Setelah memoles tipis wajah sang putri, Ayumi membawa putrinya ke bawah. Semua keluarga mempelai laki-laki sudah menunggu di sana. Pernikahan itu disulap dalam sekejap tapi tidak mengurangi kemewahannya. Karena Tora benar-benar memberikan yang terbaik untuk putrinya tersayang.
Yumna hanya menunduk, tidak ingin menatap siapa lelaki yang ada di sampingnya.
“Sudah siap?” tanya penghulu.
“Sudah, bisa langsung kita mulai sekarang Pak,” jawab calon suami Yumna dengan suara berat.
Yumna tidak menangis, apalagi di saat terjepit seperti ini. Ayahnya selalu mengajarkan, jangan tunjukkan kelemahan disaat berada dalam kesulitan. Ijab kabul langsung dilakukan, lelaki itu menjabat tangan penghulu. Gadis yang dipanggil Ara itu tetap tersenyum dalam dukanya.
"Mas, apa Ara akan baik-baik saja bersama orang itu?" Tanya istri Aga khawatir pada suaminya.
"Semoga Sayang, semoga Ara tidak berada dalam bahaya lagi."
"Tapi menikah dengan penjahat itu bahaya terbesar, Mas." Lirih sang istri, Aga merangkul pinggang istrinya untuk menenangkan.
"Aku akan mengawasi Ara Sayang, tidak akan membiarkan lelaki itu menyakitinya." Ucap Aga, walau dia belum tau cara menyelamatkan Yumna selanjutnya.
“Hentikan!!” teriak Emran saat rangkaian ijab kabul diucapkan.
Yumna mengangkat wajah mendengar suara itu, dan bibirnya tersenyum cerah. Secercah harapan menyapanya, lelaki paruh baya itu menatapnya dengan lembut.
“Sini Sayang,” panggilnya pada Yumna.
Yumna berdiri mendekati Emran dan memeluknya dengan tangis haru. Tidak menyangka keluarga itu mau menyelamatkannya.
“Lepaskan gadis ini, aku akan mengganti berapapun kerugiannya!” lanjut Emran.
“Kau tidak bisa seenaknya di rumahku Emran!!” teriak Tora murka. Kelancangan Emran bisa membuat putrinya dalam bahaya besar.
Ayumi segera bertindak, meminta maaf pada penghulu dan tamu undangan. Dia meminta agar semua tamunya segera pulang. Acara ini tidak bisa dilanjutkan.
“Aku tidak akan melepaskannya Emran, Tora sudah menyerahkannya padaku.” Lelaki yang kesenangannya terhenti itu berdiri mendekati Emran.
“Kau ingin menjual putrimu pada lelaki brengsek ini Tora!!” Teriak Emran semakin murka.
"Daddy, dia orang yang menangkap Ara dulu." Tora mengangguk mendekati putrinya, meminta putranya agar waspada kalau Brayen bertindak sekarang. Dia tidak punya rencana lain lagi, Emran terlanjur mengacaukan rencananya.
"Sama Daddy Sayang," Tora merentangkan tangan. Lalu berbisik di telinga Emran, "kau menggagalkan rencanaku Emran. Ara bisa mati di tangan Brayen karena ulahmu. Kau datang tanpa membawa pasukan."
"No Daddy!" Tolak Yumna dengan gelengan.
"Cepat bawa putriku pergi dari sini, biar kuselesaikan ini dengan Brayen." Lanjut Tora berbisik, "jaga diri baik-baik Sayang. Ikut Om ini pulang, kalau semua sudah aman Daddy akan menjemputmu." Ucapnya pelan pada sang putri.
“Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan gadis kecil ini Emran!” tawa Brayen pecah. “Berani kau membawanya itu artinya kau menyatakan perang denganku.” Decak lelaki itu angkuh.
“Aku tidak takut denganmu. Aku tunggu tantanganmu itu,” jawab Emran dengan tersenyum miring. Membawa pergi Yumna dari kediaman Tora. Ia tidak tau kalau Tora sudah memiliki rencana untuk melenyapkan Brayen.
"Masuk Sayang," Emran membukakan pintu mobil belakang. Dia hanya berdua dengan putranya Ghani mendatangi kediaman Tora.
Emran melarang Guntur yang ingin menyusul, memintanya untuk membawa Hasna ke rumah. Takut terjadi apa-apa, karena Aga menjemput Yumna di sana pagi tadi.
Mobil yang dikemudikan Ghani itu langsung meluncur. Di kursi penumpang Yumna melamun. Dia mendengar apa yang sang daddy bisikkan pada Emran tadi. Apa sebenarnya yang tengah daddy-nya itu rencanakan.
"Apa Daddy akan baik-baik aja?" Tanya Yumna khawatir.
