Setelah menempuh perjalanan yang Panjang dan melelahkan, akhirnya tibalah Yuda ditempat bencana. Dua hari tak bertugas, ternyata pasien sudah banyak yang mengantri, semua para pasien itu diserang penyakit kulit dan muntah-muntah.
Kesigapan dan ketepatan sangat dibutuhkan sekali, demi nyawa orang banyak, sudah puluhan orang yang meninggal, selama dr. Yuda pulang menemui Istrinya.
Tampa memperdulikan rasa Lelah sehabis berjalan jauh, dr.Yuda langsung terjun membantu para dokter yang lainnya.
Satu persatu para pasien itu dirawat dengan baik oleh dr. Yuda, dan banyak pula para pasien yang dirawatnya mengalami kesembuhan.
Para pasien yang telah sembuh mengacungkan jempolnya kepada dr. Yuda, karena mereka telah dirawat dengan baik.
Dr. Yuda merawat pasiennya dengan sabar dan penuh kasih sayang, hal itulah yang dibutuhkan seorang pasien dari orang yang merawatnya, Yuda juga pandai meramu obat-obatan, sehingga pasiennya tak ada yang mengeluh.
“Bagai mana kondisinya sekarang Pak?” tanya dr. Yuda pada pasien yang mendapatkan perawatan darinya.
“Sepertinya sekarang saya udah sembuh dok, udah dua hari ini saya nggak pernah muntah lagi, dan saya juga udah bisa jalan.”
“Alhamdulillah, Allah masih sayang sama Bapak.”
“Terimakasih nak dokter, telah merawat bapak dengan baik.”
“Sama-sama, sekarang Bapak harus banyak istirahat, biar kondisi fisik Bapak stabil kembali.”
“Terimakasih nak,” jawab Pria tua itu.
Begitulah dr. Yuda, dalam merawat pasiennya, setelah selesai yang satu, dia tak akan duduk menunggu pasien berikutnya, tapi justru dia berkeliling mencari pasien yang lain, yang lebih membutuhkan pertolongan darinya.
Bukan pasiennya saja, tapi dr. Yuda pun selalu menjaga kondisi tubuhnya agar tetap fit dan sehat, agar tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca serta penyakit menular lainnya.
Jika pasien lagi sepi, kesempatan itu di pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk beristirahat.
Diantara semua dokter yang ada, dr. Yuda adalah salah satu dokter yang pendiam dan tak banyak bicara, dia tertutup diantara rekan-rekannya.
Waktu baginya adalah uang yang sangat berharga, sekecil apapun kesempatan yang ada, pasti dia memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Yuda juga tak suka buang-buang waktu dengan bicara hal-hal yang tak bermanfaat.
Sementara itu, dirumah dinas Yuda, hati Nayla sangat sedih sekali karena berpisah dengan suaminya, tampa dia sadari air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya yang tampak memerah.
Yoga yang memperhatikan dari kejauhan datang menghampiri, tangannya yang lembut menyentuh dan menghapus air mata Nayla.
Nayla pun terperanjat dibuatnya, tapi Yoga menahan pundak Nayla agar tetap berada di bangku tempat duduknya.
Perlahan Yoga juga duduk dihadapan Nayla, tak sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Kedua bola matanya tampak mengiba dan serasa turut bersedih, seperti yang dirasakan Nayla.
“Nay masih rindu pada Bang Yuda, tapi dia telah pergi bertugas, lalu Nay harus bagai mana?”
Yoga yang mendengarnya tak dapat berbuat apa-apa, dia hanya diam saja, sesaat kemudian dia pun pergi meninggalkan Nayla, hal itu membuat Nayla semakin sedih.
Tak begitu lama kemudian, Yoga pun datang kembali dengan membawa segelas teh hangat.
“Minumlah teh ini, semoga dapat menyegarkan pikiranmu,” kata Yoga seraya menyuguhkan air itu kehadapan Nayla
Seraya mengambil air itu dari tangan Yoga, Nayla menatap tajam kearahnya, Yoga hanya menunduk diam, tapi didalam hatinya Yoga merasa begitu kasihan melihat keadaan Nayla.
Setelah air teh itu di teguk, Nayla menaruh gelas itu diatas meja, kemudian dia pun memeluk tubuh Yoga dengan begitu kuat.
Perlahan Yoga membelai rambut Nayla dengan lembut dan mengecup keningnya. Nayla yang mendapat respon dari reaksinya, dia semakin bersemangat dan lebih merapatkan tubuhnya ke dada Yoga.
Bahkan tangannya yang nakal mulai berkeliaran ditubuh Yoga.
