Gisella merasa sangat tidak tega melihat apa yang di lakukan oleh Laura.
"Gisella, Kakak mohon bantuan Kakak kamu mau kan menikah dengan Mas Barra, hanya sampai kamu bisa memberikan anak untuk kita berdua, Kakak tidak rela jika Kakak harus melihat Mas Barra menikah dengan Wanita lain."
Semua yang ada di dalam rumah langsung terkejut mendengar perkataan Laura.
"Tapi Kak, mana mungkin aku harus menikah dengan Kakak ipar aku sendiri, lelaki yang paling Kakak sayang aku tahu berjuang Kakak untuk bisa mendapatkan restu dari Mama nya Kak Barra."
Gisella memilih untuk meninggalkan Laura, dan pergi ke kamar nya.
Melihat Gisella lari ke dalam kamar nya. Laura langsung mengikuti Gisell dan masuk ke dalam kamar nya.
"Gisella, kamu sayang Kakak kan kamu mau bantu Kakak, kakak tahu ini memang sangat berat sekali bahkan untuk kamu tapi cuman kamu yang bisa membantu Kakak."
Gisella tidak kuasa melihat Laura menangis dan memohon sampai menundukan kepalanya.
"Lebih baik Kakak pergi sekarang dari kamar aku, aku tetap tidak mau menikah dengan Kak Barra."
Gisella mengusir Laura dari kamar nya, tapi Laura tetap tidak mau pergi.
"Aku bilang pergiiiiiiiiiiiii,,,,"
Gisell berteriak kencang dan membuat Laura akhirnya menyerah dan menutup rapat kamar Gisella.
Laura menghampiri kedua orang tua nya, dia memandangi wajah ibunya.
"Buu, aku mohon bantu aku buat Gisell mau menikah dengan Mas Barra, aku mohon buu."
Riana Derwanti tidak kuasa melihat wajah memelas Laura, karena bagaimanapun juga Laura yang membantu perekonomian keluarganya sampai bisa membuat Gisella kuliah.
"Ibu tidak bisa berjanji, tapi ibu akan berusaha semampu ibu, kepastian tetap ada di tangan Gisella."
Laura memilih untuk pergi dari rumah itu dan kembali ke rumah suaminya.
"Kalau begitu aku pamit pulang dulu ya bu, jika ada kabar baik secepatnya hubungi aku."
Dengan penuh rasa kecewa Laura langsung keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil nya.
Gisella melihat dari kaca jendela kamar nya, sebenarnya dia sangat sedih melihat Kakak nya tapi menyerahkan masa muda nya begitu saja.
"Maafkan aku Kak Laura, tapi aku juga masih punya cita-cita di masa muda ku ini, aku ingin membuat Ayah dan Ibu bangga dengan kesuksesan ku."
Gisella menutup kembali gorden jendela kamar nya, dia bersiap untuk beristirahat.
Tapi tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki, seperti akan ada yang datang ke dalam kamar nya.
"Seperti nya itu Ibu, pasti datang untuk membicarakan tentang Kak Laura."
Gisella bangun dari tempat tidurnya, dan membuka pintu kamar nya, ternyata benar saja yang datang adalah Ibunya.
"Gisella, jujur saja Ibu sebernarnya berat hati untuk membicarakan hal ini, tapi bagaimana pun juga Kakak kamu yang bisa membuat kamu seperti ini, dia juga yang membuat keluarga menjadi sangat berkecukupan, ini memang berat nak, tapi apa salahnya kamu mengikuti keinginan Kakak mu ini, pikiran lagi yaa nak."
Gisella terdiam mendengar perkataan dari Ibunya, dia hanya menundukkan kepalanya.
"Coba kamu pikir kan lagi yaa, semoga kamu bisa berubah pikiran."
Hujan deras angin kencang berserta suara petir di yang mengantarkan jendela kamar Gisella, sampai gorden jendela pun terombang ambing karena angin berserta hujan.
Gisella mencoba membenarkan gorden jendela kamar nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments