"Mbak, Nindi di mana ya? Di ruangannya gak ada." Tanya Guntur pada Mita, karyawan Anindi.
Ia terpaksa mampir ke Anincake sesuai perintah kanjeng mami mengambil bahan-bahan kue. Padahal istri Tomi juga pulang ke rumah nanti, tapi sang mama malah memaksa agar ia yang mengambilnya.
"Di belakang Mas, lagi ngajarin karyawan baru." Jawab Mita ramah.
"Oke, makasih Mbak." Ucap Guntur sambil tersenyum manis. Ia mencari Anindi ke belakang.
"Nin, mana yang harus kubawa pulang." Teriak Guntur saat melihat Anindi, wanita hamil itu sedang memasukan tepung ke dalam mixing bowl stainless.
Yumna seperti pernah mendengar suara itu tapi ia abaikan. Mana mungkin pria itu ada di toko roti seperti ini.
"Sebentar, aku siapkan!" Balas Anindi ikut berteriak padahal jarak mereka tidak terlalu jauh.
"Yum, tolong ambilkan tepung yang ada di meja sana ya." Pinta Anindi menunjuk ke arah ruang produksi. Dia tadi mengajarkan Yumna step-step memanggang roti. Sampai lupa kalau membawa tepung itu kemana-mana.
"Baik mbak," sahut Yumna. Ia pergi ke ruang produksi tanpa memperhatikan kalau di sana Guntur sedang menatap tajam ke arahnya.
"Kenapa anak kecil itu ada di sini, penglihatanku belum rusakkan." Tukas Guntur dalam hati, melihat wajah itu hanya membuat moodnya buruk saja.
"Masih lama?" Tanya Guntur ingin segera pergi dari sana.
"Sudah, ambil sini. Aku malas jalan," ucap Anindi sambil menyengir.
Guntur menggeleng pelan, dia lelah memanjakan perempuan-perempuan yang ada di rumahnya ini. Tapi kakinya tetap melangkah mendekati meja Anindi.
"Lain kali kalau capek di rumah aja, gak usah ke sini lagi. Suamimu itu bisa mengurus toko ini dengan mudah." Seloroh Guntur dengan suara yang lebih lembut.
Yumna melirik sekilas wajah Guntur, ia sampai kaget melihat wajah pemilik suara lembut itu. "Orang yang sama dengan yang membawaku ke hotel," gumamnya dalam hati. Ia berjalan cepat ingin segera kabur dari ruangan itu.
"Ini aja?" Guntur mengambil kantong belanjaan yang baru diisi Anindi dengan bahan-bahan kue khusus dari tokonya.
"Iya. Kamu gak mau santai dulu," tawar Anindi.
"Enggak, aku langsung pulang aja. Pasti sudah ditunggu mama."
"Oke, kalau ada yang kurang. Kasih tau aja, nanti sekalian aku bawakan."
"Siap. Cepat pulang sebelum tempat ini dirobohkan Tomi." Ujar Guntur sebelum membalikkan badan.
Anindi terkekeh geli mendengar perkataan itu, mana mungkin suaminya berani merobohkan tempat favoritnya ini.
"Bruukkk, praannkk!!"
Mixing bowl stainless di tangan Yumna terjatuh ke lantai karena ia menabrak tubuh Guntur yang mendadak membalikkan badan. Jas pria itu sudah memutih seperti dibubuhi bedak. Yumna terpental, hampir saja terhempas ke lantai kalau Guntur tidak cepat menahan tubuhnya.
"Kau!! Kenapa suka sekali menyusahkan orang!" Guntur menggeram kesal, melepaskan tangan dari pinggang Yumna.
"Maaf," ucap Yumna takut.
"Maafmu sudah tidak ada artinya, lihat jasku semuanya kotor!!" Sarkas Guntur sangat kesal.
Kejadian barusan membuat Guntur dejavu, tiba-tiba saja bayangan wajah itu muncul di kepalanya. Ia sangat yakin, gadis ini juga yang menabraknya di swalayan tiga tahun lalu.
"Astaghfirullah," Anindi yang menganga melihat adegan di depan matanya akhirnya tersadar. "Ganti baju dulu, punya Tomi ada di kamar atas." Ujar Anindi, merangkul Yumna yang nampak ketakutan.
"Nggak perlu. Pecat dia, kerjanya gak becus kebanyakan melamun!!" Sarkas Guntur terlampau emosi.
Yumna hanya menundukkan wajah. Di sini dia tidak punya kekuatan apapun untuk membela diri.
"Guntur, kamu kenapa? Biasanya gak pernah ngomong kasar begini." Tegur Anindi, ia heran melihat Guntur yang jadi lebih temperamen. Pria itu tidak menjawab, meninggalkan Anindi dan Yumna di pantry.