“Bang katakan sesuatu untuk Nay?”
“Apa yang harus Abang katakan?”
“Apa Abang punya perasaan untuk Nay?”
“Maksud mu?”
“Seperti yang selama ini Nay rasakan.”
Mendengar ungkapan dari Nayla, Yoga hanya diam saja, karena memang tak ada yang perlu dikatakannya.
“Kenapa kau diam saja Bang?” ulang Nayla sekali lagi.
Namun Yoga masih tetap diam, sentuhan jemari tangan Nayla kali ini membuatnya tak dapat berkutik.
“Hentikan Nay! Abang mohon hentikan itu.”
Mendengar permohonan dari Yoga, birahi Nayla semakin memuncak, dia semakin tak sadar dengan posisinya sebagai istri dari seorang dokter yang terhormat.
“Baru saja suamimu pergi Nay, Kau udah mulai berbuat gila. Abang mohon hentikan Nay!” kata Yoga seraya menggeser tangan Nayla dari tubuhnya.
“kenapa Bang? bukankah ini yang kita inginkan selama ini?”
“Jangan dilanjutkan Nay, sepertinya kau nggak setia pada suami mu.”
“Katakan dulu alasannya, baru Nay berhenti melakukan itu pada mu, kau begitu dingin sekali Bang!”
Sungguh begitu berat ujian yang sedang dialami Yoga saat itu, selain beban perasaan yang membara, Yoga juga harus menjaga perjanjiannya dengan Yuda.
Kehormatan rumah tangga saudaranya harus tetap utuh mesti apapun yang bakal terjadi. Sementara itu Nayla terus menerus merayunya dan membangkitkan gairahnya sebagai manusia yang normal.
Kemudian Yoga mendorong tubuh Nayla, hingga wanita itu terjatuh dan kepalanya berdarah, seperti biasa Yoga langsung berjalan menuju kamarnya dan tidur diatas ranjang.
Pikirannya melayang tak menentu, ada Nayla di antara mereka berdua yang menari . Diambilnya bantal dan ditutup wajahnya, agar Nayla tak lagi muncul dipikirannya.
Namun wajah cantik itu semakin jelas terlihat.
Disaat bersamaan, handphone Yoga pun berdering.
“Halo. Asalamu’alaikum!” sapa Yoga.
“Wa’alaikum salam, hai Yog! apa kabar mu?”
" Baik, ada apa Din, tumben nelpon?”
“Kapan sih kau pulang? kayaknya udah mulai betah ya disana?”
“Kenapa udah kangen Ya?”
“kok tau!”
“Ya tau lah! kalau orang ganteng selalu dikejar-kejar.”
“Perasaan! eh Yog, enak ya tinggal bersama Nayla, wanita yang cantik itu."
“Ah Din, kalau bercanda jangan tanggung-tanggung dong, langsung marah aja sekalian.”
“Kau ini Yog, bisa aja.”
“O iya Din, gimana kabarnya Mama? apakah dia sehat?”
“Tentu dong, kan aku yang rawat!”
“Maksudmu?”
“Mamamu aku yang rawat, jadi kau nggak perlu kuatir.”
“Waduh berarti aku merepotkan mu, Ya?”
“Nggak juga sih, kau tau nggak Yog, di zaman sekarang ini mencari pembantu itu susah, jadi biar aku aja yang merawat Mamamu, lagian dekat kok.”
“Makasih ya Din!”
“Ya sama-sama. O iya Yog, kemaren tukang pos datang, dan menitip sepucuk surat untukmu.”
“Surat dari siapa Din?”
“Kata Mama permohonan kerjamu diterima.”
“Apa! benarkah itu Din?”
“Iya, makanya cepat pulang, senang banget kayaknya tuh!”
“Ya iyalah Din, berarti aku dapat pekerjaan yang tetap.”
“Kalau gitu, aku tinggal lagi dong!”
“Hahahaha, nasibmu Din, jadi orang yang ditinggal terus!”
“Kok kamu ngomongnya gitu sih! bikin sakit hati, tau!” kata Dinda, seraya duduk terhenyak di kursi.
Mendengar gelak tawa Yoga itu, Dinda mematikan handphonenya, hatinya begitu sakit, karena Yoga tak pernah memberi sedikitpun harapan padanya.
Bersambung...
\*Selamat membaca\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
nacl
etdah ini tangan minta digeprek yaaah
2023-03-06
0
nacl
aku jadi setannya aja deh ya
sikat yog mumpung yuda ga ada nyokkk jangan dianggurin sayang
2023-03-06
0
👑Meylani Putri Putti
kurang ajar kamu Yog 🥰🥰
2023-02-04
0