“Tiga hari itu, waktu yang cukup lama Bang!”
“Nayla sayang, waktu tiga hari itu hanya sebentar saja, habis itu Abang akan pulang kepangkuan mu.”
“Gombal!” kata Nayla seraya tersenyum manis. Ya, terserah Abang ajalah, mana bisa Nay menghentikan langkah Abang, lagian kan ada Dinda disana yang menanti kepulangan kekasihnya.”
Mendengar perkataan Nayla itu, Yoga jadi tersenyum geli.
”Jadi ada yang sedang cemburu nih!” ledek Yoga seraya memeluk tubuh Nayla dan mengecup keningnya.
Seraya bermanja-manja, Nayla pun membalas pelukan Yoga,” Siapa yang cemburu?” jawab Nayla menapik prasangka Yoga kepadanya.
“Tuh barusan Nayla bilang apa?”
“Nay Cuma bilang, kalau disana kan ada Dinda yang lagi nungguin kepulangan kekasihnya.”
“Dinda itu Cuma teman Nay, nggak lebih.”
“Teman apa temeeen! Lalu kalau Nay dimata Abang, gimana?”
Mendengar pertanyaan dari Nayla, Yoga melepaskan pelukannya, dan menjauhkan diri dari tubuh yang seksi itu.”
“Kenapa? selalu saja begitu, diam dan tak punya jawaban.”
“Jadi gimana Nay, Abang jadi berangkat besok kan?”
“Terserah!” jawab Nayla ketus. Seraya berlari menuju kamarnya.
Saat Nayla berlari menuju kamarnya Yoga langsung mengikutinya, dan menghalangi langkah kaki nayla, karena langkah kakinya terhenti Nayla langsung memeluk tubuh Yoga dan menangis tersedu-sedu.
“Lalu menurut Nay, harus berapa hari Abang bisa pergi?”
“Cukup satu hari aja Bang.”
“Baiklah, hanya satu hari saja, Abang akan usahakan secepatnya kembali kesini.”
Mendengar penjelasan dari Yoga, hati Nayla terasa sedikit lega, diapun mulai tersenyum manis dihadapan Yoga.
Meski Nayla tau waktu perjalanan dari rumahnya menuju kota, tidak sebentar, namun setidaknya Yoga telah memberi secercah harapan untuk dirinya.
Tak terasa, malam pun mulai menyapa para penghuni bumi, sinar yang tadinya dapat menerangi seluruh permukaan bumi, kini berubah menjadi gelap gulita, hanya suara binatang malam yang terdengar dimana-mana.
Desiran suara angin malam, mulai terasa meniup rambut Nayla yang Panjang terurai, dari balik dinding kamar, Yoga menatap tajam kearah Nayla. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat itu, tapi Yoga benar-benar memuji, kecantikan istri saudaranya itu.
Walaupun Nayla sudah sepenuhnya menyerahkan dirinya pada Yoga, namun Yoga tak ingin rumah tangga saudaranya hancur hanya karena keegoisan dirinya semata.
Malam itu seperti biasanya, sebelum tidur Nayla pasti menyempatkan diri, memeriksa seluruh jendela kamar, memastikan apakah seluruh pintu terkunci atau belum.
Tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh sebuah pelukan yang hangat dari belakangnya.
“Belum tidur Nay?” bisik Yoga ditelinga Nayla.
Bisikan itu, sontak membuat jantung Nayla berhenti memompa, cepat-cepat dibalikkan tubuh yang seksi itu kehadapan Yoga.
“Bang Yoga, Ngagetin aja.”
“Kamu kaget ya Nay? maaf Abang nggak sengaja.”
“Nay, Cuma ngecek pintu aja kok Bang!”
“Benar begitu?” tanya Yoga seraya mengecup lembut bibir Nayla.
“Bang!"
“Hm, ada apa Nay?” tanya Yoga dengan suara lembut.
“Ini malam terakhir kita bertemu,apakah Abang tak ingin berbuat sesuatu untuk Nay?"
“Nggak Nay, tak ada yang bisa Abang lakukan untuk Nay, walaupun kita akan berpisah!”
“Kenapa?”
Tak ingin menjawab pertanyaan Nayla, Yoga hanya mengajak nayla melangkah lebih jauh lagi dari apa yang di pertanyaannya. Suara desah nafas keduanya berakhir diatas ranjang.
Sentuhan-sentuhan nakal dari jemari keduanya, membuatnya sama-sama tak berdaya. Selembar demi selembar pun pakaian mereka terlepas.
Cumbuan hangat dari Yoga telah membuat nya blingsatan, Nayla telah memperkirakan bahwa malam itu akan menjadi malam yang paling bahagia dalam hidupnya.
