"Guntur kenapa Mah, tadi marah-marah sama karyawanku. Biasanya dia gak pernah gitu, selalu ramah sama semua orang." Tanya Anindi yang merasa aneh dengan sikap Guntur. Baginya pria itu baru berubah, sedang penghuni rumah yang lain sudah lama menyadarinya.
"Entahlah Nin, setelah malam dia berantem sama Kha itu, jadi lebih emosian." Jawab Mira seraya menuju dapur diikuti Anindi.
"Mama pasti sengaja nyuruh Guntur ke tokoku agar bertemu gadis itukan?" Tebak Anindi, perempuan paruh baya itu memberikan cengiran lebar pada menantunya.
"Gimana anaknya, baikkan?" Tanya Mira sangat antusias.
"Mah, aku gak setuju kalau kita menarik orang luar dengan cara seperti ini. Apalagi Guntur terlihat tidak suka pada Yumna. Aku gak mau gadis itu semakin terbebani hidupnya. Kalau mereka saling cinta aku gak masalah. Aku cuma takut Guntur gak mau melindungi Yumna." Anindi mengutarakan isi hatinya, ibu si kembar itu tersenyum.
"Mama tau bagaimana anak Mama itu Sayang. Tidak kenal saja dia mau menolong, Mama yakin Guntur bisa menjaga siapapun gadisnya nanti." Ujar Mira dengan yakin.
"Mah, kita belum tau siapa Yumna. Bisa saja dia sudah punya pacar atau calon suami." Tutur Anindi yang benar-benar risau, takut salah satu dari mereka akhirnya tersakiti.
"Biar suamimu yang mengurusnya Sayang, jangan terlalu khawatir." Mira menepuk pipi Anindi pelan meyakinkan menantunya itu.
Anindi mengangguk, dia dilema antara setuju atau tidak. Melihat sikap Guntur pada Yumna ibu hamil itu merasa khawatir.
...🐾🐾🐾 ...
"Kenapa Sayang?" Tomi menepuk bahu istrinya yang melamun mengamati foto Yumna. Foto itu masih ada di atas nakas, ia lupa membereskannya.
"Tadi Guntur marah-marah sama Yumna Mas, karena Yumna gak sengaja menumpahkan tepung ke jas Guntur." Curhat Anindi.
"Terus apa yang membuat kamu kepikiran Sayang?" Tomi mengajak istrinya untuk berbaring.
"Aku masih belum setuju dengan ide kalian yang ingin membuat Guntur dan Yumna terikat." Sebut Anindi jujur, entah kenapa dia tidak bisa menyetujui kedua orang itu disatukan. Selain usia Yumna yang masih sangat muda.
"Kita tidak bisa mencampuri urusan takdir Allah Sayang. Kami hanya membukakan jalan, tidak memaksa. Kalau memang Guntur tidak tertarik dengan Yumna atau sebaliknya, ya sudah. Gak akan ada yang maksa," jelas Tomi.
"Kalian gak akan menghalalkan segala carakan demi membuat Yumna masuk dalam keluarga kita."
"Enggak Sayang. Percaya sama Mas, gak akan sampai seperti itu." Tangan Tomi bergerak turun naik mengusap rambut Anindi.
"Iya, aku percaya sama kamu Mas." Ucap Anindi diikuti anggukan kepala.
"Sekarang sudah sama seperti Kha ya, suka mikirin yang gak penting." Calon ayah itu tersenyum menepuk puncak kepala istrinya sangat pelan.
"Orang khawatir gak salahkan Mas. Siapa yang gak khawatir lihat Guntur seperti mau makan manusia," ujar Anindi dramatis.
Tomi terkekeh kecil mendengarnya, "Guntur bukan kucing besar yang doyan makan daging manusia Sayang. Kalau melumpuhkan manusia memang hobby terpendamnya," lanjutnya dalam hati.
"Aku kaget, baru pertama kali lihat Guntur marah-marah seperti itu," ungkap Anindi.
"Dia cuma lagi banyak pikiran Sayang, jadi emosinya gak terkontrol."
Walau sebenarnya Tomi juga tidak tau apa yang mengganggu pikiran Guntur. Biasanya anak itu enjoy-enjoy saja, sekarang malah jadi baperan.
"Tidur, berhenti membuat otakmu bekerja keras memikirkan hal yang tidak penting." Tomi melabuhkan kecupannya di kening Anindi.
Anindi menggeleng pelan dengan tatapan menggoda, "belum ngantuk." Gumamnya meringsek ke dalam pelukan Tomi. Sang suami menyambutnya dengan hangat, membiarkan saja ibu hamilnya ini bermanja-manja.
