Gemuruh Cinta Sang Guntur
Derasnya hujan yang membasahi bumi malam ini tidak menghalangi Guntur untuk meninggalkan rumah. Setelah adu mulut dengan istri Ghani, sepupunya ia keluar dari rumah keluarga Emran, sang paman yang sudah ia panggil papa selama ini.
Suasana hatinya sedang dalam keadaan tidak baik. Mungkin karena banyak yang menanyakan kapan menyusul saat acara syukuran kehamilan istri Tomi.
Mama Ghani merupakan adik papanya, Rizal yang berprofesi sebagian dokter. Sedang Tomi anak dari mendiang kakak papa Ghani. Sejak kecil mereka tinggal satu atap.
Semua baik-baik saja ketika masing-masing dari mereka masih sendiri. Tapi sekarang, ketika dua orang pria yang bersamanya itu sudah memiliki istri, hidupnya jadi semakin ribet dan teraniaya.
Hujan yang sangat deras membuat jalanan tidak terlihat jelas. Guntur melihat sekelebat orang melintas di depan mobilnya.
"Ciiiittttt...!!" Ban mobil yang bertemu aspal itu berdecit nyaring karena Guntur rem mendadak.
Setelah memarkirkan mobil agar tidak mengganggu orang lewat. Pria itu turun dari mobil di bawah derasnya hujan dan suara guntur yang menyambar-nyambar. Ia ingin memastikan yang lewat benar-benar manusia bukan bayangan setan yang menghambat jalannya.
Ternyata benar-benar manusia, seorang perempuan yang hanya menggunakan piyama cream dengan rambut terurai. Sudah persis kuntilanak yang berkeliaran di malam hari.
"Heiii, kalau mau bunuh diri jangan di tengah jalan raya!! Itu tindakan bodoh yang bisa mencelakakan orang lain!!" Teriak Guntur geram, dia sudah tersulut emosi sejak di rumah tadi.
Gadis itu ingin memaki balik tapi tidak memiliki tenaga, sebab tubuhnya menggigil kedinginan.
"Kau tidak punya mulut, hah. Setidaknya mengucapkan terimakasih karena aku tidak membuatmu langsung ke neraka!!" Ucap Guntur yang benar-benar kesal. Menarik perempuan yang berdiri tegak seperti pohon itu ke pinggir jalan.
Ia kembali ke mobil, sebelum menjalankan mobilnya Guntur melihat gadis itu tidak bergerak.
"Apa yang kumaki itu bukan manusia?" Tanyanya dalam hati dengan bulu kuduk merinding. Ih, sudah dipegang-pegangnya lagi. Untung bukan dia yang dilemparkan kuntilanak itu ke neraka duluan.
Guntur cepat menghidupkan mobil, tapi sebelum mobil berjalan ia mendengar suara benda jatuh. Guntur menoleh, tubuh yang ditariknya tadi itu ambruk ke tanah.
"Bukan hantu," desisnya cepat turun menolong gadis itu.
"Kau ini menyusahkan saja!!" Omel Guntur, membangunkan perempuan itu dan memasukkan ke mobil. "Masih sadar," pikirnya. Tapi kenapa tidak menjawab, apa dia sedang menolong perempuan bisu.
"Aku harus mengantar ke mana, kau tidak perlu merepotkanku dengan mengurusmu yang sakit lagi." Guntur tidak berhenti mengoceh meluapkan kekesalannya.
Gadis itu menggeleng lemas kemudian menjawab dengan pelan, "aku tidak punya rumah."
"Kau ternyata tidak bisu dan benar-benar menyusahkanku." Guntur bernapas berat memikirkan kesialan hidupnya ini.
Terpaksa dia membawa perempuan itu ke hotel milik keluarga Emran, sang paman. Pegawai Emeral hotel menyambut Guntur dengan sopan. Ia minta disiapkan dua kamar dan pakaian ganti untuk dirinya dan gadis yang dituntunnya ini.
"Hapus setiap jejak saat aku masuk ke sini, jangan sampai terlihat aku membawa perempuan." Titah Guntur pada petugas keamanan hotel yang masih bisa di dengar gadis itu.
"Siap Pak, semua akan aman." Jawab petugas keamanan itu. Guntur segera membawa gadis yang hampir mati kedinginan ke kamar.
"Maaf Pak, semua kamar penuh karena sedang ada perusahaan yang gathering memesan seluruh kamar malam ini. Bapak bisa menggunakan kamar Pak Ghani biasanya."
Guntur terpaksa mengikuti saran resepsionis itu. Bukan dia yang mengurus hotel ini, jadi tidak tau kalau sedang ada perusahaan yang gathering.
"Kau masih bisa mandi dan ganti pakaian sendirikan. Tidak perlu aku yang memandikan!!" Sarkas Guntur tidak ada ramah-ramahnya, gadis itu mengangguk takut. Apalagi hanya berduaan dengan lelaki asing yang menolongnya.
