Dengan pelan Nayla meneguk teh itu. Yoga hanya memperhatikannya saja.
Dengan lembut Yoga pun menyentuh tubuh Nayla, tangannya yang nakal bergerak tak terarah, Nayla diam saja, dia hanya menikmati saja apa yang bakalan dilakukan Yoga padanya.
Sudah hampir satu jam pertemuan mereka berdua, tak terasa hari sudah semakin sore, Nayla pun menyadari kalau waktu harus memisahkan mereka berdua.
“Tak adakah kata-kata yang akan kau ucapkan untuk Nay, Bang?”
“Kau sangat cantik Nay, kau wanita yang paling sempurna dimiliki Yuda. Itu sebabnya Abang nggak mau merusak kesucian pernikahan kalian, karena sejujurnya tubuh yang wangi ini bukanlah milik Abang.”
“Benarkah begitu?”
“Iya sayang.”
“Tapi kenapa Abang, suka bermain api dengan Nay?”
“Entahlah Nay, Abang nggak punya jawaban untuk itu.”
“Selalu saja begitu, Abang nggak punya pendirian sama sekali, jika saja pertemuan kita ini suatu hari nanti, diketahui Bang Yuda, apa kau punya alasan untuk itu Bang?”
“Nggak Nay, Abang nggak punya jawaban dan alasan yang akan abang kemukakan nanti pada Yuda.”
“Ya sudah, Nay udah punya jawaban sendiri untuk hal itu, sekarang Nay harus pulang, nanti pak Darman terlalu lama menunggu Nay.”
“Baiklah, hati-hati Nay.”
“Ya, Nay permisi,” kata Nayla seraya menyelinap dari kamar Yoga.
Saat Nayla diperjalanan menuju butiknya, Yuda pun mencoba menghubungi, tapi Nayla tak mengangkat telfon itu. Nayla lebih memilih diam dari pada ketahuan nantinya.
Karena tak mendapat jawaban, Yuda mencoba menghubungi Darman.
“Ya Pak !”
“Apa Ibu ada bersamamu Man?”
“Ibu lagi di butik sekarang Pak.”
“Apa, lagi di butik? lalu kenapa dia nggak mengangkat telfonnya.”
“Entahlah Pak, mungkin Ibu lagi sibuk.”
“Tapi Ibu nggak kenapa-napa kan, Man?”
“Iy, iya pak. Ibu baik-baik saja kok,” jawab Darman berbohong.
“Benar, Ibu baik-baik saja?” tanya Yuda mengulangi pertanyaan sebelumnya.
“Be..beb, benar pak.”
“Kenapa kau gugup Man, apa kau sedang menyembunyikan sesuatu?”
“Nggak pak, Ibu sekarang sedang di butik, kalau Bapak ingin bicara, biar saya antar kan telfonnya ke Ibu.”
“Baiklah, tolong kau antar kan telfon ini ke Ibu?”
Mendengar permintaan dari tuannya, Darman menjadi semakin takut, untung saja saat itu nayla datang, maka hati Darman menjadi sedikit tenang.
“Dari siapa Pak?” tanya Nayla ingin tau.
“Dari Bapak, Bu,” kata Darman seraya menyuguhkan ponsel ditangannya kepada Nayla.
“Hallo Bang, ada apa?”
“Kemana aja Nay, kenapa telfon Abang nggak diangkat?”
“Maaf ya Bang, Nay sedang mengadakan perbaikan di butik, jadi ponsel, Nay letakan diatas meja.”
“Ooo, gitu. Abang jadi cemas Nay.”
“Tapi, Nay mau pulang kok Bang."
“Ya udah, hati-hati Nay dijalan. Bilang pada Pak Darman jangan ngebut dijalan.”
“Baik bang. Assalamu’alaikum."
“Wa’alaikum salam.”
Saat ponsel itu dimatikan, Nayla dan Darman langsung berangkat. Diperjalanan mereka berdua sama-sama diam. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan Darman pada Nayla. Tapi dia tak berani, takut kalau-kalau Nayla marah dan dia dipecat dari pekerjaannya.
“Ada apa Pak? sepertinya Bapak tampak gelisah sedari tadi?”
“O..anu..Bu, anu ! nggak apa-apa."
“Emangnya, Bapak cerita apa pada Bang Yuda, tadi?”
“Bapak nggak cerita apa-apa kok Bu.”
“Lalu kenapa gugup dan gelisah?” tanya Nayla penasaran.
“O anu Bu, anu!”
“Ada apa sih Pak? bicaralah yang jelas.”
"Kalau saya bertanya apa Ibu nggak marah?”
