Sulastri alias istri dari Suhendra kini tengah mengobati luka di bagian tangan suaminya itu akibat dorongan dari Albert ketika mereka terlibat masalah tadi.
Perasaan Sulastri saat ini sebenarnya juga sedang bimbang memikirkan keselamatan putrinya, apalagi Albert meminta sang putri sebagai bayaran atas segala hutang dari suaminya.
"Pak, kita harus gimana lagi sekarang ini? Tuan Albert udah mulai minta Nadira sebagai bayaran hutang bapak, gak mungkin kan kalau kita serahin Nadira ke tuan Albert, pak?" ucap Sulastri panik sembari mengobati luka suaminya itu.
Suhendra terdiam menatap langit-langit rumahnya, ia pun juga tak tahu harus bagaimana saat ini.
"Pak, kalau ditanya itu jawab! Ibu ini pusing banget loh pak, ibu gak rela kalau Nadira sampai diambil sama tuan Albert karena kesalahan kita!" ucap Sulastri emosi.
"Iya Bu, bapak tahu. Bapak juga sama kayak ibu, pusing mikirin soal ini! Hutang bapak itu gak sedikit, darimana bapak bisa bayar semuanya?" ujar Hendra.
"Yasudah, seharusnya bapak cari cara dong buat bayar hutang itu! Jangan sampai tuan Albert ambil paksa Nadira dari kita, pak! Nadira itu anak kita satu-satunya, masa bapak tega biarin Nadira diambil sama tuan Albert?!" ucap Sulastri.
"Siapa yang bilang bapak tega, Bu? Bapak juga gak akan biarin tuan Albert ambil Nadira! Ibu tenang aja, Nadira pasti akan selamat! Kita sembunyikan saja Nadira di rumah ibu kamu, supaya dia bisa selamat dari kejaran tuan Albert! Selagi Nadira sembunyi, bapak bakal pikirin cara lain!" ucap Suhendra.
"Ibu setuju!" ucap Sulastri mengangguk.
"Yaudah, nanti kamu coba bilang sama ibu kamu buat izinin Nadira tinggal disana sementara waktu! Bapak janji Bu, bapak akan memperjuangkan hidup kita agar bisa selamat dari tuan Albert!" ucap Suhendra.
"Iya pak, itu yang ibu mau!" ucap Sulastri.
Akhirnya perasaan Sulastri bisa sedikit lega, biarpun ia masih belum sepenuhnya tenang karena Nadira belum tentu bisa selamat dari kejaran tuan Albert yang kejam dan galak itu.
Tak lama kemudian, Nadira yang sedang mereka bicarakan itu muncul.
Ceklek...
"Assalamualaikum,"
Nadira mengucap salam, kemudian masuk ke dalam rumahnya menghampiri kedua orangtuanya yang sedang berada di sofa. Nadira terkejut melihat bapaknya tengah terluka, ia pun langsung bergerak mendekati Suhendra dan Sulastri disana.
"Waalaikumsallam, eh kamu Nadira!" ucap Suhendra dan Sulastri tersenyum bersamaan.
"Ya ampun, pak bapak kenapa?" tanya Nadira panik.
"Bapak gapapa sayang, ini cuma luka sedikit aja. Gimana sekolah kamu?" jawab Suhendra.
"Bapak jangan bohong sama aku!" ujar Nadira.
"Gak ada yang bohong sayang, bapak emang baik-baik aja kok. Udah kamu gak perlu cemas gitu, tadi bapak cuma jatuh pas di sawah. Tapi, ini kan udah diobati sama ibu kamu!" ucap Suhendra.
"Iya Nadira, kamu mending ke kamar ganti baju! Terus siap-siap ya sayang, taruh baju-baju kamu ke dalam tas!" ucap Sulastri.
"Loh emang kita mau kemana Bu?" tanya Nadira.
"Bukan kita sayang, tapi kamu!" jawab Sulastri.
"Aku?" Nadira terkejut.
"Iya sayang, sementara ini kamu tinggal di rumah nenek kamu dulu ya?" ucap Suhendra.
"Tapi, kenapa pak?" tanya Nadira heran.
"Gak kenapa-napa kok, tadi nenek kamu telpon dan bilang pengen ketemu sama kamu. Maklumlah namanya juga udah tua, jadi kalau kepengen ya harus diturutin!" jawab Suhendra.
"Iya, kamu mau kan sayang?" sahut Sulastri.
"Eee ya mau-mau aja sih Bu, tapi kan aku masih harus sekolah besok. Gimana dong sama sekolah aku kalau aku tinggal di rumah nenek?" ujar Nadira.
"Itu masalah gampang, nanti bapak bikin surat izin buat kamu. Kasihan nenek kamu loh sayang, dia kan sudah tua dan pengen dekat sama kamu, cucunya!" ucap Suhendra meyakini putrinya.
"Iya pak, aku mau kok. Yaudah, aku ke kamar dulu ya?" ucap Nadira pelan.
"Iya sayang, makasih!" ucap Sulastri.
Nadira pun beranjak dari sofa, lalu berjalan ke kamarnya sesuai perintah orangtuanya tadi untuk merapihkan barang-barang miliknya.
