Disarankan membaca story Ajari Aku Mencintaimu terlebih dulu untuk mengenal keluarga Guntur 😊.
Bantu support cerita ini biar banyak diihat pembaca lain, aku usahakan up setiap hari buat kalian😊.
...🌷🌷🌷...
Yumna tidak tau harus kemana, dia berjalan tanpa menggunakan sendal keluar dari hotel. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu nekat kabur dari rumah tanpa membawa apa-apa.
Karena berjalan sambil melamun Yumna menabrak seorang perempuan cantik, “maaf,” lirihnya sambil menundukkan kepala malu.
Entah sudah sejauh mana dia menyisiri jalan dengan kakinya yang sakit. Ia berada di depan sebuah ruko dekat taman. Yumna melirik ke toko yang menjual berbagai macam makanan, perut yang sejak siang kemaren tidak diisi melakukan aksi protesnya. Tapi ia tak memiliki uang.
“Ah, tidak papa.” Perempuan itu meneliti penampilan Yumna dari atas hingga bawah, pakaiannya bermerek tapi gadis itu tidak menggunakan alas kaki.
“Kakinya terluka mbak. Ayo saya obati di dalam,” ajak perempuan itu.
“Jangan takut, ayo.” Anindi menuntun Yumna masuk ke tokonya. Ya, perempuan itu adalah Anindi, istri Tomi.
Yumna mengangguk mengikuti perempuan itu, dia di ajak ke sebuah ruangan yang besar.
Anindi meminta pegawainya untuk mengambilkan air dan kotak obat. Ia berjongkok memasukkan kaki Yumna ke dalam baskom. Gadis itu cepat mencegahnya.
“Jangan Bu, saya bisa sendiri.” Tolak Yumna halus, memasukkan kakinya sendiri ke dalam baskom dan mencucinya.
“Bibiiii, kaki kakaknya kenapa?” tanya Arraz saat melihat kaki yang diamati bibinya itu luka-luka.
Arraz merupakan putra Ghani, ia baru datang berkeliling bersama babysitter. Kedua orang tuanya sedang berbulan madu, jadi ia ikut sang bibi.
“Luka Sayang, Arraz duduk di sana ya. Bibi obatin kaki kakak ini dulu,” ujar Anindi. Bocah berusia tiga tahun itu mengangguk. Menurut pada bibinya, duduk di samping Yumna.
“Saya sendiri aja Bu,” Yumna mengambil salep di tangan Anindi dengan sopan.
“Kamu mau kemana?” tanya Anindi hati-hati. Gadis yang sedang dia tolong ini seperti sedang punya masalah.
“Gak tau mau kemana Bu,” jawab Yumna sambil tersenyum. Tiba-tiba perutnya berbunyi nyaring.
“Kakak belum makan?” tanya Arraz.
Yumna mengangguk malu, mau tidak jujur dia bisa semakin kelaparan. Biarlah harga dirinya anjlok karena meminta belas kasihan orang lain.
"Kakak tunggu sebentar," Arraz turun dari sofa berlari kecil keluar diikuti babysitter.
Anindi tersenyum melihat keponakannya yang sangat murah hati itu. Dia tau kemana Arraz pergi.
“Tinggallah di sini untuk sementara, kebetulan saya sedang mencari karyawan.” Ucap Anindi sedikit berbohong, agar gadis itu tidak menolak dan menjatuhkan harga dirinya karena merasa dikasihani.
“Benarkah saya boleh bekerja di sini.” Ucap Yumna dengan berbinar cerah, “tapi saya tidak membawa ijazah atau apapun."
“Tidak perlu ijazah, yang penting kamu bekerja dengan sungguh-sungguh dan jujur. Saya bisa memanggilmu siapa?” ujar Anindi ramah.
“Yumna,” jawab gadis itu ceria karena sudah mendapatkan tempat tinggal dan pekerjaan sekaligus.
Sungguh Tuhan Maha baik mengirimkan orang-orang baik untuk menolongnya, dari tadi malam hingga sekarang. Tanpa tau dua orang yang menolongnya itu tinggal satu atap.
“Saya Nindi, kamu jangan sungkan. Nanti ada yang mengajarimu di sini." Istri Tomi itu mengambil posisi duduk di samping Yumna.