...🐣🐣🐣 ...
"Minara Yumna," gumam Guntur menemukan nama gadis yang sudah mengusiknya. Tidak tau apa yang membawa dirinya untuk menyelidiki identitas gadis itu.
"Putri yang selama ini disembunyikan Tora Damanuri," Guntur membulatkan mata saat mengeja nama itu.
"Apa Tora sengaja mengirim putrinya untuk menghancurkan keluarganya." Guntur terus bergumam sendirian, tanpa sadar kalau ada yang masuk ke kamarnya.
"Ada apa dengan Tora Damanuri, kita tidak pernah membuat masalah dengannya?" Tanya Ghani yang tiba-tiba ada di samping Guntur.
"Anak kecil yang aku tolong itu putri Tora Damanuri. Yang disembunyikannya dari dunia selama ini." Sebut Guntur, Ghani menajamkan telinganya ingin mendapatkan penjelasan lebih lengkap.
"Apa tidak aneh anak itu tiba-tiba muncul di hadapanku dan sekarang malah ditampung Nindi dengan alasan tidak punya tempat tinggal."
"Tapi kita tidak pernah mengusiknya, apa yang membuatnya harus mengirim putrinya pada kita." Ujar Ghani yang jadi ikut berpikir.
"Kita memang tidak pernah mengusiknya, tapi dia yang selalu ingin mengusik kita." Sekarang Guntur mengerti kenapa emosinya jadi meledak-ledak saat melihat gadis itu.
"Nindi," gumam Ghani.
"Entah aku terlalu parno atau apa. Aku jadi khawatir Nindi kenapa-kenapa, dia sedang hamil." Lanjutnya, suami Khalisa itu mengirim pesan pada Tomi agar datang ke kamar Guntur.
"Tidak ada salahnya kita waspada dan menjauhkan Nindi dari anak itu. Kita tidak tau apa motif kemunculannya." Guntur menutup laptop kemudian membaringkan badan.
"Ada apa?" Tanya Tomi bersandar ke daun pintu dengan tangan terlipat di dada.
"Duduklah dulu kita bicara dengan kepala dingin," jawab Ghani dengan tampang lempeng.
Tomi berdecak, tangannya jadi gatal ingin menghajar Ghani. Suami Anindi itu mengambil bantal lalu menghempaskan diri di tempat tidur.
"Duduk yang pelan, kasihan kasurku nanti peyot!!" Seru Guntur sembari mengelus-elus tempat tidurnya.
"Lo masih sakit?" Ghani spontan menempelkan tangannya di kening Guntur. "Cukup Kha yang otaknya dibongkar, lo jangan." Desisnya setelah Guntur menepis kasar tangannya.
"Gue gak gila seperti istri lo itu!!" Tekan Guntur kesal.
"Biar gila, Kha tetap kesayanganku," jawab Ghani dengan mantap.
"Jadi kalian cuma ingin aku jadi wasit di sini? Nanti aku sewakan wasit sepak bola." Ucap Tomi dengan tampang yang tidak enak dipandang. Dia sedang mengeloni Anindi malah diganggu dua manusia ini.
"Santai, perut Nindi gak akan langsung beledos lo tinggal sebentar." Celetuk Guntur yang membuat Tomi melayangkan jemari lentiknya ke kening pria itu.
"Aauuwww!! pedas Tomi!!" Decak Guntur mengelus-elus jidatnya yang pasti memerah setelah dianiaya Tomi.
"Makanya gigi lo ini di kasih pagar biar omongannya gak menjalar ke telinga tetangga!!" Sarkas Tomi.
"Kayak tanaman aja bisa menjalar," kekeh Ghani.
"Penting gak nih, kalo gak gue balik ke kamar." Cetus Tomi, malas meladeni dua makhluk astral di depannya ini. Semenjak menikah dengan Khalisa, Ghani jadi ikut-ikutan perangai Guntur yang cengengesan.
"Eitss, kita ada hal yang sangat penting." Ghani menarik tangan Tomi agar duduk dengan tenang. Mereka akhirnya bicara dengan serius perihal Anindi. Mewanti-wanti Tomi agar istrinya tidak terlalu percaya dengan gadis bernama Yumna itu.
...💥💥💥...
Ada yang diam-diam penasaran 😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Lisa Aulia
penasaran ....
2022-06-15
0
DaaaWd
lanjuuut thoor🥰
2022-05-05
1
Zhoushye
Awas bucin, Guntur 😀
2022-05-04
3