Sementara Sulastri merasa senang dan lega karena putrinya tidak banyak tanya.
"Pak, Alhamdulillah ya Nadira mau disuruh tinggal sama ibu!" ucap Sulastri.
"Iya, bapak juga senang!" ucap Suhendra.
•
•
Saat di kamar, Nadira duduk merenung di atas ranjang memikirkan permintaan ibu bapaknya.
"Bapak sama ibu kenapa ya? Aku gak yakin kalau nenek cuma pengen ketemu sama aku karena kangen, pasti ini ada masalah lain yang bapak dan ibu sembunyiin dari aku!" gumam Nadira.
"Aku harus cari tau, ada apa sebenarnya sama bapak dan ibu! Walaupun bapak ibu gak mau cerita sama aku, tapi pasti aku bisa tau sendiri!" sambungnya.
Nadira pun mengambil tas miliknya, lalu memasukkan baju-baju serta beberapa barang lain miliknya yang ia pikir harus dibawa. Walau sebenarnya Nadira masih ragu untuk meninggalkan rumah dalam kondisi seperti ini.
Tak lama kemudian, ponselnya berdering membuat Nadira berhenti sejenak untuk mengangkat telpon.
📞"Halo, Cakra! Ada apa?" tanya Nadira.
📞"Hey, kamu lagi sibuk gak?"
📞"Eee enggak sih, emangnya kenapa?" tanya Nadira kebingungan.
📞"Aku mau ajak kamu jalan, bisa kan?"
📞"Duh, maaf Cak! Kalau sekarang mah gak bisa, ini aku lagi mau pergi ke rumah nenek. Mungkin lain waktu baru bisa!" ucap Nadira menolak.
📞"Loh, kamu mau ngapain ke rumah nenek kamu?"
📞"Ada urusan. Kata ibu, nenek itu kangen sama aku dan pengen ketemu sama aku. Makanya sekarang aku mau kesana temuin nenek, yaudah ya aku harus beberes dulu nih!" ucap Nadira.
📞"Eh tunggu dulu Nadira!"
Tuuutttt...
Nadira langsung mematikan teleponnya dan kembali memasukkan baju-baju ke dalam tas.
"Maaf Cakra! Sekarang aku harus urus keluarga aku dulu, aku gak bisa biarin ibu sama bapak urus semua masalahnya berdua aja! Aku ini kan anaknya, jadi aku harus bisa bantu mereka!" batin Nadira.
...•••...
Disisi lain, Albert sudah tidak sabar menantikan jawaban dari Suhendra mengenai tawarannya tadi. Ia sangat ingin dapat memiliki Nadira, karena parasnya yang cantik dan menggoda.
"Wanita itu sangat cantik, saya harus bisa memilikinya!" batin Albert.
Tiba-tiba saja Keenan asistennya muncul.
"Permisi tuan!" ucap Keenan.
"Ya, ada apa?" tanya Albert dingin.
"Maaf tuan! Ini saya mau menyerahkan berkas tentang identitas Nadira, anak dari Suhendra dan Sulastri. Berkas ini berisi tambahan informasi mengenai Nadira, tuan!" jawab Keenan.
"Oh ya, terimakasih!" ucap Albert menampani berkas tersebut.
"Sama-sama, tuan!"
Albert pun mulai membaca isi berkas itu, namun ia melirik kembali ke arah asistennya yang masih berada disana.
"Heh! Ngapain kamu masih disini?" tegur Albert.
"Eee abisnya tuan gak suruh saya pergi, jadi saya tetap disini. Tapi, kalau tuan pengen saya pergi, yaudah saya permisi dulu tuan!" ucap Keenan gugup dan hanya bisa merunduk.
"Ya, sana pergi! Kalau saya butuh kamu, nanti saya telpon!" ucap Albert.
"Baik tuan!"
Keenan berbalik, lalu pergi dari sana. Albert pun kembali melihat berkas yang ada di tangannya.
"Menarik! Jadi, wanita ini masih SMA dan dia sekolah di dekat sini. Baiklah, saya bisa temui dia di sekolahnya dan mengenalkan diri dengan baik-baik sebagai calon suaminya!" batin Albert tersenyum smirk.
Albert menutup berkas itu, ia menaruhnya kembali di atas meja. Lalu, tampak mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.
📞"Halo! Tolong jadwalkan ulang pertemuan saya dengan pak Roberto besok, karena saya ada urusan lain yang lebih penting! Bilang sama dia, mungkin lusa saya bisa menemui dia!" ucap Albert.
📞"Baik pak!"
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Be___Mei
hisss dasar kau Albert 😅 gak bisa lihat yang cantik
2022-08-13
1
🎯™вєуzα😎 ♡⃝ 𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂ
astaga orang tua nya kok gitu si, dia yang hutang kok anak nya yg buat bayar🤧
2022-07-31
0
Nartye Sikki Siradjang
ikhlasin aj sih tu tanah ma rumahnya pak....,dripada nadira jdi tumbal...,kan lasihan anaknya....🙏🙏,
2022-07-23
1