“Terimakasih bantuannya Bu,” ucap Yumna tulus. Dia merasa sangat terbantu dengan pekerjaan dan tempat tinggal ini.
“Tidak perlu memanggil dengan formal begitu,” ucap Anindi seraya tersenyum.
"Kakak makan dulu, Arraz sudah belikan makanan buat kakak." Ujar Arraz meminta pada babysitter untuk meletakkan makanan di meja.
"Makanlah, jangan malu." Anindi mendudukkan Arraz di sampingnya.
"Dedek mau makan juga?" Gumam Arraz seraya mengelus-elus perut Anindi.
"Belum Sayang, kita nanti makan bareng Paman aja ya."
Yumna tersenyum melihat bocah kecil yang sangat penurut pada perempuan yang dipanggilnya bibi itu. Ia membuka plastik yang berisi nasi lengkap dengan air minumnya.
"Kakak mau kue enak?" Tawar Arraz, "semua kue di sini enak." Promosi bocah itu.
"Eemm, ini sudah cukup." Tolak Yumna sungkan sambil menyuap nasi porsi jumbonya.
Tapi anak lelaki itu tidak mendengarkan perkataan Yumna. Turun dari sofa kemudian berlari kecil meminta pegawai toko untuk membawakannya beberapa potong kue.
"Jangan malu-malu, habiskan makannya. Atau saya pergi dari sini dulu biar kamu gak malu." Perempuan yang sedang hamil itu khawatir gadis di sampingnya ini malu untuk makan karena ada dia di sana.
"Jangan, Ibu di sini aja." Cegah Yumna, mana mungkin dia mengusir pemilik toko yang baru menjadi bosnya ini.
"Ini semua buat kakak," seru Arraz dengan senyuman cerah saat pegawai meletakkan tiga potong kue di meja kaca.
Yumna sontak membulatkan mata, "kakak mana bisa makan sebanyak itu dek, nasinya aja banyak banget." Gadis itu meringis melihat jamuan di hadapannya.
"Kakak benar Sayang, mana bisa ngabisin semuanya sekaligus." Anindi terkekeh kecil menyisir rambut keponakannya dengan jemari.
"Tapi bisa buat dimakan nanti kan Bi?" Arraz menoleh pada Anindi.
"Bisa, biar kakaknya makan dulu. Jangan Arraz ganggu ya."
"Arraz main dulu boleh?" Izin putra Ghani itu setelah mengangguk.
"Boleh, tapi mainnya di dalam sini aja ya."
"Siap Bibi, minta cokelat dulu." Ujarnya seraya mengulurkan telapak tangan ke hadapan Anindi.
"Cukup tiga ya, kata bunda gak boleh lebih kan." Anindi memberikan tiga buah cokelat koin pada Arraz. Bocah laki-laki itu sangat suka cokelat koin.
"Tapi bunda gak ada di sini Bibi," sebut Arraz agar diberikan jatah lebih.
"Bibi bisa telepon Bundamu sekarang," ucap Anindi sambil terkekeh kecil melihat wajah putra Ghani dan Khalisa itu cemberut.
"Arraz cuma mau ngasih buat kakak," katanya lesu.
"Kasih punya Arraz aja, berbagi itu kan baik. Apalagi memberikan apa yang sangat kita sukai. Itu pahalanya banyak," nasehat Anindi.
"Iya deh, biar Arraz dapat banyak pahala." Tukas Arraz memberikan dua cokelat koin pada Yumna.
"Buat Arraz aja, Kakak sudah makan nasi terus masih ada kue yang belum dimakan." Tolak Yumna, kasihan pada bocah kecil yang terlihat sangat suka pada cokelat koin itu.
"Bisa kakak simpan buat dimakan nanti," paksa Arraz meletakkan cokelat koin di telapak tangan kiri Yumna. Gadis itu menurut saja menerima pemberian Arraz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Ratihtyas
gemes sama arraz, sudah deket sama calon onty
2023-02-13
0
Umi Jasmine
lanjut
2023-01-23
0
Sutikno 23
asik dapat rejeki bisa menjadi pegawai
2023-01-20
0