“Kenapa mesti marah? Bapak kan udah lama mengenal Nay.”
“Begini Bu, kemana aja sih Ibu, udah beberapa hari ini, pergi selalu diam-diam tampa harus saya sopir?”
“Nay ada urusan penting Pak, jadi Nay pergi bersama klien.”
“Tapi kan Bapak jadi takut, kalau pak Yuda nanya, Bapak harus bilang apa?”
“Bapak nggak usah kuatir, jawab aja dengan jujur kalau Nay pergi bersama klien.”
“Baiklah kalau begitu Bu,” jawab Darman pelan, karena dia merasa tak mendapat jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang diajukannya.
Sesaat kemudian tibalah mereka berdua dihalaman rumah, didepan teras, Yuda telah menunggu kehadiran Nayla bersama putranya. Yang saat itu berusia tiga tahun.
“Kenapa begitu lama Nay?”
“Tapi Abang sendiri yang pesan sama Pak Darman agar jangan ngebut, makanya pak Darman menjalankan mobilnya kayak siput.”
“Iya sih, tapi yang Abang tanya itu, kenapa Nay perginya begitu lama, sudah hampir seharian penuh lho.”
“Gimana ya Bang? sebenarnya Nay pun nggak ingin keluar rumah selama ini, tapi gimana lagi, namanya pekerjaan.”
“Abang kan, nggak pernah melarang Nay bekerja, tapi Nay harus pikirkan juga kami, yang butuh kasih sayang dan perhatian darimu.”
“Ooo, itu masalahnya ! kalau gitu, mulai besok Nay akan pulang lebih cepat dari yang biasanya, agar kita lebih sering bertemu dan bermain bersama.”
“Nah, gitu dong! itu baru istri yang sangat pengertian,” kata Yuda seraya memeluk tubuh istrinya.
Dan sejak hari itu, Nayla benar-benar menepati janjinya, dia pulang lebih awal dari yang pernah dia lakukan sebelumnya, tapi pertemuan dengan Yoga pun semakin sering mereka lakukan tanpa sepengetahuan Yuda dan Darman.
Walau tak seorangpun yang mengetahui, namun cinta yang mereka miliki sepertinya telah terbagi dua. Baik Nayla yang saat itu berada diantara Yuda dan Yoga, namun begitu pula dengan Yoga dia berada diantara cinta Nayla dan Mutia.
Sebenarnya Yoga begitu takut sekali dalam hal ini, namun dia tak mampu melepaskan Nayla dan bicara jujur tentang hubungannya dengan Mutia.
Suatu ketika, saat Yoga, sedang asik bercumbu dengan Nayla, tiba-tiba saja Mutia datang untuk menemuinya, Yoga begitu terkejut saat itu, kalau Mutia memergoki mereka berdua bercinta.
Tapi ketika pintu hendak dibuka Nayla, Mutia sudah keburu pergi, dan Nayla pun memutuskan untuk segera pulang.
Entah mengapa saat itu Nayla keburu pergi tampa harus memberi tau Yoga terlebih dahulu.
Dalam hati Yoga, dia bertanya-tanya, apa Nayla dan Mutia sempat ketemu tampa sepengetahuan dirinya. Namun Yoga tak ingin mendalami hal itu terlalu jauh, dan hal itu ditepisnya begitu saja.
Dinginnya angin dimalam itu, menusuk jauh ke tulang sumsum, membuat jantung pun ikut merasakan getarannya.
Dalam kesendiriannya tampak Nayla sedang duduk didepan rumahnya.Tak ada yang menemaninya saat itu, tiba-tiba saja dia meneteskan air mata, sepertinya ada perasaan aneh dipikirannya.
Nayla mencoba untuk menyepelekannya, namun perasaan itu semakin menghantui dirinya.
Entah perasaan apa itu, dia sendiri juga tak tau, tapi perasaan itu selalu membawanya kerasa bersalah yang tak dapat diampuni oleh Allah Swt.
Walau Yuda tak pernah mengetahui perselingkuhan mereka berdua, tapi suatu saat nanti kebusukan itu pasti akan tercium juga.
Tapi iblis selalu mempengaruhi pikirannya, hingga birahi mereka berduapun tak sanggup lagi untuk dikendalikan. Sejak hari itu pula Nayla memutuskan untuk tak lagi menemui Yoga.
Bersambung...
\*Selamat membaca\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Putri Minwa
mantap thor
2022-10-07
0
Iril Nasri
mantap Thor selamat berkarya
2022-10-01
0
Dehan
iya.. bener tuh..
segera deh yuda tahu
2022-08-08
0