Sesampainya mereka di kediaman Sebastian, mereka di sambut oleh Cleo yang cemberut.
Begitu melihat Sebastian, gadis kecil itu berlari dan melompat ke dalam pelukan Tian.
"Papa kemana aja sih sama Tante genit??" tanya Cleo melirik tak suka pada Davina
"Sayang, mulai sekarang kamu harus memanggil Tante Davina mama, karena sekarang mama Davina istri papa" ucap Sebastian lembut
"Aku gak mau" ucap Cleo bersedekap dada
"Katanya Cleo anak yang pintar, anak pintar harus mendengar ucapan orangtua.
Emang Cleo mau durhaka??" tanya Sebastian sambil merapihkan anak rambut Cleo.
Lagi-lagi Cleo menatap Davina sekilas dan memutar bola matanya malas
"Mama genit" panggil Cleo tak menghilangkan kata genit, hanya saja panggilan Davina berubah walau tetap ada embel-embel genit.
"Sayang..."
"Sudah om, gak apa-apa" ucap Davina mencoba tersenyum. Dalam hati ia ingin menjewer Cleo namun kembali teringat ucapan mamanya.
"Kok mama genit memanggil papa om??
emangnya papa om-om apa???" tanya Cleo kritis membuat Davina tersendak air liur ya sendiri
"Uhuk, uhuk"
"Sayang, kamu gak apa-apa??" tanya sebastian khawatir
"Enggak mas" ucap Davina mencoba mengganti panggilan untuk Tian
"Emangnya papa mas tukang bakso apa??" protes Cleo lagi membuat Davina ingin mengunyah anak kecil ini bulat-bulat
"Sayang, itu kan panggilan mesra mama Davina untuk papa, bukan berarti papa mas Yono tukang bakso langganan kamu." ucap Tian memberi pengertian Cleo
"Iya bener kata papa, oh ya mama belikan sesuatu untuk kamu" ucap Davina menyodorkan paper bag berisi beberapa potong pakaian yang ia pilih tadi khusus untuk putri tirinya
"Ayo bilang apa sama mama Davina???"
"Makasih" ucap Cleo cuek, ia mengeluarkan isi paper bag lalu meletakkannya begitu saja, wajahnya datar
"Kok gak di coba???"
"Males, lagian di lemari pakaian aku banyak pakaian baru yang belum aku pakai, salah satunya dari Tante genit yang lainnya" ucap Cleo mengangkat bahunya malas
"Sayang, papa gak mengajarkan kamu gak sopan" sebastian melirik sekilas pada Davina, apa Davina menyadari ucapan putrinya, nyatanya enggak.
"Aku gak sombong pa, emang kenyataanya gitu" teriak Cleo kesal.
Ia sudah menanti papanya pulang, namun saat Papanya pulang justru ia terus di salahkan, membuat Cleo makin sebal dengan Davina
"Sayang mau kemana???"
"Papa urus aja istri baru papa" ucap Cleo langsung masuk ke kamarnya, ia sampai membanting pintu kamarnya
"Maafkan Cleo ya sayang"
"Enggak apa-apa kok om, eh mas" ucap Davina berusaha sabar
"Coba panggil lagi dong"
"Panggil apa???" tanya Davina bingung
"Tadi tuh yang mesra" ucap sebastian tersenyum
"Mas tukang bakso" ucap Davina terkekeh.
Sebastian langsung menggelitik Davina karena gemas.
Dari balik pintu kamar Cleo mengintip dan mendengus kesal
"Dasar genit, dia mencuri papaku" ucap Cleo kembali menutup pintu kamarnya
"Mas, aku ke kamar Cleo dulu ya, mau antar pakaiannya" ucap Davina menunjuk paper bag yang tergeletak di meja
"Iya, sayang.
Aku mohon kamu harus ekstra sabar ya, sebenarnya Cleo anak yang penurut, dia hanya sedang iri padamu.
Cleo butuh waktu untuk menerima pernikahan kita"
"Iya om, aku mengerti kok, aku tinggal dulu ya" ucap Davina bangkit namun tangan Tian menarik Davina hingga Davina jatuh di pangkuan Tian
Tian langsung ******* bibir Davina lembut, lalu melepaskan ya
Davina ingin protes, ia baru saja menikmati namun Tian menyudahinya
"Ini hukuman karena kamu memanggilku Om"
"Dasar mesum" ucap Davina mendorong suaminya kesal. Davina marah bukan karena di cium Tian, tapi karena Tian menciumnya kilat.
Ia belum pernah merasakan jantungnya berdebar saat di cium Marcel dulu.
Ah pria itu, Davina ingin sekali menendang anu Marcel sampai impo*en, namun ia urungkan.
Haruskah Davina mengucapkan terima kasih pada Marcel karena sudah membuat ia menikah dengan Sebastian???
entahlah, yang jelas saat ini jangan sampai Marcel menampakan wajahnya di depan Davina atau pria itu akan berakhir di rumah sakit.
Tepatnya di intalasi gawat darurat, karena sudah pasti Davina akan mematahkan tulang rusuk dan kaki Marcel.
atau mungkin lebih parah lagi, yang jelas Davina tak akan pernah melepaskan orang yang sudah menyakitinya dengan mudah, hanya menunggu waktu Marcel menerima balasan dari Davina.
