Selain hubungan dalam rumah tangga, dengan para tetanggapun Nayla sangat pandai, begitu juga dengan ibu mertuanya dia begitu cocok sekali.
Semua terlihat rukun dan damai. Nayla sering sekali berkunjung kerumah Ibu mertuanya, maklum Ibu Yuda saat itu hidup sebagai seorang janda.
Setelah ditinggal oleh almarhum suami tercinta. Sejak saat itu, Ibunya tak ingin mencari pengganti lagi. Dia hanya ingin membesarkan kedua putranya itu sendirian.
“ Gimana keadaan Mama sekarang?” tanya Nayla, saat mengunjungi Kartini dikampung.
“Mama baik-baik saja Nak, gimana dengan kalian?” ujar Kartini balik bertanya.
“Kami juga baik-baik saja Ma, tapi?”
“Tapi apa Nay?” tanya kartini ingin tau.
“Tapi hingga saat ini kami belum juga memiliki keturunan, Nay belum hamil Ma?”
“Sabar Nay, kalian kan baru dua tahun menikah,masih banyak waktu untuk berusaha sayang, yang terpenting jangan menyerah, tetap terus berusaha dan berdo’a.”
“Iya Ma, Nay akan selalu mengingat pesan Mama.”
“Anak pintar,” kata Kartini seraya mengelus rambut Nayla.
Kasih sayang yang dicurahkan Kartini, membuat Nayla sangat menghormatinya, apa lagi Nayla sudah lama tak merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. Yoga saudara kembar Yuda, sangat menyukai kebaikan hati Nayla dia selalu menghormatinya dan tak pernah menyakiti keduanya.
Di toko butik milik Nayla, para karyawan pun sangat menghormatinya, suatu ketika Nayla datang mengunjungi butiknya. Para karyawan kaget, karena semenjak menikah, Nayla tak pernah lagi mengunjungi mereka.
“Bagai mana keadaan kalian semua?” tanya Nayla dengan suara yang lembut.
“Baik, Bu,” jawab mereka serentak.
“Ibu ingin kalian bekerja dengan bersungguh-sungguh, karena dengan kesungguhan kalianlah toko ini bisa berjalan dengan lancar tanpa kendala. Dan jika kalian butuh bantuan, sakit atau punya keperluan penting, kalian jangan sungkan untuk melaporkanya pada Pak Darman, karena beliau itu orang yang Ibu percaya mengurus butik Ibu selama ini.”
“Baik, Bu.”
“Ya sudah, sekarang kalian boleh bekerja kembali.”
“Baik Bu, kami permisi.”
“Silahkan,” jawab Nayla singkat.
Setelah mendatangi setiap butiknya, Nayla pun kembali pulang, setiba didepan rumah, ternyata Yuda telah menanti kedatangannya.
“Gimana kabarnya dengan butik mu Nay?”
“Aman Bang, semua baik-baik saja. Begitu juga dengan karyawannya mereka nggak ada yang mengeluh.”
“Syukurlah kalau begitu, tapi kamu harus ingat Nay, keselamatan dan kesehatan karyawan itu harus diutamakan, agar mereka bisa bekerja maksimal.”
“Iya Bang, Nay akan selalu mengontrol mereka semua.”
“Bagus itu,” kata Yuda singkat.
“O iya Bang Nay mau kedalam dulu, ganti baju, gerah soalnya,” kata Nayla .
“Ya, pergilah!”
Begitulah setiap hari tak ada yang perlu mereka perselisihkan, semua berjalan dengan normal dan biasa-biasa saja. Tapi meskipun demikian, hari-hari mereka terasa begitu sunyi, karena tak ada yang berlari, tersenyum dan menangis dirumah itu.
Nayla merasa jenuh, tanpa seorang anak diantara mereka. Yuda juga pernah menyarankan pada Nayla untuk mengadopsi anak, tapi Nayla menolaknya.
“Kenapa harus mengadopsi anak sih Bang?"
“Abang kasihan padamu Nay, kau terlihat sedih sekali.”
“Nay, baik-baik saja kok Bang!”
“Benar nggak apa-apa? ingat Nay, ini kali ketiga Abang menyarankan mu untuk mengadopsi anak, jika Nay masih menolak juga, Abang janji nggak akan memberi saran itu lagi.”
“Nay akan selalu bersabar, Bang. Sampai Allah memberikan seorang anak untuk kita.”
“Baguslah kalau itu yang menjadi keputusan Nay, Abang akan menghormatinya. Karena untuk mendapatkan amanah itu, tidak semudah yang kita inginkan. Kalau Allah belum berkehendak, ya! Kita mesti sabar.”
“Iya Bang, Nay akan selalu bersabar.”
“Ya udah, mari kita tidur,” ajak Yuda pada istrinya.
Keesokan harinya Yuda sengaja, tidak kerja, karena dia ingin buat kado sepesial untuk istrinya tercinta. Pagi-pagi sekali dia bangun dan menuju ruang tamu, kado sepesial untuk sang istri tercinta, telah tersedia didalam lemari.Yuda pun mengambilnya dan langsung bergegas masuk kamar.