"Daddy-mu bukan orang yang lemah Sayang, hanya kamu kelemahannya. Tenanglah, mereka semua akan baik-baik aja di sana." Emran tersenyum menoleh ke belakang.
"Daddy dalam bahaya karena Ara," lirihnya.
Emran menggeleng, "ini bukan karena Ara. Semua karena pekerjaan Daddy-mu sendiri yang membuatmu dalam bahaya."
"Tutup semua pintu masuk, kecuali jika Tomi dan Guntur yang datang. Selain itu jangan dibuka, perketaat penjagaan!!" Perintah Emran saat melewati pintu gerbang.
"Siap Pak," jawab petugas keamanan yang berjaga di sana serentak.
Emran membawa Yumna masuk lebih dulu. “Mah tolong buatkan teh buat Ara,” pintanya seraya mengajak gadis itu duduk.
“Jangan takut Sayang, kamu aman di sini.” Emran memeluk Yumna, andai putrinya yang mengalami seperti ini dia juga pasti akan melindunginya bagaimanapun caranya.
“Terimakasih sudah menyelamatkan Ara,” ucap Yumna sangat pelan.
“Ara berhak bahagia dan mendapatkan lelaki yang baik. Bukan ketua komplotan mafia seperti Brayen.” Emran membelai kepala gadis itu dengan lembut.
“Minum dulu Sayang,” Mira duduk di samping kiri Yumna memberikan teh hangat untuk gadis itu.
Yumna meminumnya perlahan, semua orang di sini sangat menyayanginya.
“Abang," gumamnya teringat dengan pria dewasa yang sangat menyebalkan itu. "Ara gak ada lihat Abang dari tadi.” Yumna mencari-cari Guntur. “Daddy gak menangkap Abangkan?” tanyanya khawatir.
Emran tersenyum penuh arti, “enggak. Abangmu baik-baik aja, jangan dikhawatirkan.”
Gadis itu menghela napas lega. Ia khawatir sang daddy menangkap Guntur agar tidak mengacaukan acara pernikahannya. Seperti mereka menangkap Geo.
“Kakak..” Panggil Arraz saat melihat Yumna, “kakak mau kemana sudah cantik?” tanya bocah kecil yang datang bersama bundanya. Dia heran melihat Yumna menggunakan kebaya.
“Nggak mau kemana-mana, di sini aja menemani Arraz.” Yumna tersenyum mengelus kepala bocah itu.
“Kha, Sayang. Bawa Arraz masuk kamar.” Perintah Ghani yang baru sampai di ruang tengah. Khalisa menatap sang suami penuh tanda tanya, tapi tetap menurut mengajak putranya kembali ke kamar.
“Arraz, ayo kita ke kamar Sayang. Nanti masih bisa main sama Kak Ara.”
Arraz mengangguk menuntun tangan Khalisa.
"Jangan main di luar sebelum Ayah ke kamar ya Sayang." Ghani tersenyum mengusap kepala putranya.
"Iya Ayah." Sahut Arraz mengikuti bundanya.
“Mama juga ke kamar ya, temani Ara.” Pinta Ghani beralih pada ibunya, perempuan paruh baya itu mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.
“Ayo Sayang, ikut Mama.” Ajak Mira pada Yumna yang masih bengong. Dia heran kenapa mereka di suruh masuk ke kamar, inikan masih siang.
Ghani memijat pelipis masuk ke ruang rahasia mengambil senjata di ikuti sang ayah. Hanya mereka berdua laki-laki yang ada di rumah saat ini. Dia sudah menyebar anak buahnya untuk berjaga-jaga.
“Apa situasi ini aman untuk anak-anak Pah?" Tanya Ghani risau memikirkan Arraz dan Airil yang masih kecil.
“Yang perlu dicemaskan itu istrimu Gha, dia tidak bisa mendengar suara tembakan.” Ujar Emran, sambil memilih-milih senjata. Dia tidak ahli menembak. Hanya bisa menggunakan saat kepepet saja. Menantunya lah yang ahli menembak.
Ghani mendesah berat, saat seperti ini dia ingin kabur menemani istrinya saja.
“Tenanglah, tidak akan terjadi kehebohan besar. Kita hanya berjaga-jaga." Emran menenangkan putranya.
Ghani mana bisa konsentrasi kalau memikirkan sang istri. "Papa terlalu klise meminta aku tenang saat seperti ini," suami Khalisa itu berdecak.
"Telepon Tomi dan Zaky suruh pulang, setelah itu kamu temani Kha." Putus Emran, dia sangat mengerti bagaimana kondisi psikis menantu kesayangannya itu. Ghani mengangguk melakukan perintah sang ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nani Suryani
ternyata perjalanan Ara sangat mendebarkan
2024-05-14
0
Yulaida
aman ara
2023-03-02
0
mintil
suka banget karakter kel guntur. hangat semua
2022-06-18
0