Nadira telah selesai didandani, wanita itu pun pergi ke luar bersama Keenan sang asisten pribadi dari Albert yang setia dan diperintahkan langsung oleh Albert untuk mengantar Nadira menemuinya.
Mereka berdua saat ini berada di dalam mobil, Nadira cukup kebingungan akan dibawa kemana karena tak ada kejelasan dari si pria ketika ia bertanya langsung tadi.
"Maaf! Ini sebenarnya kita mau kemana ya?" tanya Nadira masih penasaran.
Pria itu hanya melirik wajah Nadira melalui kaca spion dan mengukir senyum tipisnya tanpa menjawab pertanyaan dari Nadira.
Tentu saja hal itu semakin membuat Nadira penasaran dan juga ketakutan karena ia khawatir Keenan akan melakukan tindakan yang buruk padanya, seperti apa yang dilakukan oleh Albert yang sudah membuatnya kehilangan sesuatu yang paling berharga di dalam hidupnya.
"Kamu kenapa diam aja? Jangan macam-macam ya sama saya, cepat turunin saya disini! Saya gak percaya sama perkataan kamu tadi, pasti kamu mau culik saya kan?!" ujar Nadira ketakutan.
"Sabar nona! Kita sebentar lagi sampai kok, nanti nona bisa tahu sendiri!" ucap Keenan santai.
"Sampai? Sampai kemana?" tanya Nadira.
"Rahasia nona, maaf karena saya tidak bisa memberitahu itu sekarang pada nona!" ucap Keenan tersenyum lalu kembali fokus ke depan.
Nadira terdiam masih dengan wajah bingungnya, ia menerka-nerka kemana Keenan akan membawanya pergi kali ini. Sampai akhirnya ia yakin sekali kalau Keenan pasti akan membawa ia menemui Albert.
"Jangan-jangan dia mau bawa aku ke tempat cowok br*ngsek itu!" batin Nadira.
Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah taman yang indah dikelilingi oleh pemandangan cantik yang membuat mata Nadira terpesona.
"Waw ini indah!" ucap Nadira spontan.
"Ya nona, inilah tempat tujuan kita. Mari biar saya bantu turun dari mobil!" ucap Keenan.
"Tidak perlu, saya bisa sendiri!" ucap Nadira menolak.
"Jangan nona! Biar saya bantu!" paksa Keenan.
"Why you forced me?" ujar Nadira kesal.
"Maaf nona! Ini sudah perintah dari tuan Albert, supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk pada nona sekecil apapun itu! Sebaiknya nona tunggu sebentar, biar saya bantu turun dari mobil!" ucap Keenan.
Nadira mendengus kesal dengan menunjukkan ekspresi wajah emosinya.
Keenan turun dari mobil dan segera membukakan pintu untuk Nadira, ia meminta wanita itu turun dari mobil sambil membantunya.
"Silahkan non!" ucap Keenan.
Nadira tak menjawab, ia turun secara perlahan dari mobil dengan bantuan tangan Keenan. Namun, ia juga terus saja berontak karena tak ingin disentuh oleh pria tersebut.
"Jangan sentuh saya!" ujar Nadira tak suka.
"Maaf nona! Ini perintah tuan, sebaiknya nona menurut saja dan jangan melawan!" ucap Keenan.
"Haish..."
Mereka berdua berjalan menyusuri jalan yang sudah dilapisi kain merah itu, di sekeliling mereka juga terdapat lilin-lilin wangi yang menyala menambah keindahan tempat tersebut.
Nadira seakan terpesona pada pemandangan itu, sampai ia tak sadar di depan sana sedang berdiri seorang pria berjenggot tipis sambil tersenyum memandang ke arahnya.
"Nona, coba lihat ke depan!" ucap Keenan.
Gadis itu terkejut dan coba mengarahkan pandangan ke depan sesuai perkataan Keenan, ia pun tambah kaget saat melihat sosok pemerkosa dirinya sedang berdiri disana menatap ke arahnya.
"Kenapa kamu bawa aku temuin dia?" tanya Nadira menatap sinis wajah Keenan.
"Umm, ini perintah nona!" jawab Keenan gugup.
Mereka menghentikan langkah saat sampai di dekat Albert, seketika CEO muda itu mengusir Keenan menggunakan gestur tangannya.
Keenan yang mengerti, langsung membungkuk sedikit lalu berbalik dan pergi dari sana. Sedangkan Nadira tetap disana merasa ketakutan saat menatap wajah seram pria di depannya.
Nadira teringat pada momen semalam ketika dirinya diperkosa oleh pria tersebut secara kasar.
"Ya Tuhan, tolonglah hamba!"
Albert memajukan langkahnya mendekati Nadira, ia mengangkat satu tangan dan mulai membelai lembut wajah Nadira.
"Hey, kamu cantik!" ucap Albert memuji Nadira.
