“Ada apa Nay, kau sudah sadar?”
“Iya Bang, siapa yang memasang infus Nay tadi?” tanya Nayla heran.
“Abang Nay, apa ada yang salah?”
“Nggak Bang, lalu siapa yang mengganti seluruh pakaian Nay?”
“Maafkan Abang Nay! Abang terpaksa melakukannya.”
“Nay nggak marah kok Bang, Nay berterima kasih sekali pada Bang Yoga, kalau bukan karena pertolongan Abang tadi, entah apa yang bakal menimpa kami berdua.”
“Bayimu udah lahir dengan selamat Nay! dia laki-laki, Yuda pasti sangat senang sekali.
Selamat ya Nay!” kata Yoga mengucapkan selamat pada Nayla.
“Terimakasih Bang,” jawab Nayla dengan tatapan mata yang redup.
Yoga pun membalasnya dengan senyuman. Tapi bukan hanya sampai disitu saja tugas Yoga. Bagai seorang suami, Yoga mengambil alih semua tugas Yuda dirumah itu.
Mulai dari memasak, mencuci serta membersihkan rumah dan bahkan menyediakan air mandi untuk Nayla. Memapahnya turun naik ranjang dan juga memandikan si kecil, juga dilakukan Yoga sendiri.
Sebenarnya Nayla sudah melarang Yoga membantunya terus menerus, takut kebiasaan, dan menyarankan Yoga untuk mencarikan pembantu .
Tapi Yoga diam saja tak menanggapinya sama sekali. Sebenarnya Nayla merasa segan, tapi apa daya dia sendiri belum bisa bergerak terlalu banyak.
Pernah waktu itu Yoga sedang tertidur, sementara Nayla hendak mandi, lalu dia sendiri yang berjalan kekamar mandi dan menimba air, tapi malang diapun tergelincir hingga terjadi pendarahan.
Sejak saat itu Yoga merasa bersalah sekali pada dirinya, dan melarang Nayla berbuat sesukanya.
Sementara itu ditempat lain, di daerah bencana yang sedang menimpa, terlihat Yuda begitu sibuk sekali mengurus dan merawat para pasien yang sangat membutuhkan bantuan medis.
Tak sedikitpun dia bisa memikirkan Nayla dan anaknya yang baru lahir. Sepertinya rasa sedih dan rintihan para korban membuat air mata Yuda tak hentinya mengalir.
Segala macam daya dan upaya terus dilakukannya, untuk menolong para korban. Apalagi di daerah tempat Yuda bertugas jauh terisolir, tak ada listrik untuk penerangan di sana.
sehingga pengiriman bantuan pun sangat sulit sekali dan bahkan alat elektronik di tempat dia bertugas tak ada yang bisa difungsikan. Tapi dengan segala macam pengalaman dan kesabaran, dr.Yuda dan beberapa orang temannya yang lain bisa mengatasi kesulitan itu.
Hanya saja mereka harus bekerja sekuat tenaga untuk terus menolong para korban yang masih hidup.
“Yud, aku dengar waktu itu, istrimu hendak melahirkan, apakah kau udah dapat informasinya?” tanya dr. Agung.
“Belum sama sekali Gung, entah apa yang terjadi disana aku juga nggak tau, tapi saudara kembar ku sudah ku beri tau tentang hal itu.”
“Kenapa nggak Mamamu aja yang kau suruh menemani istrimu di sana?”
“Mamaku udah tua, Gung! jangankan untuk bekerja, berjalan pun dia udah kesulitan.”
“Maaf Yud! tapi bukankah saudara kembar mu itu seorang laki-laki?”
“Iya benar.”
“Apa kau mempercayainya?”
“Semuanya kuserahkan pada Allah, karena Allah lah yang menghendaki kami seperti ini, dan apapun yang terjadi disana, itulah yang dikehendaki. Lagipula aku nggak pernah mempermasalahkan ini semua.”
“Sungguh kau berjiwa besar Yud, semoga istri dan anakmu baik-baik saja disana.”
“Terimakasih Gung. Ya sudah aku mau lihat pasien yang lain dulu.”
“Ya silahkan,” jawab dr. Agung sembari tersenyum ramah.
Setelah percakapan itu selesai, Yuda pun berlalu meninggalkan dr. Agung, dalam hati Yuda, tak sedikitpun terbersit perasaan curiga pada saudara kembarnya itu.
Dan apapun yang bakal terjadi disana semuanya telah Ia pasrahkan kepada Allah Swt. Apalagi pertolongan Yoga sangat dibutuhkan sekali untuk melindungi anak dan istrinya , selama dia sedang bertugas.