“Bang,” desah Nayla pelan.
“Hmm, Ada apa Nay ?”
“Apa kau nggak menyesal?”
“Maksudmu?”
“Jika kita harus melakukannya malam ini, apa kau nggak menyesalinya dikemudian hari?”
“Ya, tentu. untuk itu kita berdua hanya bermain-main saja, agar tak ada yang disesali dikemudian hari,” jawab Yoga seraya mengenakan pakaiannya, dan meninggalkan Nayla .
“Kau mau kemana Bang?” tanya Nayla heran.
“Cari angin,” jawab Yoga singkat.
Berulang kali Nayla dikecewakan dan berulang kali pula Nayla merasa tersiksa, namun dia belum juga menyadari semua perbuatannya itu.
Penyesalan yang selalu muncul di dirinya itu hanyalah bersifat sementara, selagi Yoga tak menyentuhnya, akan tetapi apa bila Yoga menyentuhnya sedikit saja, maka seiring dengan itu, hilang pulalah penyesalannya seketika.
Walau dihatinya kadang muncul rasa takut akan azab dari Allah, karena telah mengkhianati suaminya, namun rasa takut itupun akan sirna begitu saja saat hasrat dihatinya mulai bergelora.
Saat itu kepala sekolah sedang duduk santai dihalaman rumahnya, kolam yang indah dan dikelilingi oleh taman bunga yang sangat asri.
Kicauan burung yang merdu dan indah bersahut-sahutan didepan rumahnya.
Segelas kopi panas dan sekaleng roti kering telah terhidang diatas mejanya.
“Assalamu’alaikum,” sapa Yoga kepada kepsek.
“Wa’alaikum salam,” jawab kepsek Sembari melepas kaca matanya.
Koran yang ditangannya pun segera diturunkan, matanya yang sedikit kabur perlahan menatap tajam kearah sumber suara itu berasal.
“Selamat pagi Pak!” sapa Yoga seraya mengulurkan tangannya.
“Pagi!” jawab kepsek sembari menyambut uluran tangan Yoga. "Anda siapa? apa ada yang bisa saya bantu?”
“Saya Yoga, Pak! guru olah raga yang akan mengajar disekolah Bapak.”
“Ooo, Ir. Prayoga?”
“Benar Pak.”
“Kalau begitu silahkan duduk!” kata kepsek seraya menggeser kursi yang ada disampingnya dan diberikan pada Yoga.
“Terimakasih Pak.”
“Kenapa terlambat datangnya nak Yoga? padahal kami udah lama mengirimkan surat panggilan itu padamu.”
“Maaf Pak, tapi surat itu nyampenya baru sekitar dua hari ini.”
“Ooo begitu ya? begini nak Yoga, saya sudah periksa semua tentang biodata mu, ternyata kau mahasiswa berbakat. Kebetulan guru olah raga disekolah kami sudah pindah, jadi saya harus segera mencarikan penggantinya, takut kalau anak-anak ketinggalan mata pelajarannya nanti.
" Iya pak."
"Tapi untuk sementara kamu mengajarnya sebagai guru honorer dulu, sebelum surat pengangkatan mu menjadi guru PNS keluar. Giman kau mengerti?”
“Ya, saya mengerti Pak.”
“Jadi kapan kamu mulai mengajar?”
“Gimana kalau senin depan Pak.”
“Ooo jangan! Itu terlalu lama, gimana kalau besok! kasihan anak-anak ketinggalan banyak pelajaran.”
“Tapi saya harus mengabari Mama dulu dikampung Pak.”
“Alaah, itu mah soal gampang, kamu kan tinggal telfon aja! kalau pulsa mu habis, kau tinggal pakai telfon rumah Bapak!”
“Baik Pak, terimakasih.”
“O iya, ini kunci rumahmu, apa kau tau tempatnya?”
“Nggak Pak.”
“Marni, Marni!” panggil kepsek pada seorang perempuan yang tak lain adalah pembantunya.
Kemudian perempuan itupun muncul, dihadapan kepsek dan Yoga. Lalu kepsek memerintahkan Marni untuk mengantarkan Yoga kerumah dinasnya. Marni pun bergegas berangkat menuju rumah dinas yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat kepsek berada.
“Nah ini rumahnya Pak!”
“Baiklah terimakasih,” jawab Yoga seraya melangkah masuk kedalam ruangan rumah itu.
Sedangkan Marni yang ditugaskan mengantarkan Yoga, dia pun kembali kerumah majikannya.
Bersambung...
\*Selamat membaca\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Iril Nasri
tetap semangat Thor
2022-12-14
0
Putri Minwa
semangat terus thor
2022-10-10
0
Jaja Arinda
lgi.....
2022-08-06
0