"Bagaimana? Apa kau mau?" Suara Aldrian kembali terdengar.
"Baiklah! Besok aku akan ke sana."
"Aku akan menjemputmu."
"Jangan! Kau tidak usah menjemputku. Biar aku yang datang ke sana sendirian."
"Memangnya kau sudah tahu tempatnya?"
"Belum."
"Kalau begitu biar aku jemput."
"Jangan ke rumah. Kita bertemu di luar saja."
"Kenapa? Kau takut Bima akan marah?"
"Tidak. Laki-laki egois itu baru saja menelepon, kalau aku tidak boleh kemanapun selama dia bulan madu." Renata mengerucutkan bibir seksinya.
Sementara Aldrian terlihat kaget.
"Dia melarangmu keluar rumah, sementara dia pergi bulan madu bersama istri barunya?"
"Hmm."
"Suamimu benar-benar luar biasa!" Aldrian tertawa di ujung sana.
"Sepertinya kau sangat senang melihat penderitaanku!"
Aldrian kembali tertawa.
"Aku bukan sedang menertawakan dirimu, tetapi menertawakan keegoisan suamimu."
"Dengar, Renata! Untuk sementara biarkan saja suamimu melakukan apapun yang dia mau. Aku yakin, suatu saat nanti dia pasti akan menyesal karena telah mengabaikanmu."
"Kamu jangan terus tenggelam dalam kesedihan. Kamu masih muda, Renata. Masih ada jalan buat kamu agar bisa melewati semua yang kau alami sekarang," jelas Aldrian memberikan semangat pada Renata.
Pria itu yakin, kalau saat ini Renata tidak sedang baik-baik saja. Apalagi, Aldrian tahu, kalau gadis itu ternyata mencintai Bima, sepupunya.
"Kamu tidak boleh lemah. Tunjukkan pada Bima kalau kamu juga bisa mengurus dirimu sendiri meskipun tanpa dia," lanjut Aldrian.
"Kamu bisa meminta Bima melepaskanmu jika kamu sudah tidak tahan." Suara Aldrian kembali menyapa pendengaran Renata.
Sementara Renata masih terdiam, mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh Aldrian. Gadis itu menarik napas panjang, mencoba menetralkan perasaannya saat mendengar ucapan terakhir Aldrian.
"Aku sudah mengatakan padanya untuk menceraikan aku, tapi dia menolak."
"Benarkah?" Aldrian terlihat terkejut di ujung sana.
"Kami punya perjanjian tidak tertulis. Aldrian akan menceraikan aku setelah setahun pernikahan kita." Renata menghembuskan napas panjang.
"Sampai ketemu besok, Al, aku mengantuk." Tanpa menunggu jawaban dari Aldrian, Renata menutup panggilan teleponnya.
***
Di kamar hotel, Bima dan Shinta kembali bergelut di atas ranjang. Mereka berdua kembali menikmati malam pertama mereka, meskipun hal itu bukanlah yang pertama buat mereka.
Bima berkali-kali memejamkan mata saat bayangan Renata dengan tubuh seksinya kembali melintas. Wajah Shinta berkali-kali berubah menjadi wajah Renata dalam penglihatannya.
Hampir saja Bima kelepasan menyebut nama Renata saat permainannya dengan Shinta berakhir. Dalam hati pria itu mengumpat karena tidak bisa melupakan Renata di malam pertamanya bersama Shinta.
***
Pagi itu Renata sudah bersiap. Setelah membereskan rumah besar itu, Renata memasak untuk dirinya. Setelah selesai sarapan, gadis cantik itu langsung bersiap-siap keluar dari rumah.
Renata tidak lupa mencatat semua daftar belanjaan yang ingin ia beli. Rencananya, setelah pulang dari kafe, Renata sekalian ingin berbelanja.
Saat Renata sampai di depan pintu gerbang, Mang Udin mencegah langkah Renata.
"Non Renata mau kemana? Maaf, Nona. Saya diperintahkan Tuan Bima untuk menjaga Non Renata agar tidak pergi kemanapun," ucap Mang Udin formal.
Pagi ini dirinya dibuat terkejut saat mendengar tuan mudanya mengatakan kalau Renata telah menikah dengannya di rumah sakit.
Mang Udin merasa bahagia sekaligus prihatin, karena dia juga tahu kalau kemarin, tuan mudanya mengadakan resepsi besar-besaran untuk merayakan pernikahannya dengan Shinta. Gadis cantik yang menjadi kekasihnya selama beberapa tahun.
"Mang Udin apa-apaan? Kenapa bicaranya seperti itu?"
"Maaf, Non-"
"Berhenti memanggilku nona, Mang, aku bukan pemilik rumah besar ini!" Renata berteriak kesal.
"Tuan Bima semalam menelepon dan menceritakan semuanya tentang Nona."
'Apa dia sudah gila? Kenapa dia menceritakan rahasia besar itu pada Mang Udin? Memangnya dia tidak takut kalau Mang Udin membocorkannya pada Shinta?'
"Mang Udin, aku hanya pergi berbelanja kebutuhan rumah, Mang Udin tahu sendiri kan, kalau aku biasanya pergi bersama ibuku setiap bulan?" Renata mengambil catatan barang belanjaannya dari tas.
"Nih, liat!" Renata memberikan catatan belanjaan itu pada Mang Udin.
"Tapi, Non-"
"Mang Udin!"
Pria berusia 30 tahun itu menghela napas panjang. Dia sudah lama mengenal Renata. Gadis cantik itu sangat keras kepala. Tidak mudah untuk membujuk Renata agar mau menuruti keinginannya.
"Bilang sama dia, kalau dia tidak mengizinkan aku keluar rumah, aku akan mengatakan pada Shinta kalau aku adalah istri pertama tuan muda."
Kedua mata Mang Udin membola mendengar ucapan Renata.
"Tidak usah kaget, aku yakin, Tuan Bima juga pasti mengancam Mang Udin untuk tidak mengatakannya pada siapapun rahasia pernikahan kami bukan?"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Uty
ketegasan renata yg membuat uty semangattt ....👍👍👍
2022-09-03
2
Zainab ddi
keren Renata
2022-07-15
0
Kar Genjreng
untung Renata cerdas... ga di gawe lemod bi author... dadi iso nglawan... baguss.. 🤭🤭🤭🤭
2022-07-14
0