Dalam hal itu, kadang Nayla merasa heran, kenapa harus menangis, bukankah Yoga itu benar, dia melakukan semua ini karena tak ingin melukai pernikahannya dengan Yuda. Lalu siapa yang bersalah sebenarnya?”
terkadang rasa sakit itu memang harus dirasakan agar jiwa sadar dengan apa yang telah mereka lakukan. Dalam kesunyian itu Nayla merenungkan dirinya.
Sementara itu nun jauh disana, suami tercinta Nayla sedang berjibaku, menolong dan mengobati para pasien yang sedang mengalami berbagai penyakit karena bencana.
Siang malam Yuda bekerja tiada hentinya, bahkan dia rela bergadang semalaman demi merawat orang yang membutuhkan keahliannya.
Tak terasa sudah hampir dua bulan Yuda bekerja sebagai sukarelawan, sudah begitu banyak sumbangsihnya terhadap negara, namun bagi Yuda itu masih terasa kurang.
“Bagai mana Yud, apa pasien udah ditangani semua?” tanya dokter kepala.
“Sudah Pak, seperti yang Bapak lihat, mereka semua sudah mendapatkan pelayanan yang maksimal, dan besok mereka sudah bisa kembali ketempat pengungsiannya. Atau bagi mereka yang rumahnya tidak terdampak, bisa pulang kerumah mereka masing-masing,” jawab dr. Yuda dengan suara lembut.
“Tapi ini belum akhirnya Yud.”
“Maksud Bapak?” tanya Yuda seraya mengernyitkan dahinya.
“Di Desa sebelah para korban yang pernah kita selamatkan waktu itu, mereka banyak yang mengeluh mengalami sakit kulit dan diare.”
“Sebenarnya jalan satu-satunya, kita harus mengungsikan mereka ketempat yang lebih aman, agar penyakit seperti itu tak lagi menghinggapi mereka.”
“Tapi mereka semua menolaknya Yud.”
“Itu karena pemerintah tidak mengalokasikan mereka ketempat yang baik dan layak huni.”
“Maksud mu?”
“Coba saja para korban itu diberi rumah gratis dan pasilitas yang lengkap, pasti mereka tak akan menolaknya. Tapi pemerintah bekerja setengah-setengah.”
“Kau benar Yud, tapi kita nggak bisa berbuat apa-apa.”
“Coba saja Bapak perhatikan sendiri, sudah berapa banyak desa yang kita rawat penduduknya.
" Kau benar Yud."
" Dan mereka semua pasti kehilangan segalanya, tempat tinggal, keluarga, hasil kebun dan bahkan hewan ternak mereka, semua juga ludes tersapu air. Mereka semua butuh pertolongan pemerintah untuk mengembalikan semua yang telah diambil dari keluarga mereka.”
“Iya Yud, biarlah nanti akan saya konfirmasikan dengan para pemimpin daerah mereka masing-masing.siapa tau mereka dapat merelokasikan para korban itu ketempat yang layak secepatnya.”
“Lebih cepat lebih baik, agar kita nggak berlama-lama lagi disini.”
“Iya Yud, kalau begitu saya akan periksa tenda-tenda yang lain dulu.”
“Baik Pak,” jawab Yuda singkat.
Walau kesibukan, selalu memaksanya untuk tetap bekerja, namun Yuda tak pernah meninggalkan sang penciptanya, karena berkat rahmat dan karunia nya lah kesehatan dan ilmu yang didapatnya bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Sementara itu Ibundanya dikampung, menghiasi hari-harinya dengan merawat beraneka ragam bunga, kesibukannya itu sengaja dia lakukan agar otot-otot tubuhnya bisa rileks dan tak tegang.
Wanginya beraneka ragam bunga bisa menimbulkan aroma terapi bagi bermacam ragam penyakit.
Taman belakang rumah, yang luasnya tak seberapa, tapi dapat membuat wanita paruh baya ini, menikmati masa tuanya dengan tenang, setelah kepergian sang suami tercintanya.
Ketika sedang asik menyirami bunga, tiba-tiba saja telfon rumahnya berdering, Bu Kartini segera bergegas mengangkatnya.
“Hallo, assalamu’alaikum. Dengan siapa ini?” tanya Bu Kartini pada si penelpon.
“Wa’alaikum salam, Ma ini aku Yoga.”
“Ooo, Yoga! kau dimana sekarang nak? kenapa lama sekali baru ngabarin Mama, padahal Mama udah kangen lhoo.”
“Ah Mama, masih aja anggap aku kayak anak kecil.”
“habis dimata Mama, kamu itu tetap menjadi anak kecil Mama yang lucu.”
