Guntur kembali ke kamar, Yumna sudah tertidur. Pria itu menghela napas lega, "akhirnya tidur juga." Gumamnya mendekati tempat tidur dan berbaring di sana.
"Kalau gak cerewet ginikan cantik," seru Guntur merapikan kaos Yumna yang tersingkap dan menyelimutinya. Kalau Papa Emran tau dia tidur dengan Yumna malam ini pasti besok pagi mereka langsung dinikahkan.
Lebih baik cari aman, ia tidur di kamar lain saja. Daripada harus terjerat seumur hidup dengan gadis manja ini. Guntur turun dari kasur dengan pelan, sebelum keluar dia meletakkan guling di samping Yumna dan menyelimutinya. Agar gadis itu mengira masih ditemani.
Paginya Yumna mengerjap-ngerjap, matahari pagi menyapanya. Dia tidur sangat nyenyak malam ini, mungkin karena merasa aman ada yang menjaganya.
"Abang, Ara lapar!!" Rengek Yumna mengguncang-guncang guling yang dia kira Guntur. Ia menganggap pria itu seperti abangnya jadi bisa bermanja-manja seenaknya.
"Abang bangun!" Teriak Yumna, tapi tidak ada respon gadis itu menyingkap selimut. Matanya membulat melihat yang ada di sana ternyata hanya sebuah guling.
"Abaaang!!" Pekik Yumna keluar dari kamar, berlari menuruni tangga. Jadi tadi malam dia tidur sendirian. Sungguh terlalu.
Karena di sana sepi Yumna membawa langkah kakinya terus berjalan ke belakang.
"Abaaaang! Ara takut, kalian dimana!" Teriak Yumna, hidungnya mencium aroma masakan. Membuat perutnya semakin lapar, gadis itu semakin berjalan sampai ke ruang makan.
"Hei, kenapa teriak-teriak!!" Pagi-pagi Guntur sudah harus mengurus gadis ini. Ia membawa Yumna yang belum mencuci muka dan gosok gigi ke meja makan.
"Abang tinggalin Ara tidur sendirian!" Rengeknya memukul-mukul dada Guntur.
Anindi dan Khalisa tertawa gelak melihat Guntur yang dibuat pusing oleh Yumna.
"Cuci muka dulu baru sarapan, Ara kan gak di gondol hantu. Masih hidup dan sekarang ada di sini," Guntur terpaksa melembutkan suaranya membawa Yumna ke wastafel dan mengambilkan sikat gigi baru.
Setelahnya Guntur membawa Yumna kembali ke meja makan, dia sudah seperti babysitter saja.
"Aku pulang ke rumah hari ini Pah," ujar Guntur di tengah-tengah sarapan. Sungguh, dia tidak ingin mengurus Yumna yang sangat merepotkan ini.
"Kenapa pulang, siapa yang menjaga Ara?" Tanya Emran.
"Papa," jawab Guntur seadanya menyelesaikan sarapan dengan cepat. Untuk apa dia repot-repot mengurus bayi besar.
"Abaaangg jangan tinggalin Ara!!" Rengek Yumna menahan tangan Guntur yang ingin pergi.
"Ada Nindi yang menjagamu," Guntur melepaskan tangan Yumna lalu pergi dari meja makan. Cukup sudah dia berurusan dengan gadis manja itu.
Yumna memain-mainkan sendok di piringnya sambil menundukkan kepala, "Ara mau pulang aja. Biar aja Ara dinikahkan." Gumamnya sendu, daripada merepotkan keluarga orang.
Gadis itu meletakkan sendok di piringnya, "Ara pulang. Terimakasih sudah baik hati menampung Ara. Maaf merepotkan kalian." Ucapnya sambil tersenyum.
"Ara, jangan pulang Nak. Tinggallah di sini," ujar Emran lembut. Gadis itu menggeleng pelan.
"Ara akan semakin merepotkan kalian kalau ada di sini."
"Ara gak merepotkan Sayang, habiskan makannya dulu." Mira mendekati putri Tora itu, mengusap kepalanya lembut. Yumna melanjutkan makan dengan malas.
"Ara pergi, jangan tahan Ara please." Mohon Yumna setelah selesai makan, perutnya yang tadi lapar jadi mendadak kenyang. Guntur pergi pasti karena tidak suka melihatnya ada di sini.
Di meja makan itu tidak ada yang bersuara, membiarkan Yumna pergi. Gadis itu berjalan pelan meninggalkan kediaman Emran menuju pintu gerbang. Jarak antara rumah ke pintu gerbang sangatlah jauh.
"Hei, kau mau kemana dengan pakaian seperti itu!!" Seru Guntur dari dalam mobil, melihat Yumna yang berjalan kaki.