Gadis itu tertegun, berat sekali rasanya bagi ia untuk menelan saliva lantaran tubuhnya saat ini seperti terbujur kaku saat disentuh oleh Albert, tangan yang sudah membuatnya tak berdaya semalaman.
"Kita kesana yuk!" ucap Albert menurunkan tangan lalu menunjuk ke arah depan.
Nadira langsung mengarahkan matanya ke arah yang ditunjuk oleh Albert, terdapat sebuah meja makan disertai hiasan mewah serta makanan yang sudah lengkap tersedia disana. Nadira pun bingung mengapa pria itu mengajaknya makan disana.
"Mau ngapain?" tanya Nadira pelan.
"Saya pengen bicara sesuatu sama kamu, ini penting!" jawab Albert dingin.
"About what?"
"Jangan terlalu banyak bertanya! Ikuti saja perkataan saya!" ucap Albert sembari menaruh jari telunjuknya di bibir mungil Nadira.
Gadis itu pun terdiam menurut dan tak lagi mampu membuka mulutnya, ia digandeng oleh Albert lalu mulai melangkah secara perlahan menuju meja yang tak jauh itu.
Nadira cukup kesulitan melangkahkan kakinya karena gaun yang besar itu, ditambah area sensitif miliknya belum sepenuhnya pulih dari rasa sakit.
"Hey, kamu capek?" tanya Albert merasa heran melihat Nadira cukup lambat berjalan.
"No, I'm not tired!" jawab Nadira singkat.
"Okay! So, speed up your pace!" tegas Albert meminta agar Nadira mempercepat langkahnya.
Nadira hanya mengangguk tak mau banyak bicara, ia takut Albert akan semakin marah padanya.
•
•
Singkat cerita, keduanya telah duduk berhadapan di meja makan yang luas itu. Para pelayan juga telah menghidangkan berbagai macam makanan serta minuman dia atas meja yang dapat dinikmati oleh Nadira serta Albert.
"Ayo dimakan!" ucap Albert.
"Umm is this safe for me?" tanya Nadira cemas.
"What do you think? I can't poison you!" jawab Albert dengan tegas disertai mata melotot.
"Baik, maaf!"
Nadira mulai memakan makanan disana secara perlahan, ia resapi setiap makanan yang masuk ke mulutnya dan ternyata memang sangat enak. Nadira belum pernah memakan itu sebelumnya, sehingga ia sangat merasa puas.
"This food is delicious right?" tanya Albert memancing gadisnya.
"Ya, ini enak!" jawab Nadira.
Seketika gadis itu melupakan siapa sosok pria yang ada di depannya, karena makanan itu benar-benar menghipnotis dirinya seakan-akan kini yang ada di dalam otaknya hanyalah makanan tersebut.
"Habiskan! Setelah itu, baru saya akan bicarakan sesuatu sama kamu!" ucap Albert.
"Iya pak,"
"Hey, jangan panggil saya pak! Panggil aja saya tuan, karena saya ini tuan kamu!" potong Albert lagi-lagi menaruh telunjuknya di bibir Nadira.
"Baik tuan!" ucap Nadira meralat kata-katanya.
Mereka kembali melanjutkan aktivitas itu sampai selesai dan keduanya merasa kenyang.
Setelahnya, Albert mengambil secarik tisu dari kotak yang tersedia lalu membersihkan mulutnya. Ia melihat ke depan dan terkekeh saat mengetahui bibir gadisnya itu belepotan oleh makanan, ia pun mengambil lagi satu buah tisu lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Mulut kamu kotor," ucap Albert sembari membersihkan bibir gadisnya dengan tisu.
Nadira tersentak dengan perlakuan manis Albert, matanya terbelalak dan ia hanya bisa diam menyaksikan momen tersebut.
"Thanks!" ucap Nadira lembut.
"You're welcome!" balas Albert.
Pria itu kembali duduk di tempatnya dan mengambil sesuatu dari saku jasnya, ia meraih satu tangan Nadira dan menggenggamnya. Nadira penasaran apa yang dipegang oleh Albert itu.
Albert pun menunjukkannya pada Nadira, sebuah kotak cincin berwarna emas yang berkilau itu sedang dipegang oleh Albert, hingga membuat Nadira terbelalak saat melihatnya.
Perlahan Albert membuka kotak cincin tersebut dan menatap serius ke arah Nadira.
"Honey, will you marry me?" ucapnya lembut.
Nadira hanya bisa terperangah lebar mendengar pernyataan Albert, ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia menikah dengan pria yang sudah memperkosa dirinya.
"Apa yang anda inginkan tuan?" tanya Nadira heran.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
hem
2023-11-06
1
🎯™вєуzα😎 ♡⃝ 𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂ
Kira-kira si Nadira nerima lamaran nya ga ya?? 🤔
2022-07-31
0
Yuli Purwa
mau aja lah diajakin nikah lagian sdh MP jg 🤣🤣🤣🤣
2022-07-12
1