“O iya Ma, apa betul kata Dinda, kalau lamaran kerjaku diterima?”
“Betul Yog, kau diterima di SMA pembina Bangsa.”
“Kapan panggilan ulangnya datang Ma?”
“Katanya hari ini, makanya cepat pulang! o, iya Yog, gimana kabarnya Nayla dan cucu Mama?”
“Mereka berdua sehat kok Ma, Mama nggak usah kuatir, tapi masalahnya sekarang, Yuda belum kembali dari tugasnya, jadi menurut Mama, apa bisa aku ninggalin mereka berdua di rumah ini?”
“Waaah! kalau soal itu Mama, agak kuatir juga Yog, coba aja kalau terjadi sesuatu pada mereka, kan kita juga yang susah.”
“Jadi aku harus gimana Ma?”
“Minta izinlah sama Nayla dulu, kalau dia mengizinkanmu baru kau pulang, bilang padanya untuk memastikan lamaran kerjamu.”
“Baik Ma!” jawab Yoga singkat.
“Ya udah kamu hati-hati disana , jangan nakal sama Nayla!”
“Ah Mama, masa aku dibilang nakal segala sih?”
“Masa bercanda aja, Mama nggak boleh, ya udah Mama tutup ya?”
“Ok, Ma! assalamua’laikum.”
“Wa’alaikum salam.”
Sambil tersenyum-senyum geli, Bu Kartini menaruh gagang telfonnya. Sementara itu Dinda yang sedari tadi mendengarkan percakapan Bu Kartini dengan Yoga merasa senang, karena Yoga akan kembali pulang kerumahnya.
“Jadi benarkan Ma? Yoga mau pulang?”
“Hanya dua hari, itupun melihat lamaran kerjanya.”
“Jadi Yoga nggak kerumah ini dong, Ma?”
“Entahlah Din, Yoga sendiri nggak bilang kalau dia mau datang kerumah ini.”
“waah! kalau gitu Yoga nggak kangen sama Mama, dong!”
“Yoga kangen ama Mama, atau kamu yang kangen ama Yoga.”
“Ah..Mama, bisa aja!”
“Sabar Din, kalau Yoga itu jodohmu pasti dia akan datang menemui mu nantinya.”
“Tapi Ma, kenapa selama ini Yoga nggak pernah mengutarakan niatnya sama Dinda Ya?”
“Berarti Yoga udah menganggap Dinda teman sejatinya.”
“Itu dia masalahnya Ma.”
“Masalah apa Din?”
“Kalau ternyata Yoga hanya menganggap Dinda, selama ini sebatas teman biasa, lalu gimana jadinya dengan cinta Dinda, Ma.”
“Jadi kau benar-benar suka sama Yoga, Din?"
“Benar Ma, bahkan udah lama sekali.”
“Kenapa kamu diam saja?”
“Aku malu Ma.”
“Bagus kalau kamu punya rasa malu, itulah sifat wanita yang sesungguhnya, selalu mengutamakan rasa malu. Baiklah nanti kalau Yoga pulang, Mama akan coba mengajak nya bicara tentang masalah kamu Din.”
“Oh, benar Ma? alhamdulillah!” kata Dinda dengan senangnya.
Sementara itu ditempat Nayla, saat Yoga memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk pergi,ternyata Nayla sudah berdiri didepan pintu, Yoga yang mengetahui kehadirannya, datang menghampirinya.
“Kenapa sembunyi-sembunyi, ayo masuk!” ajak Yoga pada Nayla.
“Nay udah dengar semuanya, Bang.”
“Baguslah, kalau Nay udah dengar, jadi Abang nggak bersusah payah lagi bicara sama Nay.”
“Jadi benar Abang mau pergi ninggalin kami berdua?”
“Hanya tiga hari saja Nay, habis itu Abang akan kembali lagi kesini. Gimana apa kamu nggak keberatan?”
“Nggak Bang, Nay nggak keberatan, bahkan Nay selalu dukung usaha Abang itu sepenuhnya. Tapi!”
“Tapi apa Nay?”
“Setelah kepergian mu pasti Nay merasa kesepian, sedangkan Bang Yuda belum tau entah kapan kembalinya.”
“Sabar Nay, Sebentar lagi Yuda bakalan pulang kok, lagian Abang perginya Cuma tiga hari.”
Bersambung...
\*Selamat membaca\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Iril Nasri
kisah yang sangat menyakitkan hati
2022-09-28
0
Iril Nasri
kisah yang sangat menyakitkan hati❤💞
2022-09-28
0
Jaja Arinda
mtb...
2022-08-06
0