“Nay bangun!" bisik Yuda di telinga istrinya.
Bisikan lembut itu membuat Nayla menggeliatkan tubuhnya yang ramping dan indah.
Dan dengan perlahan dia membuka kelopak matanya. Dengan ucapan memelas.
“Ada apa sih, Bang? Nay masih ngantuk Nih?”
“Coba Nay lihat, apa yang Abang bawakan untuk istri tersayang.”
“Apa sih, coba lihat?”
“Pejam dulu matanya!”
“Apa sih, Bang? Nay jadi penasaran nih,” ucap Nayla manja.
“Nah sekarang coba buka!”
Setelah mata Nayla terbuka, ternyata ada sebuah bingkisan kecil, dihadapannya. Dia pun keburu-buru bangun, untuk segera membuka bingkisan itu.
“Untuk Nay ini, Bang?” tanya Nayla tak yakin.
“Iya untuk mu, masa untuk orang, kan Cuma kita berdua yang ada disini,” jawab Yuda seraya mencolek hidung istrinya yang mancung.
“Oh..so sweet! terimakasih sayang! Nay senang sekali,” kata Nayla seraya membuka kado pemberian suaminya itu.
“Happy anniversary, sayang! Nay telah berhasil menjadi istri yang terbaik selama ini, buat Abang.”
“Apa? Ini kado pernikahan kita? oh sayang, Nay jadi lupa kalau hari ini hari jadi kita!” kata Nayla seraya memeluk suaminya.
“Nay lupa ya?”
“Nggak, Cuma Nay nggak ingat aja!”
“Sama doang!” kata Yuda seraya mencium kening istrinya.
Dengan berhati-hati sekali Nayla membuka kado pemberian Yuda, alangkah terkejutnya Nayla saat kado itu terbuka, ternyata isinya kalung berlian yang sudah lama diinginkannya.
“Hah! Kalung?” ucap Nayla kaget.
“Nay suka?” tanya Yuda memastikan keinginan istrinya.
“Suka! suka banget,” jawab Nayla serius.
“Tapi ingat, Nay nggak boleh lagi bersedih, sebab kalau Nay bersedih terus karena belum dapat anak, maka Abang merasa berdosa sekali. Karena nggak mampu ngasih keturunan untuk istrinya.”
“Iya Bang, Nay janji nggak akan sedih lagi,”
jawab Nayla seraya memeluk suaminya.
kebahagian terpancar diwajah Nayla, Yuda merasa senang, karena baginya kebahagian
istrinya adalah faktor utama dalam rumah tangga yang sedang di bina.
Apapun yang sedang dialami istrinya, pasti menjadi beban dalam hidup Yuda, dan membuat kebahagian rumah tanggapun menjadi kurang harmonis.
Dibalik semua itu, ternyata Allah memberikan suatu keajaiban pada Nayla. Sebulan setelah itu, Nayla positif hamil. Dia mengandung anak pertama, yang selama ini dinantikan.
Mereka berdua sangat bahagia, penantiannya selama ini mendapat jawaban dari Allah Swt, atas kebahagiannya itu Yuda mengadakan sukuran dan mengundang para tetangga terdekat.
Beberapa tahun telah berlalu, rasa suka dan duka mulai menyelimuti kehamilan Nayla, saat kandungannya mulai mencapai bulan kelahiran, Nayla diuji kesabarannya oleh Allah.
Waktu itu, telah terjadi bencana alam tsunami, yang menimbulkan banyak korban berjatuhan, saat itu dr. Yuda terpanggil untuk ikut menjadi relawan di daerah bencana.
Sebenarnya berat sekali hatinya untuk meninggalkan Nayla yang sedang hamil tua dan menunggu masa kelahiran anak mereka, apalagi ini anak pertama yang ditunggu selama tujuh tahun, tapi apa daya tugas telah menanti, keselamatan orang banyak lebih diutamakan dari pada urusan pribadi.
“Bagai mana, Nay? sebenarnya Abang begitu berat sekali, meninggalkan Nayla sendiri dirumah, apa lagi ini udah bulan kelahiran bayi kita. Tapi ini tugas yang nggak bisa Abang tolak,” kata Yuda dengan suara lembut.
“Pergilah Bang, Nay ikhlas kok. Walau Abang nggak mendampingi Nay melahirkan, nanti Nay akan tetap berusaha memberi yang terbaik untuk buah hati kita ini.”
“Terimakasih sayang, kamu istri yang sangat pengertian dan berhati mulia, semoga Allah memberikan kemudahan padamu saat melahirkan nanti.”
“Amiiin! Semoga Allah mengabulkan do’a mu, Bang.”
" Insyaallah."
Nayla memang seorang istri yang setia dimata suaminya, dan hal itu tak pernah diragukan Yuda. Nayla selalu menjaga kehormatan keluarga nya. Sehingga tak pernah terdengar oleh tetangganya tentang keburukan yang dilakukan Yuda sekeluarga.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat
2025-01-24
0
nacl
roman romannya g enak sih
duh jangan sampe deh
2023-02-28
0
Iril Nasri
lanjut
2022-12-14
0