juga potongan sosis yang penuh dengan mayonaise.

"Apa maksud bapak kasih saya ini"

"Makanlah,itu tidak terlalu buruk".

Mila menggeleng,"nggak mau....kalau saya makan ini bukannya berjalan saya akan menggelinding"ucap Mila membuat Rizal yang mendengar nya tertawa.

Rasya menatap Mila dengan senyum pahit nya,"makan atau saya gak bakal bantu kamu"ucap Rasya membuat mata Mila terbelalak lebar lalu memakan habis sandwich di depannya hanya dalam hitungan detik.

"Agak pengen muntah tapi gak papa,setidaknya saluran pendengaran saya masih bisa sehat"cetus Mila,"terima kasih atas perhatiannya,kotak nya saya  kembalikan karena saya yang gak pernah punya hobi buat cuci piring"

Rasya mengambilnya lalu membuang ke tempat sampah,"itu hanya wadah sekali pakai,"ucap Rasya,"memang harus di buang"jawab Rasya dengan wajah datar nya membuat Mila semakin kesal.

Lelah berdebat dengan Rasya,Mila memutuskan untuk bermain game di ponselnya dan menyapa bibi Wati di ruang WhatsApp nya.

"Bu gimana tuan muda?"

"Gak ada apa apa,tuan muda lagi keluar kota"

Mila menutup ponsel nya lalu menghembus nafasnya lega karena jabatan sebagai istri yang durhaka dan kelayapan tak jadi ia gelar. Suaminya keluar kota membuat dia menjadi sosok yang merdeka.

"Huff selamat"deru Mila didengar oleh Rasya,"ada apa?"

"Suami gak pulang ke rumah,bagus kan"jawabnya senang.

Rasya terdiam,"saya penasaran reaksi suamimu melihat istrinya semerdeka ini"

"Pasti biasa aja siapa suruh nikah muda"ucap Mila lalu melihat tubuh Mila dari atas ke bawah,"coba kalau itu bapak pasti saya terkekang dan pengen kabur dari rumah karena dipaksa makan sandwich dan salad sayur"

Rasya terdiam mendengar ocehan dari Mila lalu pergi ke alam mimpi tanpa aba aba.

Satu jam

Dua menit.

"Bapak mabuk perjalanan?"tanya Mila yang mulai melihat raut wajah Rasya yang berbeda.

"Saya gak pernah naik kendaraan ini"jawab Rasya tetap tenang

Tanpa berfikir panjang Mila meletakkan salah satu earphone nya di telinga kanan Rasya membuat pria itu sedikit tenang. Terima kasih.lirihnya.

(Rasya tetap tenang dengan lagu yang diputar Mila).

Mila menepuk pundak Rasya pelan,"pak boleh tanya gak?"

"Hmm"

"Pak gimana kalau saya ketiduran di pundak bapak?bapak gak keberatan kan?"

Hening.

Rasya terdiam mengabaikan Mila yang terus menganggu nya,"huff sudah kuduga kalau jawaban bapak bakal seperti ini"

Rasya menghembus nafasnya besar,"pundak saya masih sakit untuk menampung orang keras kepala seperti mu"

Mila merasa kesal lalu tertidur hingga membuat kepalanya hampir menatap jendela. Rasya yang tak tega melihatnya langsung meletakkan kepala Mila ke atas pundaknya.

Mereka berpisah di bandara karena kedua tiket mereka yang berbeda levelnya.

#setiakah?

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

pertemuan mereka yg di warnai dgn perdebatan dan salah faham... jd penasaran, apa kabarnya pas mereka tau bahwa mereka adalah pasangan suami istri... gimana reaksi mereka... beneran gak sabar.. 😊😊

2023-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!