Dibalik Kesetiaan Nayla
Dibalik Kesetiaan Nayla
Nayla Prasetio Andini, dia seorang gadis yang sederhana, terlihat dari sifat dan pergaulannya sehari-hari, tidak menyolok dan biasa-biasa saja.
Ternyata dibalik kesederhanaanya itu, dia seorang wanita karir yang sukses. Walau diusianya yang masih terbilang muda, Nayla telah memiliki lima toko butik, yang saat ini sedang melejit, spontan membuat Namanya ikut melambung tinggi.
Apa lagi desain-desain yang dirancangnya sendiri sangat indah dan menarik, sehingga banyak para wanita dan kaula muda menggandrungi hasil desainnya itu.
Sebenarnya Nayla seorang yatim piatu, diusianya yang masih muda, dia telah ditinggal oleh keluarganya. Kecelakaan tragis, telah merenggut nyawa mereka semua termasuk seorang adik perempuan Nayla.
Mulai hari itu Nayla membiasakan diri untuk mandiri. Di usia yang masih dua belas tahun, Nayla harus berjuang keras untuk melanjutkan hidup sendirian.
Hingga akhirnya dia mampu mewujudkan cita-cita menjadi seorang Designer terkenal.
Meski demikian Nayla tampak seperti gadis pada umumnya, jika dilihat sepintas, tak ada yang menonjol dari penampilannya sehari-hari.
Suatu hari, Nayla mengalami demam tinggi, dan para karyawan membawa Nayla kerumah sakit. Disana Nayla ditangani oleh dr. Prayuda. Pria yang sering disapa Yuda itu ternyata mendapat perhatian khusus dari setiap pasiennya, termasuk Nayla.
Dr. Prayuda berasal dari kota Payakumbuh. Dia adalah anak dari Maryudi dan Kartini, seorang petani cengkeh yang terkenal dengan keuletannya. Dia juga memiliki saudara kembar yang bernama Prayoga. Mereka berdua sangat mirip sekali dan berperilaku sederhana.
Didikan kedua orang tuanya telah melekat di diri pribadi kedua anak itu Jika salah menilai orang akan mengira kalau Yuda itu adalah Yoga.
Hanya sedikit perbedaan yang terkadang mencolok diantara mereka berdua, Yuda memiliki sifat yang keras sementara Yoga memiliki sifat lembut dan pendiam.
Pagi itu dr. Yuda, memeriksa ruangan Nayla yang sudah tiga hari terbaring lemah.
“Gimana kabarnya Nay, ada perubahan sejak dirawat disini?” tanya dr. Yuda dengan suara lembut.
“Alhamdulillah, dok! Nay udah baikan kok, tapi?”
“Tapi apa Nay?”
“Apa Nay udah boleh pulang dok?”
“Belum, kalau besok mungkin udah bisa.”
“Kenapa dok?” Nayla balik bertanya.
“Hasil sempel darahmu belum keluar hari ini, menunggu sampai besok.”
“Sebenarnya Nay sakit apa sih dok?” tanya Nayla penasaran.
“Menurut perkiraan kami, kamu itu kena tipes.”
“Apa? sakit tipes?”
“Benar, mungkin kamu terlalu kecapaian, jadi kurang istirahat, agar penyakit itu nggak menyerang kekebalan tubuhmu, beristirahat lah yang cukup dan untuk saat ini kamu nggak perlu kuatir, nanti saya akan berikan obat untuk masa penyembuhannya.”
“Baik, dok.”
“Nah, sekarang kamu istirahat dulu, nanti kalau ada perlu sesuatu kamu tinggal panggil suster aja.”
“Baik, dok. Terimakasih!” jawab Nayla singkat.
Siang itu, teman dari sekolah Nayla datang berkunjung, dengan didampingi oleh kepala sekolah serta beberapa orang guru mereka berniat memberikan semangat kepada Nayla.
“Gimana keadaanmu Nay?” tanya kepsek seraya memegang kepala Nayla.
“Alhamdulillah, kata dokter besok Nay udah boleh pulang, Pak.”
“Kenapa harus terburu-buru Nay?” potong Bu Siska.
“Sebenarnya Nay udah sembuh kok, Bu. Tapi Nay harus menunggu hasil lab dulu, dan besok baru keluar hasilnya.”
“Emangnya kamu sakit apa Nay? kok pakai periksa labor segala?” tanya Anton ingin tau.
“Katanya Tipes!”
“waaah! Itukan penyakit yang berbahaya Nay?”
“Iya sih, habis gimana lagi? udah kejadian!”
“Kalau gitu, kamu harus banyak istirahat Nay, biar penyakitmu itu nggak kambuh lagi,” kata kepsek.
“Iya Pak! saran dokter juga begitu,” jawab Nayla singkat.
Setelah beberapa saat mereka bercerita, kepala sekolah beserta yang lainnya mohon pamit untuk kembali kesekolah. Rasa sepi dan sunyipun, mulai datang menghampiri Nayla, tapi tiba-tiba saja disaat bersamaan, dr. Yuda masuk dan menghampirinya.