"Maaf ya Mbak, aku tadi gak hati-hati sampai menambrak Bapak itu." Ucap Yumna pelan, ia takut kalau beneran dipecat. Kemana lagi ia harus mencari tempat tinggal. Baru satu minggu di sini sudah membuat masalah.
"Jangan dipikirkan, mungkin dia lagi banyak kerjaan." Anindi tersenyum membantu Yumna membereskan pantry yang bertebaran tepung.
"Kamu ganti baju dulu, aku mau menyusul Guntur." Ucap Anindi setelah mereka selesai membersihkan pantry.
Yumna mengangguk, dalam hatinya bertanya-tanya. Apa hubungan bosnya dengan lelaki yang dipanggil Guntur itu.
...🐥🐥🐥 ...
"Guntur, kamu kenapa Nak?" Tanya Mira melihat bungsunya yang penuh dengan tepung. Ia menyambut kantong belanja yang diberikan Guntur.
"Habis disiram cewek aneh pake tepung Mah!" Jawab Guntur sewot, perempuan paruh baya itu mengernyit bingung.
"Gak sengaja ketabrak karyawanku yang lagi bawa tepung Mah," Anindi meluruskan. Dia tidak tau kenapa Guntur jadi bersikap kasar pada Yumna. Padahal pria itu terlihat paling santai di rumah ini dibanding yang lainnya.
Guntur tidak menanggapi, melengos pergi ke kamar. Ia tidak tau kalau gadis yang ditolongnya itu karyawan Anindi.
Sering Guntur ke toko, tapi baru kali ini melihat wajahnya. Kecuali dulu saat ia menolong gadis itu.
"Dasar ceeoboh," gumamnya. Entah kenapa kejadian itu masih terekam jelas dalam ingatan. Padahal ia tidak pernah memikirkan gadis yang memanggilnya bapak itu.
Dengan rasa malas yang menggunung Guntur memasuki swalayan. Matanya bolak-balik memindai rak-rak mencari keberadaan susu ibu menyusui titipan Khalisa.
"Beli swalayan ini apa susahnya sih. Atau sekalian kirim dari supermarket lo yang ada di Singapura sana. Lo tau gak, ini antri minyak goreng panjangnya nauzubillah. Badan gue kelelep diantara ibu-ibu." Kesal Guntur mengomel pada Ghani dari telepon.
"Tanya pegawai di sana Guntur, gak semua pegawai ngurusin minyak goreng kan? Gak mungkin pegawai di sana gak tau sama Guntur Syahreza." Ujar Ghani sambil tertawa mendengar kekesalan sepupunya.
"Lo beli sendiri, gue capek dikerubungi ibu-ibu. Mana pegawai lihat sama muka gue, kalau manusia sebanyak ini." Guntur berdecak sambil terus menyisiri rak-rak. "Akhirnya," pekiknya nyaring langsung mematikan sambungan telepon memasukkan ponsel ke saku celana.
"Bruuukkk... Aaawww!!" Ringis seorang gadis yang terpental karena menabrak tubuh Guntur.
Guntur langsung menangkapnya sebelum terbanting ke lantai. Seperti sedang berakting di depan kamera dengan gerakan slow motion.
Belanjaan yang ada di tangan gadis itu berserakan jatuh ke lantai. Setelah memastikan gadis itu bisa berdiri dengan sempurna tanpa cacat sedikitpun. Guntur membantu memungut belanjaannya.
"Sorry," Guntur memberikan barang belanjaan itu pada gadis yang masih syok berdiri di depannya. Tanpa memperhatikan jelas wajah gadis itu.
"Ah, iya. Maaf sudah menabrak anda, Pak." Ujar gadis itu sungkan mengambil barang belajaannya lalu pergi meninggalkan Guntur yang cengo dipanggil 'Pak'. Apa wajahnya sudah keriput atau rambutnya sudah memutih jadi dianggap bapak-bapak.
Siapa sebenarnya anak kecil itu, dulu tidak terlihat seperti anak terlantar. Justru pakaiannya sangat modis, kenapa sekarang malah mengaku tidak punya tempat tinggal.
Andai gadis itu ingin menjebaknya, pasti akan beredar gosip yang tidak enak di dengar. Tapi selama satu minggu ini tidak ada berita apapun yang menyerangnya. Guntur merasa terusik dengan kemunculan gadis yang dianggapnya anak kecil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Lisa Aulia
siapa ya. 🤔🤔🤔🤔🤔
2022-06-15
0
Diana Nana
lnjt
2022-05-19
2
DaaaWd
Tuuur jangan terlalu benci nanti jadi bucin😂
2022-05-05
3