Tampa terasa seminggu telah berlalu, sedangkan Yuda belum juga kembali. Berkali-kali Yoga mencoba menghubungi saudara kembarnya itu, lewat telfon genggam, namun selalu saja tak aktif.
Dalam kesendiriannya Yoga pun menarik nafas Panjang, dia bingung harus mengurus yang mana, sementara dirumah Mamanya yang sudah tua sangat membutuhkan pertolongan darinya.
Tapi tak mungkin baginya meninggalkan Nayla sendirian dalam kondisi seperti itu. Sesaat kemudian terbersit dihatinya untuk menghubungi sahabatnya yang bernama Dinda.
" Kring, kring, kring!"
Mendengar ponselnya berdering, Dinda langsung mengangkatnya.
" Hallo, ada apa Yog? Kenapa malam-malam begini kau meneleponku?” tanya Dinda heran.
“Din, boleh aku minta tolong.”
“Minta tolong apa Yog?”
“Begini Din, saat ini aku sedang berada dirumah Yuda, jadi aku minta tolong padamu, mau kan?”
“Katakan, kau butuh apa?”
“Besok tolong kau carikan seorang pembantu untuk Mamaku, kau bisakan?"
“Kenapa bukan kau saja yang pulang Yog?”
“Nggak bisa Din, soalnya Yuda belum pulang dari luar kota, jadi aku nggak bisa meninggalkan Nayla dan anaknya dirumah.”
“Nayla istri Yuda, maksudmu?”
“Benar, kenapa Din?”
“Hati-hati, jangan sampai tergoda dengan wajah cantiknya itu ya!”
“Ah kau ini Din ngawur aja.”
" Kok ngawur, bisa jadikan kalau seorang pria satu rumah dengan seorang wanita yang bukan muhrimnya, banyak syetan Yog!"
" Ah kamu itu Din, selalu berfikir buruk pada ku."
“Ya udah, besok aku akan carikan pembantu untuk merawat Mamamu, tapi ingat ya? jangan sampai tergoda dengan kecantikan Nayla, ok?”
“Ok, Din!”
Setelah menghubungi dinda, hati Yoga terasa sedikit lega, karena satu masalah telah teratasi. Dan Yoga bersedia mengurus Nayla dan bayinya sampai Yuda kembali.
Awal mulanya tak sedikitpun tersirat dihati Yoga, untuk menaruh rasa kepada Nayla, tapi karena teringat ucapan Dinda, dan terbawa oleh suasana yang selama ini tak pernah dirasakannya, perasaan itupun akhirnya muncul tiba-tiba, tampa disadari.
Pagi itu setelah air panas selesai ditaruh dikamar mandi, Yoga pun datang kekamar Nayla, seperti biasa pintu kamar itu tak pernah dikunci, hanya sekedar ditutup saja. Dan Yoga pun langsung masuk kedalam.
“Nay, bangun!” suara itu membuat jantung Nayla berhenti berdetak, karena suara Yoga sangat mirip dengan suara Yuda saat memanggil dirinya.
”Ayo mandi, air panas udah Abang sediakan!”
Kata Yoga seraya membuka selimut yang menutupi tubuh Nayla.
“Baik, Bang,” jawab Nayla sembari bangun dari tidurnya.
Dan dengan dipapah Yoga, Nayla pun berjalan pelan menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, Yoga kembali membawa Nayla menuju kamarnya, dan menyediakan semua keperluan Nayla.
Setelah itu barulah Yoga memandikan si kecil yang tampan. Sambil bersenandung ayat-ayat suci Al qur’an, Yoga tampak begitu menikmati sekali kebersamaannya dengan Bayi Nayla itu.
Perhatian khusus itulah yang membuat Nayla tak berdaya dibuatnya. Apalagi saat Yoga menyentuh tubuhnya, perasaan itu langsung saja muncul secara tiba-tiba.
“Ya Allah! ada apa dengan ku?” pertanyaan itu sering kali muncul dibenak Nayla, dia serasa semakin tak berdaya dibuatnya.
Berkali-kali dicobanya untuk menepis semua itu, namun secepat itu pula perasaan itu muncul kembali.
Apa lagi saat Yoga menatap mata Nayla dengan pandangan sendu, terasa tersentuh hati Nayla seketika.
Ingin rasanya Nayla menjerit sekuat-kuatnya untuk mempertanyakan tentang perasaan
itu pada Yoga, namun Nayla sungguh tak berdaya dibuatnya.
Bersambung..
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
nacl
yuda kayanya masuk kresek ya? ampe segitunya
2023-03-01
0
nacl
ngilu ihhhh 🤕🤕🤕
2023-03-01
0
Iril Nasri
lanjut
2022-12-14
0