“Hai Nay!” sapa dr. Yuda.
“Hai juga dok,” jawab Nayla agak sedikit kikuk.
“Santai aja, nggak perlu sungkan!”
“Ada apa ya dok?” tanya Nayla heran.
“Nggak boleh saya keruangan ini, atau mungkin kamu sedang memikirkan sesuatu?”
“Ah nggak juga dok,” jawab Nayla tersipu malu.
“Lalu memikirkan apa dong?”
Mendengar pertanyaan dari dr. Yuda, Nayla tak langsung menjawab, melainkan hanya melirik tajam kearah pria itu. Dalam hati Nayla, berjuta pertanyaan telah tersusun rapi tentang kehadiran pria itu di ruangannya., namun dia enggan untuk melakukannya.
Sementara itu, dr. Yuda yang memiliki ilmu kejiwaan, dalam bidang kedokteran, dia tak ingin membuat pasiennya berfikir yang bukan-bukan tentang dirinya.
“O iya, usiamu udah berapa tahun saat ini Nay?”
“Kok tumben dokter nanyain usia Nay?”
“Emangnya nggak boleh,seorang dokter nanyain usia pasiennya?”
“Boleh sih, tapi untuk apa?”
“Untuk memastikan aja, agar jangan salah dalam membagikan obat nantinya.”
“Ooo, gitu ya,” jawab Nayla memahami pertanyaan dari dr. Yuda.
“O iya, Nay! semenjak kamu dirawat disini, saya nggak pernah melihat orang tuamu datang membesuk? atau saudara dekatmu barangkali, juga nggak pernah?"
" Nay udah nggak punya siapa-siapa lagi dok.”
“Maksudmu ?”
“Di dunia ini Nay hanya hidup sebatang kara. Nggak punya orang tua, saudara dan bahkan adik sekalipun. Mereka semua udah pergi menghadap sang penciptanya.”
“Maksudmu, mereka semua udah meninggal?”
“Iya, mereka semua udah lama meninggal, semenjak Nay masih berusia dua belas tahun.
" Kenapa?"
"Mobil yang dikendarai Papa mengalami kecelakaan, Nay melihat sendiri bagaimana Mama, Papa dan adik Nay meregang nyawa. Oh… tidak…!” ujar Nayla saat mengingat masa lalu itu.
“Maaf, saya udah mengungkit masa lalu mu.”
“Nggak apa dok, Nay juga udah berusaha melupakannya, walau kejadian itu selalu menghantui pikiran Nay. Dan semenjak itulah Nay hidup sebatang kara, tanpa kehadiran mereka lagi.”
“Lalu semenjak kejadian itu, kamu tinggal dengan siapa?”
“Sendiri,” jawab Nayla singkat.
“Sendiri?” tanya dr. Yuda tak percaya.
“Iya, sendiri! tanpa siapa-siapa.”
Mendengar penjelasan dari Nayla, dr. Yuda hanya manggut-manggut, bertanda dia sangat mengerti dengan cerita yang diutarakan Nayla.
Semenjak saat itulah, benih cinta mulai tumbuh dihati mereka berdua, benih itupun dijaga dan dirawat degan sepenuh hati, sehingga menuaikan hasil yang diinginkan.
Diusia Nayla yang mencapai dua puluhan, dr. Yuda langsung melamar dan menikahinya,
yang terkenal begitu cantik.
Pernikahan kedua pasangan ini pun, berjalan harmonis dan langgeng. Nayla yang memiliki budi pekerti baik, ternyata mudah sekali untuk dikendalikan oleh suaminya.
Semua permintaan suaminya selalu dipatuhi, tanpa ada penolakan sedikitpun. Begitu juga dengan dr. Yuda, walau memiliki sifat keras, tapi dia sangat sayang sekali pada Nayla. Hatinya begitu lembut, dan tutur katanya sangat menyenangkan hati, itulah yang menyebabkan Nayla tak pernah membantah ucapan suaminya.
Sementara itu Nayla sebagai seorang istri, begitu menyadari posisinya, sehingga tak pernah terlintas dihatinya untuk berprasangka buruk pada Yuda.
Meski perbedaan usia sedikit berbeda diantara keduanya. Namun hal itu dijadikan sebagai pengingat antara satu dengan yang lainnya.
Selain kebaikan Nayla pada suaminya, dia juga menjaga hubungan baik dengan keluarga Yuda. Khususnya pada Ibu mertuanya yang sudah lanjut usianya. Dan adiknya yang bernama Prayoga.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Rizka Novia Ramanda
kasihan banget hidup nya sebatang kara🥲
2023-08-29
1
nacl
Ga tega ih kesian 😭😭
🌹🌹
2023-02-28
0
Iril Nasri
awal cerita yang menarik Thor
2022-12-14
0