Nayla yang memiliki wajah cantik dan hati yang bersih, bagi Yuda merupakan karunia dari Allah, untuk dirinya.
Begitu pula sebaliknya, Yuda yang memiliki wajah tampan juga mempunyai hati yang mulia, seperti itulah Allah berbuat menurut kehendaknya.
Mereka berdua selalu menjaga keharmonisan rumah tangga yang selama ini mereka bina.
“Hilangkan rasa cemburu saat aku sedang bertugas,” itu yang selalu diingatkan Yuda pada istrinya. Dan hal itupun selalu dimengerti Nayla.
Pagi itu, saat ayam jantan mulai berkokok, Yuda telah bersiap-siap untuk berangkat, ketempat bencana.
Di pandanginya wajah Istrinya sekali lagi, dikecupnya kening Nayla dengan lembut. Terasa berat sekali kakinya melangkah saat itu.
namun tugas kemanusiaan telah menanti, dan Yuda pun pergi meninggalkan rumah di saat istrinya masih tidur. Yuda sengaja tidak membangunkan Nayla saat hendak pergi, karena Yuda takut kalau Nayla akan sedih saat melepas kepergiannya.
Tapi bagi Nayla, lebih sedih lagi jika Yuda pergi secara diam-diam, di saat Nayla terjaga dia tidak melihat Yuda ada bersama dengan dirinya di ranjang.
Segera di raihnya ponsel yang berada di sebelahnya dan dihubungi Yuda yang saat itu masih berada diperjalanan.
“Assalamu’alaikum, Bang!”
“Wa’alaikumsalam, sayang. Nay udah bangun?”
“Kenapa sih Abang perginya diam-diam, Nay kan jadi kuatir."
“Bukankah jika Nay bangun itu lebih parah lagi?”
“Abang kok bicara gitu sih, Nay kan jadi sedih!”
“Maaf, bukan maksud Abang gitu sayang!”
“Lalu apa?” tanya Nayla bermanja.
“Yang terpenting Nay udah tau kalau Abang udah berangkat, sekarang pesan Abang jaga diri Nay baik-baik dan jaga juga buah hati kita.”
“Baik, Bang. Tapi Abang harus jaga kesehatan pula disana, jangan sampai sakit.”
“Baik sayang, Abang pasti ingat pesan Nay.”
“Tapi Abang kapan pulangnya?”
“Belum tentu sayang, belum bisa dipastikan, sebab tempat yang akan Abang tuju ini jauh di pelosok kampung, dan harus mencari suasana tepat untuk ke sana.”
“Wah, Nay jadi merinding!”
“Nggak usah kuatir Nay, lagian Abang perginya nggak sendirian kok, banyak dokter lain yang ikut bersama Abang.”
“Tapi yang terpenting Abang harus jaga kesehatan, tetap sehat dan tetap bugar!”
“Iya Nay, terimakasih. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,” jawab Nayla dengan tetesan air mata.
Kendaraan yang dikemudikan Yuda pun melaju dengan tenang, setenang hatinya setelah menerima telfon dari sang istri tercinta. Sesaat kemudian, matahari mulai tenggelam, Yuda tak mau melewati malam itu di atasi mobilnya, dia pun mencari tempat, dan perjalanan dilanjutkan esok hari.
Dua hari dua malam diperjalanan , barulah Yuda tiba ditempat yang telah mereka sepakati, Tampaknya disana telah banyak yang hadir berkumpul, para dokter, sukarelawan dan para aktifis lainnya.
Setelah pengaturan dilakukan oleh Timsar, ternyata Yuda harus menunggu lagi hingga esok hari, untuk menuju daerah tempat lokasi bencana. Karena pada saat itu, gelombang laut masih tinggi, sehingga sangat sulit untuk dilewati.
Hati Yuda semakin sedih, mengingat para korban yang saat itu sangat membutuhkan pertolongan para medis. Dalam hati Yuda selalu berdo’a pada Allah agar gelombang pasang segera mereda dan bisa untuk dilewati.
Bertepatan dengan saat itu, perut Nayla mulai mengalami kontraksi, tapi sakitnya masih bisa ditahan. Karena dalam hati Nayla masih berharap, agar bayinya lahir saat suaminya sudah kembali pulang.
Nayla terus saja berjalan hilir mudik, mondar mandir di ruang tamu sendirian, Nayla bekerja dan berbuat sesuatu agar rasa sakitnya bisa berkurang, namun rasa sakit itu semakin menderanya.
Nayla mencoba menghubungi suaminya dan Yuda langsung mengangkat telfon itu.
“Ada apa Nay?”
“Perut Nay, Bang! perut Nay udah mulai terasa sakit. Apa Abang bisa pulang?”
“Gimana Abang pulang sayang, Pergi saja belum. Saat ini masih di kota.”
“Apa ? Abang belum berangkat ketempat tujuan?”
