Kini Nadira sedang bersiap untuk menjalani hari pernikahannya bersama Albert yang sebentar lagi akan diselenggarakan, Nadira terus menangis saat seorang perias mendandani wajahnya. Ia masih tak menyangka hidupnya akan berakhir seperti ini, yang mana ia akan menikah dengan sosok pria aneh dan sama sekali tak ia kenali.
Melihat raut kesedihan di wajah mempelai wanita, perias itu pun merasa keheranan. Menurutnya, Nadira seharusnya bahagia karena ini merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan kekasih di dunia.
Perias itu menghentikan aktivitasnya sejenak, ia juga memerintahkan asistennya untuk berhenti karena percuma saja mereka terus mendandani Nadira jika wanita itu terus menangis, karena pastinya makeup itu akan luntur lagi dan sulit bagi mereka bisa menyelesaikan pekerjaannya.
Si perias pun menatap wajah Nadira, ia coba memahami isi hati wanita itu sebagai sesama wanita agar Nadira bisa lebih tenang kali ini.
"Maaf nona! Mengapa nona terus menangis? Makeup yang sudah saya berikan jadi luntur lagi deh, nona berhenti menangis ya! Ini kan hari bahagia bagi tuan Albert dan nona Nadira," ucap si perias.
"Mungkin memang ini hari bahagia bagi Albert, tapi saya enggak! Karena saya tidak pernah menginginkan pernikahan ini, saya dipaksa!" ucap Nadira menatap ke arah si perias.
Sontak perias itu terkejut mendengar penuturan Nadira, ia tak menyangka kalau ternyata pernikahan ini adalah sebuah paksaan.
"Apa? Bagaimana mungkin nona bisa terpaksa menikah dengan tuan Albert? Sedangkan seluruh wanita di kota bahkan negara berbondong-bondong ingin memiliki suami seperti tuan Albert, apa nona sedang bergurau dengan saya?" ujar si perias tak percaya dengan perkataan Nadira.
"Untuk apa saya bergurau? Kan kamu bisa lihat sendiri sekarang ini saya sedang menangis, bukan tertawa! Mungkin orang-orang di luar sana hanya tau Albert itu kaya dan tampan, itu sebabnya mereka mengidolakan Albert. Tapi, mereka gak tahu sifat sebenarnya dari Albert itu sendiri! Kalau bisa, saya ingin bertukar peran dengan mereka!" ucap Nadira.
"Maafkan saya nona! Sebaiknya nona berhenti menangis, karena sebentar lagi acara pernikahan akan segera dimulai! Saya tidak mau jika nantinya tuan Albert akan memarahi saya nona, mohon pengertiannya!" bujuk perias itu.
"Ya, baiklah! Saya akan berhenti menangis sekarang, kamu gak perlu khawatir!" ucap Nadira.
Nadira pun menghapus air mata di wajahnya, ia tahu betul watak Albert yang keras dan tidak pandang bulu, itu sebabnya ia tidak mau membuat perias itu dihukum oleh Albert.
Akhirnya proses periasan dapat dilanjutkan kembali, terlihat pada wanita perias itu tampak tersenyum senang karena mereka tidak perlu khawatir lagi akan dimarahi oleh Albert yang kejam.
"Apa aku harus terima nasib buruk ini? Menikah dengan pria yang sudah merenggut mahkota milikku, bukanlah sesuatu yang aku harapkan! Tapi, aku tidak mungkin bisa lepas dari situasi ini karena semuanya sudah terlambat!" gumam Nadira dalam hati.
Tak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar dan meminta untuk masuk ke dalam.
TOK TOK TOK...
"Permisi, apa saya boleh masuk? Saya ingin memeriksa kondisi di dalam!" ucapnya.
"Silahkan tuan!" teriak salah satu perias.
Ceklek...
Pintu terbuka, memperlihatkan sosok lelaki tampan yang tak lain ialah Keenan, sang asisten dari Albert. Pria itu melangkah ke dalam mendekati Nadira sambil tersenyum.
"Bagaimana? Butuh berapa lama lagi untuk merias nona Nadira?" tanya Keenan.
"Tenang tuan! Ini sudah fase akhir kok, sebentar lagi nona Nadira akan siap untuk melangsungkan pernikahan dengan tuan Albert!" jawab perias itu.
"Baguslah! Tuan Albert tidak mau menunggu terlalu lama, beliau ingin segera menikah dengan nona Nadira!" ucap Keenan.
"Baik tuan!"
Keenan melirik sekilas ke arah Nadira, ia tidak tega melihat raut kesedihan di wajah gadis itu.
"Kasihan gadis itu, dia dipaksa menikah dengan tuan Albert! Sungguh malang nasibnya, tapi mau gimana lagi? Tidak mungkin dia bisa lepas dari jeratan tuan Albert sekarang ini!" batin Keenan.
Setelahnya, Keenan pun keluar dari ruangan itu meninggalkan Nadira yang sedang dirias dan kembali ke depan menemui tuannya untuk mengenali proses rias itu.
•
•
Sementara itu, Albert tengah berbincang dengan Suhendra alias ayah dari Nadira calon istrinya itu di sofa ruang tamu rumahnya. Kebetulan acara pernikahan itu memang dilangsungkan di rumahnya yang cukup luas dan besar itu.
Suhendra datang seorang diri disana untuk menjadi saksi pernikahan putrinya dengan Albert, itu karena Sulastri sang istri tidak mau ikut bersamanya dengan alasan sakit hati pada Suhendra yang merestui hubungan antara Albert dan putrinya.
"Syukurlah anda sudah datang! Karena sebentar lagi, pernikahan saya dan Nadira akan segera terlaksana! Oh ya, dimana istri anda?" ucap Albert.
