"Kenapa Tuan tidak menceraikan aku saja?" ulang Renata dengan rasa sakit di hatinya.
Tidak! Dia bukanlah tipe orang yang suka ditindas. Dia tidak suka seseorang atau siapapun menyakitinya. Akan tetapi ....
Kenapa yang membuatku sakit hati adalah dia? Bagaimana caraku melawan dan juga membencinya?
Renata mencengkeram benda pipih yang saat ini masih menempel di telinganya. Amarah, sakit hati dan rasa cinta pada pria itu bercampur aduk menjadi satu.
"Kita sudah bahas ini sesaat setelah pernikahan kita waktu itu Renata. Aku akan menceraikanmu, tapi nanti, setelah setahun pernikahan kita!" ucap Bima dengan penuh penekanan.
"Kenapa harus menunggu satu tahun? Untuk apa? Bukankah kau bilang, kau hanya ingin menjadikan Shinta sebagai istrimu satu-satunya?" Renata menahan rasa sakit dan amarah di dadanya.
"Kalau aku tidak memikirkan perasaan ibumu, aku pasti sudah menceraikanmu dari sehari kita menikah!" Ucapan Bima bagaikan anak panah yang langsung menancap ke hati Renata.
'Ibu ... dia benar. Kenapa aku tidak sampai berpikir ke arah sana?'
Alana menelan salivanya. Ucapan Bima memang benar. Kalau bukan demi ibu, Renata juga tidak akan berpikir berulang kali. Namun, bukankah ibu juga sudah memintanya untuk melepaskan Bima?
Renata yakin, kalau ibunya justru akan merasa senang saat mendengar dia melepaskan Bima karena sang ibu sangat tahu kalau suaminya itu sangat mencintai Shinta.
"Ibuku pasti akan baik-baik saja kalau kita bercerai. Bukankah ibuku juga kemarin sudah meminta Tuan untuk melepaskan aku jika Tuan tidak mau menjagaku?"
Bima langsung terdiam mendengar ucapan Renata. Memang benar, sebelum pulang kemarin, Bi Yati mengatakan agar ia melepaskan Renata seandainya tidak bisa menjaganya.
Namun, entah mengapa setelah dia melihat kedekatan Renata dan Aldrian, amarahnya langsung berkobar.
"Kenapa tiba-tiba kau ingin sekali bercerai denganku, Renata. Bukankah kau sendiri yang berjanji pada ibumu kalau kau akan memenuhi wasiat ibuku untuk menjadi istriku?" Entah apa yang merasuki Bima kenapa dia tiba-tiba malah berbalik tidak ingin melepaskan Renata.
"Kau egois, Tuan! Jangan bilang kalau Tuan sedang menjilat ludah sendiri dengan menerima pernikahan kita?" ucap Renata. Entah keberanian dari mana sampai-sampai dia berani menggertak Bima.
Sementara Bima mengeraskan rahangnya mendengar ucapan Renata.
"Sudah aku bilang, istriku hanya Shinta. Hanya dia perempuan satu-satunya yang aku cintai!" teriak Bima lagi membuat Renata seketika menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Aku akan tetap menjadikanmu sebagai istriku, tapi hanya sebatas di atas kertas!"
"Aku akan tetap mengizinkanmu tinggal di rumahku, menjamin kehidupanmu dan juga keluargamu, tapi ingat, jangan kau coba-coba membongkar rahasia pernikahan kita pada Shinta dan keluarganya, kalau tidak, aku akan menghancurkan keluargamu di kampung!"
"Tu-Tuan ...."
"Kunci rumah, jangan biarkan siapapun masuk ke dalam rumah tanpa seizinku, termasuk Aldrian! Apa kau mengerti?" ucap Bima dengan tegas.
Namun, saat pria itu ingin kembali melanjutkan ucapannya, Renata terlebih dahulu mematikan sambungan teleponnya.
"Brengsek! Berani-beraninya dia ...."
Bima kembali menghubungi Renata, tetapi nomor ponsel perempuan itu tidak aktif.
"Sial! Awas saja kau, Renata."
Bima mengeraskan rahangnya, menahan amarah. Apalagi saat bayangan Aldrian memeluk Renata kemudian menggandeng tangan perempuan itu pergi meninggalkan resepsi pernikahannya dengan Shinta kembali melintas.
"Brengsek, kau, Aldrian! Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu merebut milikku lagi!"
Bima mengepalkan tangannya, melangkah pergi dari tempat itu. Mulutnya tak berhenti mengumpat, meluapkan kekesalannya pada Renata dan Aldrian.
'Aku harus mencari cara agar mereka tidak sering bertemu.'
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Norma Koelima
milikmu... hahahaha..
2024-06-29
1
vina maria
hahHa lucu ni Bima..
2024-03-10
0
meE😊😊
milik mu? siapa? renata?? mimpi mu ktinggian
2023-12-12
0