“Belum Nay, gelombangnya masih tinggi, kami sebagian masih ditahan disini.”
“Jadi gimana Bang, kalau Nay melahirkan, siapa yang akan menemani Nay nantinya?”
“Sabar ya sayang, Abang akan carikan nanti jalan keluarnya, yang terpenting Nay persiapkan aja dulu segala sesuatunya, nanti kalau bisa minta izin, Abang segera pulang,” kata Yuda menenangkan hati istrinya.
“Benarkan Bang, Abang akan pulang?”
“Insya Allah.”
Kemudian dr. Yuda berfikir sejenak, dan mencoba melangkah keluar rumah. Diluar Yuda melihat banyak para dokter dan para relawan berkemas-kemas, untuk segera berangkat.
Yuda pun merasa ragu mengutarakan niatnya, dalam kekalutannya saat itu, tiba-tiba terlintas dibenaknya Yoga, saudara kembar yang selama ini mendukung karirnya. Tampa berfikir Panjang lagi, Yuda langsung menghubunginya.
“Assalamua’alaikum, Yog.”
‘Wa’alaikumsalam, ada apa Yud?”
“Yog, aku minta tolong, bisa nggak.”
“Minta tolong apa?”
“Begini Yog, saat ini aku sedang berada di daerah bencana tsunami, lagi dipinggir laut nih, agak sedikit bising.”
“Nggak apa Yud, katakan aja kamu ada perlu apa ?”
“Begini Yog, Istriku Nayla saat ini sedang sakit perut, mungkin dia hendak melahirkan, tolong kau ke sana dan bawa dia kerumah sakit. Kamu bisakan Yog?”
“Ooo, gitu. Baiklah Aku akan ke sana sekarang juga.”
“Terimakasih Yog, dan untuk sementara, tolonglah berjaga-jaga dulu dirumah, siapa tau Nayla membutuhkan sesuatu!”
“Baik Yud, perintah akan dilaksanakan.”
“O iya Yog, Mama jangan di beritahu dulu.”
“Baik, pagi ini juga aku akan ke sana memastikannya. Kau jangan kuatir, fokus aja sama tugasmu, aku akan berusaha membantu sebisa yang dia butuhkan.”
“Ya, Baiklah,” kata Yuda setelah memastikan semuanya aman.
Bersamaan dengan itu Yoga langsung berangkat menuju rumah Yuda, Setelah mendapat izin dari Mamanya.
Dengan kecepatan tinggi, sepeda motor yang dia kendarai melaju dijalan raya, raungan suara mesinnya membuat bising telinga yang mendengarnya.
Tapi Yoga tak memperdulikannya, dia malah semakin bersemangat menggas sepeda motornya, hingga melaju lebih kencang lagi.
Setelah tiga jam perjalanan, tibalah Yoga dirumah Yuda. Pintupun langsung diketuknya dari luar, namun tak ada jawaban.
“Apa Nay udah pergi kerumah sakit Ya?” batinnya. ”Ah tak mungkin dia kerumah sakit sendiri. kalau begitu kucoba lagi aja ah, siapa tau dia masih berada didalam,” kata Yoga seraya mengetuk pintu itu secara berulang-ulang.
”Assalamu’alaikum, Nay! Assalamu’alaikum.”
“Siapa diluar? tolong Nay! siapa? Tolong, Nay udah nggak kuat lagi. Oh, tolong!” teriak Nayla dari dalam kamarnya.
“Ini aku Nay, Yoga!”seru Yoga dari balik pintu.
“Oh tolong Nay, Bang? Nay udah nggak kuat lagi?”
“Tapi pintunya terkunci, ada apa? Nay baik-baik saja kan?”
“Nay nggak kuat lagi Bang!"
“Aduh gimana nih!” kata Yoga seraya mencoba mendorong pintu dari luar.
“Coba kau dobrak aja pintunya Bang!"
“Waduh aku nggak berani Nay, nanti kalau pintunya lepas gimana?”
“Kau ini ! kebanyakan komentar tau,” balas Nayla dari dalam kamarnya.
Atas perintah Nayla, Yoga terus berusaha mencoba untuk mendorong pintu dari luar, berkali-kali Yoga mencoba, namun hasilnya tetap saja nihil.
“Aduuuh! kenapa begitu susah ya!” keluh Yoga yang sudah bermandikan keringat.
“Gimana Bang?” tanya Nayla dari balik kamarnya dengan suara pelan.
Sepintas, Yoga mendengar suara Nayla yang sangat pelan, Yoga begitu yakin kalau Nayla pasti sudah begitu lemah dan tak bertenaga.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
nacl
semoga gapapa ya 😇
2023-02-28
0
👑Meylani Putri Putti
kenapa terkunci Thor
2022-12-24
0
👑Meylani Putri Putti
jgn sampai terjadi apa 2 ya Thor
2022-12-24
0