"Eee sebelumnya maaf tuan, istri saya tidak bisa hadir! Beliau sedang tidak enak badan, tapi tenang tuan saya bisa pastikan kalau istri saya memberi izin dalam pernikahan tuan dan Nadira!" ucap Suhendra.
"Bagus! Ya walau sebenarnya tanpa izin dari kalian, saya akan tetap menikahi Nadira!" ucap Albert.
"Eee iya tuan..."
"Yasudah, saya ingin bersiap-siap sebentar! Tunggu saja disini dan nikmati hidangan yang tersedia, tidak perlu sungkan!" ucap Albert.
"Baik tuan! Tapi, apa saya boleh bertanya sesuatu pada tuan Albert? Sebentar aja kok!" ucap Suhendra.
"Oh boleh kok, tanya soal apa?" ucap Albert.
"Begini tuan, sebentar lagi kan tuan akan menikah dengan putri saya, Nadira. Eee apa itu berarti kalau semua hutang-hutang saya dengan tuan telah dianggap lunas seperti janji tuan sebelumnya?" tanya Suhendra tampak gugup.
"Ya, saya ini bukan tipe orang yang suka mengingkari janji! Semua hutang anda, saya anggap lunas! Asal, selamanya anda tidak boleh menemui Nadira walau hanya sedetik!" ucap Albert.
"Apa??"
Suhendra amat terkejut mendengarnya, matanya terbelalak serta jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga.
Tiba-tiba saja Keenan muncul disana dan menghampiri tuannya.
"Permisi tuan!" ucap Keenan.
"Ada apa?" tanya Albert dingin.
"Umm maaf tuan! Saya hanya ingin mengabari kalau Nadira sudah hampir siap, pernikahan tuan dan nona Nadira bisa segera terlaksana!" jelas Keenan.
"Oh begitu? Baiklah, saya juga akan mempersiapkan diri! Terimakasih Keenan, tolong kamu antar bapak ini ke tempat semestinya karena pernikahan saya dan Nadira akan segera dimulai!" titah Albert.
"Siap tuan! Mari pak!" ucap Keenan.
Keenan pun melakukan apa yang diperintahkan oleh tuannya, ia membawa Suhendra menuju tempat yang sudah disediakan untuk menunggu disana.
Dalam hati Suhendra masih terus memikirkan perkataan Albert tadi, ia tak habis pikir bagaimana mungkin ia bisa jauh dari Nadira nantinya?
"Ya Tuhan! Bagaimana ini? Saya tidak mungkin bisa tidak bertemu Nadira selamanya, apalagi dia itu putri saya satu-satunya! Apa yang harus saya lakukan ya Tuhan?" gumamnya dalam hati.
•
•
Singkat cerita, Nadira dan Albert sudah sama-sama bersiap untuk mengucap janji pernikahan mereka.
Sementara Suhendra serta para tamu yang lainnya termasuk teman-teman kantor Albert juga turut hadir disana, mereka duduk pada kursi yang sudah tersedia dan menyaksikan momen sakral tersebut dengan mata kepala mereka.
Nadira berusaha menenangkan dirinya, ia tahu Albert bisa membunuhnya jika tidak mengikuti kemauan dari pria tersebut saat ini, walau dalam hatinya ia sangat ingin kabur dari sana dan pergi bersama sang papa yang sedang duduk menyaksikan momen itu.
"Pak, aku kangen sama bapak! Aku pengen peluk bapak sekarang dan ikut pulang ke rumah, tolong selamatin aku pak!" batin Nadira.
Albert melirik ke arah wanitanya, ia pun menegur wanita itu agar tidak terus menoleh ke belakang dan membuat prosesi itu terganggu, sehingga Nadira menurut lalu kembali fokus pada pernikahan itu.
"Tuan Albert, apa anda bersedia menjadi sosok suami yang baik dan berjanji untuk menghidupi istri anda ini dengan sepenuh hati?"
"Ya saya bersedia dan saya berjanji!" ucap Albert lantang.
"Nona Nadira, apa anda juga bersedia untuk menjadi seorang istri yang penurut dan selalu bersikap baik pada suami anda? Apakah anda siap untuk mengucap janji akan selalu melayani suami anda dengan baik?"
Nadira terdiam sejenak, ia memejamkan mata sambil mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan untuk menguatkan hatinya.
"Baik! Saya bersedia dan berjanji akan menjadi istri yang setia bagi tuan Albert!" ucap Nadira tegas sambil melirik ke arah Albert.
Sontak Albert tersenyum puas dengan ucapan dari Nadira, sorak-sorai terdengar ketika prosesi itu selesai dengan sempurna dan semua yang hadir disana tampak bahagia.
"Baiklah, dengan ini kalian berdua telah resmi menjadi sepasang suami-istri!"
Selanjutnya, Albert memasangkan cincin di jari manis Nadira dan begitu juga sebaliknya. Mereka saling berhadap-hadapan, lalu bersiap untuk melakukan ciuman pertama yang sebenarnya sudah seringkali mereka lakukan sebelumnya.
Cupp!
"Semoga ini jalan yang benar untukku!" batin Nadira di sela-sela ciuman hangat itu.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
...|||...
...Yeay nikah guys, bantu doanya moga Albert dan Nadira sakinah mawadah warahmah ges!...
...❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Julita Mariana
knp nkh ny kyk gtu pdhl kn ada agamanya ....ya sesuai ijb kabul kn ...aneh
2023-07-11
3
Radiah Ayarin
mampir lg thor
2022-08-08
2
🎯™вєуzα😎 ♡⃝ 𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂ
uwaw beneran di jadiin istri ternyata👀
2022-07-31
0