Davina sudah berada di depan pintu kamar Cleo, ia terlihat ragu untuk mengetuk pintu kamar Cleo.
Namun demi masa depan hubungannya dengan Tian, ia harus melakukan sesuatu.
Davina saat ini hanya ingin menikmati momen nya bersama pria pujaannya.
Namun Karen aada Cleo, ia harus bisa akur dengan Cleo juga.
Tok tok tok
"Cleo, ini mama Davina, boleh mama masuk??"
Tak ada jawaban dari dalam kamar, Davina mencoba mengetuk kembali, tetap tak ada jawaban
Namun telinganya mendengar suara tangisan tertahan yang berasal dari dalam kamar Cleo.
"bocah tengil itu sedang nangis???? kenapa???" gumam Davina dalam hati.
Ia membuka handle pintu dan melongok ke dalam.
Nampak Cleo sedang menangis sambil membelakangi pintu kamar, ia meringkuk sambil menangis dengan menutupi wajahnya dengan bonekanya
"Sayang, boleh mama Davina masuk???" tanya Davina pelan
"Pergi, jangan masuk" ucap Cleo tanpa menoleh.
"Ya...udah terlanjur masuk nih" ucap Davina tersenyum jahil
"Keluar" teriak Cleo marah
"Anak cantik gak boleh teriak, nanti kalau marah-marah terus kulitmu kendur seperti kakek Baskoro.
Apa kamu mau kulitmu bergelambir seperti itu??"
Cleo terdiam, ia ingat sekali kakeknya itu suka mengomel, dalam hati ia tak mau seperti Baskoro
"Itu karena dia tua" ucap Cleo menyangkal
"Kata siapa tua harus seperti itu.
Kakek Adhi buktinya enggak keriput.
Wajah kakek Adhi juga awet muda, itu karena kakek Adhi gak pernah marah. Nenek Khadijah juga gak pernah marah kan??" ucap Davina licik
Dalam diam Cleo membenarkan ucapan Davina.
Kedua pasangan kakek nenek itu malah tidak terlihat kakek dan neneknya. Mereka masih terlihat muda, malah seperti kakak nya Tante Ayu.
Tanpa Davina dan Cleo sadari sedari tadi Sebastian mendengarkan percakapan istri dan anaknya di balik pintu
Awalnya ia menyusul Davina karena takut Cleo berulah.
Nyatanya kekhawatirannya hanya sia-sia.
Davina bisa mengatasinya dengan mudah.
Tian lupa jika Davina sangat licik.
Ia memutarbalikkan fakta bahwa papa Baksoro keriput bukan karena tuanya tapi karena suka mengomel.
Tian ingin mencubit pipi Davina, istrinya itu benar-benar....
Ah Tian sulit mengungkapkan dengan kata-kata.
"Pa maafkan cucumu yang durhaka ini, eh istriku yang kurang ajar ini" gumam Tian tersenyum
"Mau apa ke kamarku?" tanya Cleo jutek
"Kamu kenapa nangis??" tanya Davina tak membalas ucapan Cleo
"Bukan urusanmu" jawab Cleo sinis
"Bukan urusanku sih, tapi kalau aku punya anak kecil yang cepat tua dan keriput nanti jadi urusanku dong pastinya.
Mama tuh sayang kamu.
Bagaimana sebagai permintaan maaf mama kita perawatan kulit bersama.
masa kamu mau sih kalah dari mama.
Lihat deh mama aja cantik, kulit kencang" ucpa Davina melenggak-lenggok di depan Cleo
"Aku bukan tante-tante, aku masih kecil gak perlu perawatan" sangkal Cleo
"Terserah sih, tapi kalau Kaisar tetangga depan rumahmu gak naksir kamu karena penampilanmu, jangan nangis sama mama ya" ucap Davina bangkit.
Ia tersenyum penuh arti begitu membelakangi Cleo.
Pagi tadi ia meminta Agatha memeriksa keseharian Cleo agar bisa mempelajari.
Nyatanya ia menemukan Cleo sering curi pandang padan anak depan rumah nya.
Bingo, Davina punya kartu as buat menaklukan anak bawang itu.
Kenapa anak bawang, karena kecil-kec bikin pedih, enak di ulek sekalian , ya kan???
"Tunggu, ini karena mama genit yang maksa, aku mau" ucap Cleo acuh.
Davina ingin sekali bersorak kegirangan, namun ia tahan.
di balik pintu Sebastian menepuk keningnya pelan.
Lagi-lagi ia meremehkan seorang Angel Devil.
Apa yang tidak ia ketahui.
Sebastian jadi mengkhawatirkan sesuatu,
Ia harus segera menyelesaikannya sebelum Davina tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Ita rahmawati
ayo cleo sikat aj tuh ank tiri...😄😄
2022-10-19
0
Nia Nia
kalo davina tau tian punya cewek bisa abis tuh
2022-05-11
0
arthy mustika
ntar dona jd adonan ditangan davina
2022-05-10
0