"Pulang," jawab Yumna singkat.
"Kau mau dinikahkan Daddy-mu hah, kalau pulang!" Sarkas Guntur keluar dari mobil menahan tangan gadis itu. Padahal Yumna tidak berniat kabur dari Guntur.
"Iya, Ara nikah aja daripada menyusahkan kalian."
Guntur mengusap wajah frustasi, "masuk!!" Titahnya membukakan pintu mobil. Mana mungkin dia membiarkan Yumna semakin sengsara kalau menikah dengan orang yang tidak dicintainya.
"Enggak, Ara mau pulang!" Ngotot gadis itu.
"Masuk sekarang!!" Ucap Guntur dingin dengan tatapan tajam, "aku bisa lebih mengerikan dari Abangmu kalau marah Minara Yumna Damanuri!" Tekan Guntur saat Yumna tidak mengikuti perintahnya.
"Iya Ara masuk," decak Yumna.
Guntur dengan berat hati membawa gadis itu ikut dengannya.
"Semua orang pemarah, padahal Ara gak ngelakuin kesalahan apa-apa." Gumamnya menempelkan wajah di kaca jendela.
Guntur diam saja, tidak menanggapi ocehan gadis yang ekspresinya sangat lucu itu. Kalau saja Ghina atau Khalisa yang melakukannya dia pasti sudah nyinyir sambil tertawa sampai sakit perut.
“Ara ini merepotkan, kenapa Abang masih mau nolongin Ara?” Ocehnya lagi, saat Guntur mendiamkannya.
“Kau memang merepotkan. Kalau kubiarkan kau dipaksa menikah nanti bunuh diri,” sahut Guntur asal. Dia juga tidak tau kenapa jadi kasihan dengan gadis ini.
“Ara gak akan bunuh diri. Arwah Ara gak akan gentayangan mendatangi Abang, karena Abang sudah jahat sama Ara.” Jawab gadis itu masih dengan tampang cemberut.
Guntur memelototkan mata. Dia sudah berbaik hati menolong masih dibilang jahat.
"Sepertinya kau lebih suka ku lempar ke sungai Amazon daripada ku tolong berkali-kali!!" Sarkas Guntur jengkel.
"Abaaang, Ara gak mau dimakan buaya." Rengek Yumna manja.
Guntur sampai memijat pelipisnya. Dosa apa yang sudah ia lakukan sampai harus menderita seperti ini. Baru semalaman dia berbaik hati, Yumna sudah semena-mena manja padanya.
Guntur menutup mulutnya rapat-rapat, malas memperpanjang perdebatan dengan Yumna. Ia membawa mobil menuju rumahnya, kediaman Papa Rizal.
Rumah itu tidak kalah besar dengan kediaman Papa Emran, tapi Guntur lebih senang tinggal bersama sepupu laki-lakinya. Dibanding di rumah hanya sendirian. Adik satu-satunya perempuan, sudah menikah dan tinggal bersama sang suami.
“Assalamualaikum,” ucap Guntur saat masuk ke rumahnya.
“Tumben pulang pagi-pagi Sayang, kamu bawa siapa?” Sambut Hasna, sang mama setelah menjawab salam
“Anak pungut Papa Emran, Mah. Mama temani dia dulu ya, Guntur mau lanjut tidur. Pusing,” sahut Guntur seadanya.
“Eee, kamu gak kerja hari ini.” Hasna menahan putranya yang ingin pergi.
“Malas Mah, perusahaan gak akan tutup kalau Guntur gak ke kantor hari ini.” Jawab Guntur asal.
Hasna geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya itu.
“Papa sudah berangkat Mah?” tanya Guntur seraya melepaskan cengkraman sang mama dengan lembut.
“Iya, Papa sudah berangkat ke rumah sakit. Kamu ambilkan baju adikmu di kamar, pasti kerjaanmu ngasih baju kedodoran gini kayak gak punya uang aja buat belikan pakaian.”
“Iya Mah,” Guntur berlalu ke kamar atas agar urusannya cepat selesai. Biarkan saja mamanya yang mengurus anak kecil itu.
...💥💥💥...
Kasih semangat buat yang nulis ya, dengan kasih like komen dan vote 😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nani Suryani
lucuuuuu , tapi seruj
2024-05-14
0
Febriyantari Dwi
😀😀😀......seru juga punya adik kaya Ara....aku merasa omongannya lucu sih....meski kadang sedih juga....
Guntur......awas ,jatuh cinta pada anak ingusan😀😀...
2022-09-23
0
Diana Nana
hhhh lucu
2022-05-19
2