Guntur melemparkan pakaian yang diberikan pegawai hotel padanya. Gadis itu langsung masuk kamar mandi setelah mengambil pakaian yang Guntur lempar tapi jatuh ke lantai. Sepuluh menit kemudian keluar dengan menggunakan kimono.
Sedang Guntur mandi di ruang kerja Zaky, suami Ghina yang mengelola hotel ini. Ghina merupakan adik Ghani, umur mereka hanya selisih tiga menit.
Guntur kembali ke kamar tadi, untuk memastikan gadis yang dibawanya bisa menggunakan fasilitas mewah di kamar president suite itu.
"Kenapa masih belum pakai baju, kau sengaja ingin menggodaku, hah. Atau kau pura-pura tertabrak agak bisa memerasku!!" Teriak Guntur murka karena merasa terjebak dengan situasi yang menyulitkan ini.
"Bu—bukan," ucap gadis itu gagap karena ketakutan. "Aku mau pake bajunya tapi gak ada pakaian dalamnya."
Kalimat paling panjang yang Guntur dengar. Pria itu benar-benar frustasi kerena hidupnya dibuat susah perempuan. Pertama Khalisa istri Ghani, kedua Anindi istri Tomi dan sekarang. Perempuan tidak dikenal ini juga ingin menyiksa hidupnya.
"Berapa ukurannya?" Tanya Guntur dengan berteriak, "apa perlu aku juga yang mengukurnya!!" Sarkasnya, membuat pipi pucat perempuan yang kedinginan itu memerah karena malu.
Malu-malu perempuan itu menyebutkan ukuran pakaian dalamnya.
"Tunggu nanti ada yang mengantarnya. Aku tidur di luar!!" Kesal Guntur, malam ini dia ingin tenang, bukan malah repot mengurus perempuan yang tidak dikenal.
"Terimakasih, maaf menyusahkanmu. Tapi aku takut sendirian di kamar sebesar ini." Ucap gadis itu pelan karena takut.
Guntur memijat kepalanya yang berat karena mandi hujan malam-malam.
Gadis itu mengambil bantal dan selimut, karena ruangan itu super besar jadi dia bisa tidur di sofa tanpa mengganggu orang yang sudah menolongnya. Ia yakin lelaki itu orang baik jadi tidak khawatir kalau diapa-apain.
Tidak lama petugas hotel datang membawakan pesanan Guntur.
"Cepat ganti baju, jangan sampai ada yang berpikir aku menggagahi tubuhmu. Atau itu sengaja kau lakukan untuk menjebakku!!" Tuduh Guntur lagi, gadis itu merasakan hatinya tersentil. Ia cepat kembali ke kamar mandi.
Ditolong saja sudah syukur, ingin membalas ucapan Guntur dia tidak berani. Setelah berganti pakaian ia membaringkan tubuh di sofa dan berkelumbun selimut. Karena tubuhnya masih kedinginan.
Sedang Guntur sudah terlelap lebih dulu saat gadis itu berada di kamar mandi. Dia tidak peduli gadis itu mau tidur dimana.
Gadis itu terbangun lebih dulu, ia sudah mandi dan tetap menggunakan pakaian tadi malam. Netranya menatap ke luar jendela, setelah hari ini tidak tau harus kemana. Dia tidak memiliki uang sepeserpun dan tidak punya pakaian.
Sendal saja tidak punya, dia keluar rumah hanya menggunakan pakaian di tubuhnya tanpa sendal.
"Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain melamun!" Seru Guntur.
Gadis itu menegang ketakutan, tubuhnya selalu membunyikan alarm tanda bahaya saat Guntur bicara.
"Maaf," ucapnya pelan tanpa membalikkan badan.
"Apa maaf bisa mengembalikan waktu yang terbuang percuma?" Tanya Guntur garang, gadis itu menggeleng pelan. Ingin menangis, tapi ini tidak ada apa-apanya dibanding kenyataan hidupnya yang tragis.
"Sampai kapan kau mau menumpang di kamarku ini?"
"Sekarang juga saya akan pergi," jawabnya gemetar.
Ingin sekali ia menghajar laki-laki yang sangat kasar itu, andai tidak berhutang budi.
Gadis itu berjalan pelan keluar kamar. Karena kakinya yang luka baru terasa sakit. Tadi malam ia berlari tidak menggunakan alas kaki.
Guntur menyadari ada yang terluka di kaki gadis itu, tapi dia sangat gengsi untuk memberikan pertolongan. Tidak ingin gadis itu semakin besar hati karena ditolongnya.
...💥💥💥...
Ternyata Guntur masih takut sama kuntilanak 😄
Awas kalau kamu jatuh cinta Guntur. Author gak akan tanggung jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Rohad™
Izin jejak dulu thor 😄.
13-10-23 | 09.43
2023-10-13
1
anie
Daddy Guntur Yara ini mah....galak betul😎
2023-02-21
0
Ratihtyas
q do'ain moga guntur bucin wkkwk
2023-02-13
0