“Ayo Sayang ikut Mama, kamu mandi dulu. Apa Guntur marah-marah, jadi kamu ikut dalam keadaan berantakan seperti ini.” Hasna merapikan rambut Yumna yang carut-marut.
“Enggak Tante, Ara tadi yang maksa ikut, buru-buru jadi gak sempat sisiran.” Jawab Yumna berbohong mengikuti perempuan paruh baya itu ke kamar tamu.
"Jangan sungkan, panggil Mama aja. Teman-teman Guntur juga panggilnya Mama." Ujar Hasna, Yumna mengangguk ragu.
“Mandilah, Mama tinggal dulu ke belakang.” Perempuan paruh baya itu meninggalkan Yumna sendirian di kamar.
Kenapa semua orang baik padanya, kecuali pria dewasa yang tidak mau dipanggil Om itu. Semakin banyak orang yang berbaik hati padanya, maka semakin banyak orang yang dia repotkan.
Ia bingung harus mengadu kemana. Pulang? Pasti Daddy sudah menyiapkan acara pernikahan untuknya. Diam di keluarga ini akan menyusahkan saja.
"Melamun lagi!" Tegur Guntur membawakan pakaian ganti untuk Yumna.
"Nggak melamun, cuma lagi mikir," sahut Yumna manyun.
"Mikir mau kabur dari sini!" Pria itu memasukkan tangan ke saku celana, bersandar di daun pintu setelah melempar pakaian yang dibawanya ke tempat tidur.
"Ara dari semalam belum ganti pakaian dalam," gadis itu mengalihkan pembicaraan.
Guntur menghela napas panjang, ingin sekali menari-narik rambut gadis ini saking kesalnya.
"Mau aku pinjamkan punya Mama, hah!!"
"Pinjam duit, Ara mau beli. Nanti uangnya Ara ganti kalau sudah kerja." Katanya seraya menjulurkan tangan pada Guntur.
"Kau ini menyusahkan!" Geram, Guntur mengacak-ngacak rambut Yumna dengan kedua tangannya. Ingin menjambak, tapi tidak tega.
"Rambut Ara rusak, ini sudah lama gak ke salon." Katanya menyisir rambut dengan jari-jemari.
"Abang, nikah itu enak gak. Ara mau nikah aja biar gak nyusahin kalian. Gak bikin Abang repot lagi," gumam Yumna pelan.
"Nikah itu enak kalau kalian sama-sama mencintai dan bisa menghargai," jawab Guntur. Dia saja belum menikah mana tau rasanya menikah. Yang dia lihat perempuan hanya merepotkan saja.
"Abang sudah menikah?" Tanya Yumna, Guntur menggeleng pasti. "Kenapa?" Tanya gadis itu lagi.
"Perempuan hanya menyusahkan saja!"
Yumna mengangguk-angguk, "tapi yang melahirkan Abang juga perempuan."
"Sudahlah aku malas berdebat, mandi sana. Jangan coba-coba pergi dari rumah ini!" Peringat Guntur.
"Iya, Ara gak akan kabur. Ara tau diri kok, gak boleh menyusahkan orang lagi." Gumamnya sendu.
Guntur keluar dari kamar Yumna mendatangi sang ibu di dapur. Terlalu lama bersama gadis itu bisa-bisa nanti dia semakin iba.
“Mah, Guntur mau pergi sebentar. Nitip anak kecil itu dulu ya?” pamit Guntur mengecup pipi sang mama.
“Kamu mau kemana? Katanya tadi mau tidur.”
“Ada urusan sebentar Mah, nanti aku pulang kalau ingat.” Jawab Guntur dengan cengiran lebar.
“Jangan macam-macam, kamu menelantarkan anak orang, hah. Atau Mama akan langsung nikahkan kamu sama anak kecil itu!”
“Guntur gak telantarin Mah, buktinya Guntur bawa ke sini. Bukan Guntur tinggal di pinggir jalan,” sahut Guntur asal. Membuat sang mama tambah kesal, setelahnya dia melimpir kabur dari dapur.
"Punya anak laki satu, kelakuannya masyaAllah." Gumam Hasna sambil membuat adonan kue kering.
“Abang mana Mah?” tanya Yumna. Setelah selesai mandi ia menyusul pemilik rumah ke dapur. Dia sudah menggunakan baju yang lebih layak pakai.
“Katanya ada urusan sebentar, kamu tunggu aja di sini ya Sayang.” Ujar Hasna, Yumna mengangguk pelan. Semoga Guntur tidak sengaja meninggalnya di sini seperti anak orang hilang.
“Kamu sudah sarapan Sayang?”
