Dua malam sudah Guntur tidak pulang ke rumah. Mira, adik sang ayah pasti sangat mengkhawatirkannya. Mama si kembar itu kadang lebih peduli padanya dibanding mama kandungnya sendiri. Jadilah malam ini Guntur pulang, pria itu membanting tubuhnya di sofa.
Tidak ada yang berani mengganggu Guntur, melihat wajah cemberut si bungsu Emran itu. Guntur jadi anak bungsu di keluarga Emran, sedang di rumah dialah sulungnya.
Biasanya Ghina akan protes, “kalau duduk itu yang benar. Kasihankan sofa empuk ini kalau kamu duduknya gitu.” Tapi malam ini adik kembar Ghani itu ikut diam.
“Jadi siapa gadis ini?” Tomi mengeluarkan foto gadis yang berjalan sendirian keluar dari kamar president suite.
Guntur langsung bangkit, matanya melotot hampir menyembul keluar. Padahal dia sudah meminta pegawai hotel untuk menghapus semua jejaknya yang bisa dijadikan sebagai barang bukti.
Ghani ikut turun ke bawah saat Zaky mengabari lewat pesan kalau Guntur pulang. Mereka sudah menunggu Guntur pulang untuk meminta penjelasan.
“Dan ini, pasti punya gadismu. Jangan meninggalkan barang apapun kalau tidak ingin ketahuan.” Ghani tersenyum mengejek meletakkan paper bag yang berisi pakaian perempuan yang tertinggal di kamar hotel.
“Aku tidak mengenalnya, hanya menolongnya yang sedang main hujan-hujanan di jalan raya. Dia bilang tidak punya rumah. Jadi aku bawa ke hotel.” Jawab Guntur santai, tapi Mira menanggapinya tidak santai.
“Terus kamu antar kemana gadis itu paginya?”
Guntur mengendikkan bahu, “aku mengusirnya dari hotel. Menyusahkan saja!!” desisnya. Masih kesal kalau mengingat kejadian malam itu, dia sampai sakit karena mandi hujan tengah malam. Ini bukan lagu Caca Handika, mandi kembang tengah malam. Dia beneran mandi air hujan di bawah sinar rembulan.
“Astaga Guntur!! Kamu gak bisa berbaik hati sedikit, biasanya kamu gak gini. Kenapa sih?” tukas Mira kesal.
“Aku sudah malas mengurus perempuan Mah, cukup istri-istri mereka saja yang suka merepotkanku!” jawab Guntur, membaringkan badannya kembali sambil menutup mata. “Aku sakit,” gumamnya manja.
Mira menempelkan punggung tangannya di kening Guntur, “badanmu panas. Kemaren malam tidur dimana?” tanyanya sengit.
“Di kantor,” jawab Guntur lelah.
“Telpon pamanmu Ghin,” titah Mira pada putrinya. “Papamu itu dokter, sudah tau sakit malah tidur di kantor. Pasti ini karena main hujan-hujanan.”
Guntur tidak menjawab, kepalanya jadi lebih ringan karena pijatan sang mama. Tomi dan Ghani yang tadinya semangat mengintrogasi jadi kasihan sendiri.
“Bawa Guntur ke kamar Gha,” perintah Emran pada putranya.
“Cuma demam, masih bisa jalan ke kamar sendiri Pah, gak perlu keranda mayat kan buat gotongnya.” Ujar Ghani asal yang mendapat cubitan di pinggang dari sang mama.
“Mama jangan ikut-ikutan menyiksa deh, cukup Kha aja yang suka nyiksa aku.” Oceh Ghani tapi tetap bergerak membantu adik sepupunya itu bangun dan membawa ke kamar.
Zaky mengambil foto yang diletakkan Tomi di meja, “apa perlu kita cari gadis ini Pah. Katanya tidak punya rumah jadi selama ini tinggal dimana?” gumamnya sedikit penasaran.
“Aku seperti pernah melihat wajah ini, mirip siapa ya?” Komentar Tomi sambil berpikir, karena foto yang tercetak itu buram jadi tidak nampak jelas wajahnya.
“Mungkin sebaiknya kita cari dia,” lanjut Tomi.
“Cari saja, kalau ketemu berikan dia tempat tinggal. Semua pegawai hotel pasti melihat wajahnya. Jangan sampai mereka beranggapan Guntur mencampakkan anak orang yang jadi berita besar nantinya." Saran Emran, dua pria itu mengangguk setuju.
“Yakin gak kenal sama perempuan itu?” tanya Ghani usil setelah sampai di kamar Guntur.
“Jangan tanyakan apapun lagi kalau kamu tidak percaya juga dengan jawaban yang keluar dari mulutku!” Guntur berdecak mengambil obat penurun panas di laci dan air mineral, lalu menelannya. Dia tidak suka menyusahkan orang lain.
“Aku cuma ingin memastikan, kamu memapahnya ditempat terbuka. Bisa saja netizen menyerang mu nanti," ujar Ghani berkilah.
“Aku bukan artis Gha, itu tidak akan terjadi.” Sergah Guntur cepat sebelum Ghani memperpanjang tausiyahnya.
“Bagaimana kalau perempuan itu sengaja ingin menjebakmu. Apa itu juga tidak akan terjadi?” Pertanyaan Ghani membuat Guntur bungkam, ia juga sempat terpikir seperti itu.
“Sekarang jamannya pelaku kejahatan bertindak sebagai korban. Aku hanya ingin mengingatkan,” lanjut Ghani.
“Aku bahkan tidak tau namanya, bagaimana aku bisa membungkam mulutnya.” Guntur mendesah berat, kepalanya jadi semakin pusing kala digunakan untuk berpikir.
“Kalau keluar tutup pintu, aku mau tidur.” Usir Guntur dengan bahasa perintah, dia tidak perlu repot-repot berterimakasih atas kepedulian sang sepupu yang membuat kepalanya semakin pusing itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Sutikno 23
wah masalah gadis bikin repot terus
2023-01-20
0
Lisa Aulia
bakalan di jodohkan kek nya...
2022-06-15
0
DaaaWd
wajah perempuan itu pernah kamu liat di toko Nindi Tom! xixi
2022-05-05
2