“Sudah, tapi Ara boleh coba itu?” tanyanya tanpa sungkan melihat cemilan yang Hasna buat, sepertinya sangat enak.
“Makanlah sepuasnya, ini biasanya Mama bikin buat Guntur. Dia sangat suka nyemil, jadi Mama selalu sediakan kalau dia pulang.”
Yumna mengangguk saja, tapi mulutnya tidak berhenti mengunyah. "Enak," gumamnya.
"Kamu suka?"
"Banget," Yumna tersenyum lebar.
"Makanlah yang banyak, nanti Mama siapin buat kamu bawa pulang." Hasna ikut tersenyum, gadis itu sepertinya tidak pemalu.
“Ara boleh berkeliling di rumah ini Mah?” tanya Yumna. Dia tidak melihat satupun pelayan di rumah besar ini.
“Boleh, sendirian gak papa. Mama gak bisa menemani, ini masih banyak.” Hasna menunjuk pada adonan yang sedang dia cetak.
“Iya gak papa, Ara sendirian aja Mah.” Ujar Yumna, dengan semangat ia keluar dari pintu belakang berkeliling di sekitar rumah.
Gadis itu berhenti di dekat kolam renang. Seperti anak kecil memain-mainkan air. Sedari kecil dia memang terbiasa hidup sendirian tidak punya teman. Kalau ingin pergi keluar pasti harus dikawal.
Dari SD sampai SMA dia homeschooling, baru saat kuliah Yumna melihat dunia luar, itupun tidak lepas dari bodyguard yang mengikutinya. Karena itu juga dia ketangkap basah saat pacaran dengan Geo.
“Ara pulang!!” Aga menarik Yumna dari belakang.
“Abaang!” Teriak Yumna tertahan karena mulutnya langsung dibekap sang kakak dengan sapu tangan.
Yumna hanya menendang-nendang semampunya agar bisa terlepas. Tapi gagal, Aga menggendongnya ke mobil. Mereka keluar dari pintu belakang, penjaga di saja sudah Aga amankan.
Aga melepaskan bekapannya saat mobil sudah melaju keluar dari kediaman Guntur. Pria itu memeluk sang adik dengan penuh kasih sayang.
"Maafkan Abang Sayang, ini semua demi kebaikan Ara."
"Abang jahat," gumam Yumna.
"Ara ngertikan kenapa selama ini Daddy tidak mengenalkan Ara pada siapapun. Semua untuk Ara Sayang."
"Apa kalau Ara menikah, Ara gak akan dikejar-kejar lagi?"
"Iya Sayang, kalau Ara menikah mereka gak akan mengejar Ara lagi. Ara akan aman." Aga membelai lembut pipi sang adik, "Abang sayang sama Ara. Kami gak mau Ara terluka."
"Ara mau menikah asal Abang lepasin Geo," pinta Yumna.
"Geo itu jahat Sayang, dia gak baik buat Ara. Selama ini dia cuma pura-pura baik sama Ara." Jelas Aga, tapi adiknya itu menggeleng tidak percaya.
"Ara akan menikah kalau Abang lepaskan Geo!" Tegas Yumna.
"Nanti Abang bilang sama Daddy," Aga mengusap-usap bahu sang adik. Selama ini dia tidak pernah memperlakukan adiknya ini dengan kasar. Hanya saat Yumna kabur Aga jadi kalang kabut dan terbawa emosi.
"Abang janji? Abang gak bohongin Ara kan?"
"Enggak Sayang," Aga mengecup kening adik kecilnya. Setelah ini mereka akan sulit menemui Yumna. Sebenarnya dia juga tidak setuju dengan pernikahan ini. Tapi hanya pernikahan ini yang bisa menyelamatkan Yumna.
"Istirahatlah, setelah ini akan melelahkan buat kamu Sayang. Maafkan Abang hanya bisa melindungimu dengan cara seperti ini."
"Ara takut Bang," lirih Yumna pelan.
"Ara akan baik-baik saja, walau nanti Abang gak ada di dekat Ara. Tapi Abang akan menjaga Ara dari jauh. Percaya sama Abang, Sayang."
"Apa calon suami Ara orang baik?" Yumna menatap sang kakak dengan sendu.
Aga tidak bisa menjawab, bagaimana bisa dikatakan baik. Kalau orang yang selama ini memburu Yumna adalah orang yang ingin menikahinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nani Suryani
ada di dunia Kiya yang selalu ada jawaban untik lawan debatnya. berarti Yara, Kiya menuruni sifat mommy Ara.
2024-05-14
0
dementor
👍👍👍👍👍
2023-05-15
0
Febriyantari Dwi
Orang 6g memburu Yumna ,orang yg mau manikainya?!?... siapa ya?....
2022-09-23
0